Selasa, 01/7/25 | 19:27 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Problem Penyelenggaraan Wisuda pada Semua Jenjang Pendidikan

Minggu, 16/7/23 | 07:00 WIB

Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Sastra Indonesia Universitas Andalas)

 

Beberapa waktu belakangan, akun Instagram Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadim Makarim, diserbu oleh masyarakat yang didominasi oleh para orang tua terkait penolakan budaya pelaksanaan wisuda pada semua jenjang Pendidikan, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Perlu ditekankan bahwa yang menjadi masalah di sini adalah jenjang SD sampai dengan SMA yang dianggap tidak perlu adanya wisuda.

BACAJUGA

Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

The Day Before the Wedding (2023): Simbol Integral Kemerdekaan Perempuan

Minggu, 19/11/23 | 07:35 WIB
Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

Perempuan dan Kisah Tak Sampai pada “Gadis Kretek”

Minggu, 12/11/23 | 07:40 WIB

Wisuda adalah sebuah acara formal yang diadakan oleh institusi pendidikan, seperti universitas atau sekolah tinggi, untuk memperingati dan menghormati para siswa yang telah menyelesaikan pendidikan dan berhasil meraih gelar akademik. Acara ini biasanya dihadiri oleh lulusan, keluarga, dosen, dan staf pengajar.

Latar belakang tradisi wisuda dapat ditelusuri hingga zaman kuno. Pada zaman Romawi kuno, wisuda digunakan untuk memperingati pahlawan perang yang kembali dari medan pertempuran dengan mengenakan jubah khusus atau toga. Pada awalnya, toga belum berbentuk jubah. Dulu, toga hanya berbentuk 6 meter dengan cara penggunaan yang dililitkan di tubuh.

Jika dirujuk lebih jauh, kata toga berasal dari tego dalam bahasa Latin yang bermakna `penutup`. Toga ini pun yang dijadikan sebagai perlambangan makna kelulusan di seluruh dunia. Lalu, pada akhirnya, tradisi ini berkembang menjadi pengakuan formal terhadap prestasi akademik. Begitu pun pada wisuda modern memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, wisuda memberikan pengakuan dan penghargaan formal kepada para lulusan atas upaya dan kerja keras yang telah mereka lakukan selama masa studi mereka. Ini adalah momen penting dalam kehidupan akademik mereka dan merupakan pencapaian yang patut dirayakan. Selain itu, wisuda juga memberikan kesempatan bagi lulusan untuk merayakan pencapaian mereka bersama keluarga, teman, dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam perjalanan pendidikan mereka. Ini adalah momen yang penuh emosi dan kebanggaan, di mana lulusan dapat berbagi kebahagiaan dan kesuksesan dengan orang-orang yang peduli dan mendukung mereka.

Wisuda juga memiliki nilai simbolis yang kuat. Melalui seremoni pengambilan ijazah, para lulusan secara resmi diakui sebagai bagian dari komunitas akademik dan menjadi bagian dari jaringan alumni yang lebih besar. Ini memberi mereka rasa identitas dan afiliasi dengan institusi pendidikan, serta menghubungkan mereka dengan alumni lain yang dapat membantu dalam jaringan karier dan peluang kerja di masa depan.

Dalam beberapa dekade terakhir, wisuda juga telah menjadi fenomena budaya yang lebih luas. Banyak keluarga dan teman-teman lulusan menganggap wisuda sebagai momen yang penting dalam kehidupan keluarga mereka, dan acara ini sering kali diperlakukan sebagai perayaan besar dengan dekorasi, foto, dan pesta.

Namun, hadirnya komentar yang menghiasi kolom komentar Nadiem Makarim membuat kita berpikir kembali terkait pentingkah wisuda dilaksanakan? Pertanyaan ini memunculkan pro dan kontra terkait dengan wisuda. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, wisuda adalah sebuah perayaan atas hal yang diusahakan dalam proses pendidikan. Hal tersebut memberikan kesempatan  bagi para lulusan, keluarga, dan teman-teman untuk merayakan pencapaian akademik yang telah diraih dengan cara yang formal dan spesial. Lalu, wisuda dapat dimaknai sebagai bentuk pengakuan dan apresiasi dari institusi pendidikan terhadap kesuksesan akademik mahasiswa. Wisuda memberikan rasa bangga dan kepuasan kepada lulusan atas usaha dan kerja keras yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. Tidak hanya itu, wisuda pun dapat memberikan peluang untuk dapat berkenalan dan memulai jejaring untuk berkolaborasi di masa depan.

Namun, kontra terkait wisuda adalah biaya yang semestinya dapat digunakan untuk hal prioritas lainnya. Selain itu, wisuda dan atributnya pun kadang menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan. Penyelenggaraan wisuda akan membuat macet dan padat jalan tempat wisuda. Hal yang paling ditekankan oleh orang tua adalah biaya wisuda dan rangkaian acara yang mengikutinya, seperti tour, tempat di hotel, dan perlengkapan wisuda lain yang menghabiskan banyak biaya.

Beberapa masyarakat berpendapat bahwa wisuda TK sampai dengan SMA tidak perlu dilakukan karena hal tersebut tidak terlalu besar pencapaiannya seperti wisuda perguruan tinggi. Kita pun akan berpikir jika semua jenjang pendidikan wajib wisuda, apakah semua orang tua sudah sepakat dan berkenan membayar rincian biaya yang lumayan banyak. Terlebih lagi, jika wisuda dilaksanakan di gedung mewah.

Hal ini semestinya kembali pada kesepakatan orang tua dan pihak sekolah. Kedua pihak harus menemukan kesepakatan bersama karena beda sekolah akan berbeda kesepakatan. Hal yang disalahkan apabila sekolah memaksakan wisuda kepada semua siswa dengan berbagai rincian dana yang tidak semua orang tua sanggup membayar. Oleh sebab itu, wisuda adalah pilihan dan tidak harus dilaksanakan di hotel, di gedung mewah, atau menggunakan atribut dan hal lainnya yang memungkinkan adanya ketimpangan sosial antarsiswa di sekolah.

Tags: #Roma Kyo Kae Saniro
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Manfaat Buku bagi Anak di Bawah Usia Tiga Tahun

Berita Sesudah

Frasa “Perubahan Iklim” pada Media Massa Daring

Berita Terkait

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Minggu, 15/6/25 | 10:52 WIB

Oleh: Mita Handayani (Mahasiswa Magister Linguistik FIB Universitas Andalas)   Cassirer (dalam Lenk, 2020) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum,...

Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Frasa tentang Iklim dalam Situs Web Greenpeace

Minggu, 15/6/25 | 09:39 WIB

Oleh: Arina Isti’anah (Dosen Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma) Baru-baru ini kita disadarkan oleh fenomena kerusakan alam Raja Ampat yang...

Berita Sesudah
Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Frasa “Perubahan Iklim” pada Media Massa Daring

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua DPD Partai Golkar Sumbar terpilih, Khairunnas saat menerima dokumen persidangan. [foto : ist]

    Khairunnas Kembali Pimpin Golkar Sumbar, Terpilih Secara Aklamasi dalam Musda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspada Korsleting, Yosrizal Ingatkan Warga Cek Instalasi Listrik di Rumah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • DPRD dan Wali Kota Bahas Perubahan APBD 2025 Kota Padang, Anggaran Naik 14,6 Miliar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yusri Latif Soroti SPMB Padang: Sistem Domisili Dinilai Diskriminatif, Situs Pendaftaran pun Dikeluhkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024