Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
“Waktu itu, siapa yang bilang ya? Kalau tanaman tanduk rusa itu pembawa keberuntungan. Tapi kalau tanaman itu copot dan jatuh, pertanda apa ya? Atau mama akan dapat sial? “
“Tidaklah, Ma. Ini hanya kurang kencang ikatannya.” (Noktah Merah Perkawinan, menit 7.33 – 7. 45)
Kutipan di atas adalah dialog film Noktah Merah Perkawinan yang rilis pada tahun 2022. Tanaman tanduk rusa dianggap memiliki mitos sebagai sesuatu yang memiliki dua mata sisi. Pada mata sisi, tanaman tanduk memiliki efek positif dan salah satu sisi lainnya menunjukkan bahwa tanaman tanduk rusa membawa efek negatif. Hal ini dapat dilihat melalui pembuka film Noktah Merah Perkawinan yang ditransformasikan dari sebuah sinetron Indosiar yang pernah ditayangkan pada tahun 1996 sampai dengan 1998.
Selama dua tahun, kisahan ini memiliki 3 season yang mampu memikat para penonton hingga total 77 episode. Sinetron yang diproduksi oleh Rapi Films ini dibintangi oleh Cok Simbara, Ayu Azhari, Perdana Batangtaris, Niken Ayu, Berliana Febrianti, Kiki Fatmala, Hengki Tornado, Mien Brodjo, Mang Udel, Teddy Syah, dan Mang Diman melalui arahan sutradara Buce Malawau.
Berbeda dengan filmnya yang rilis pada tahun 2022, sinetron dengan judul yang sama memiliki perbedaan kisahan karena medium penayangannya yang berbeda pula antara sinetron yang memiliki durasi yang panjang sehingga harus adanya detail unsur-unsur intrinsik. Hal ini berbeda dengan film yang hanya berdurasi sekitar 90 menitan harus mampu menggambarkan seluruh alur kisahan yang begitu padat.
Jika menilik ke dalam sinetronnya, alur yang disajikan oleh sutradara adalah kisahan Priambodo yang menikah dengan Ambar yang sudah berhenti bekerja sebagai model. Namun, campur tangan kedua orang tua mereka membuat mereka harus berpisah. Lalu, pada kisahan ini pun digambarkan kembali bahwa Priambodo menikah dengan Yulinar yang disajikan pada season 1. Kisahan ini tentunya berbeda dengan kisahan film yang dirilis pada tahun 2022 ini. Kisahan ini menyajikan adanya hubungan suami istri yang dingin antara Gilang Priambodo dan Ambar. Ketika Ambar berusaha untuk memperbaiki keadaan dengan mengajak suaminya untuk berkonsultasi, Gilang Priambodo seakan tidak mendukung hal tersebut sehingga hubungan keduanya semakin dingin. Lalu, hadirnya Yuli, seorang siswa kursus keramik Ambar. Tidak disangka, melalui alur kisahan, Yuli memiliki rasa nyaman dengan Gilang Priambodo. Namun, Gilang yang memang sangat mencintai istri dan anaknya tetap memilih untuk bersama mereka walaupun Ambar meminta untuk bercerai. Pada akhirnya, Ambar dan Gilang bersatu kembali dan batal bercerai.
Alur film yang dirilis pada tahun 2022 ini memiliki keterkaitan dengan mitos tanaman tanduk rusa yang dihadirkan pada awal film dengan adanya adegan Gilang Priambodo dengan mertuanya (Ibunya Ambar). Secara tersurat, ibu Ambar memberikan pendapatnya bahwa tanaman tanduk rusa disebut sebagai pembawa keberuntungan. Namun, karena narasi menunjukkan adanya tanaman tersebut jatuh dan ibu Ambar berusaha memanggil Gilang untuk datang ke rumahnya dan memperbaiki tanaman tersebut.
Dalam biologi, paku tanduk rusa merupakan sekelompok paku epifit yang memiliki penampilan dengan dua tipe ental dengan fungsi dan bentuk yang jelas berbeda dan salah satu entalnya bercabang-cabang membentuk tanduk rusa. Itulah yang membuat tanaman pakis ini disebut sebagai tanaman tanduk rusa. Namun, penelitian ini menggunakan kajian semiotik yang dirasa pantas untuk membongkar makna tanaman tanduk rusa sebagai lambang-lambang atau tanda kebahasaan berupa bunyi yang memiliki arti oleh konvensi masyarakat. Tentunya, kajian ini mampu untuk membongkar pemaknaan tanduk rusa di dalam masyarakat. Pemaknaan ini dapat dilihat dari adanya mitos di masyarakat Indonesia terkait dengan tanaman tanduk rusa yang dipercaya oleh sebagian masyarakat memberikan efek positif dan negatif.
Pertama, terkait dengan adanya kemalangan atau musibah yang dipercaya oleh masyarakat jika tanaman tanduk rusa terjatuh. Hal ini digambarkan oleh tokoh Gilang Priambodo yang berperan sebagai arsitektur dalam tanaman, narasi seperti menggambarkan bahwa Gilang adalah sebagai tokoh yang mampu memperbaiki tanaman tanduk rusa yang jatuh atau diperkirakan ibu Ambar bahwa dirinya mendapatkan masalah. Firasat ibu Ambar ini merupakan salah satu bagian dari narasi yang berusaha memberikan gambaran penting bagi narasi terkait hubungan rumah tangga anaknya (Ambar) dengan Gilang Priambodo yang dingin dan ingin bercerai. Tokoh Ambar dan Gilang yang sudah membina hubungan rumah tangga dengan durasi bertahun-tahun harus menerima keadaan dingin dari hubungan mereka.
Dengan adanya penggambaran tanaman tanduk rusa yang jatuh dari pohon, hal tersebut menunjukkan situasi dingin yang disebutkan sebelumnya. Keadaan hubungan yang dingin antara mereka ini pun mewakili perasaan ibu Ambar yang mengungkapkan pertanyaan bahwa apakah akan terjadi hal yang tidak diinginkan ketika tanaman tanduk rusa tersebut terjatuh melalui kutipan “Tapi kalau tanaman itu copot dan jatuh, pertanda apa ya? Atau mama akan dapat sial?” Dalam narasi adanya persona “mama” dan bukan merujuk langsung kepada hubungan Gilang dan Ambar, tetapi adanya dialog berupa pertanyaan tersebut dapat mewakili keadaan rumah tangga anak dan menantunya tersebut.
Kedua, tanaman tanduk rusa dianggap sebagai sesuatu yang memiliki efek positif. Begitu pun dalam narasi bahwa adanya pernyataan dari tokoh ibu Ambar yang mengungkapkan bahwa tanaman ini pembawa keberuntungan melalui kutipan “Waktu itu, siapa yang bilang ya? Kalau tanaman tanduk rusa itu pembawa keberuntungan”. Diksi pembawa keberuntungan dapat dimaknai sebagai hal positif. Hal ini didukung dengan adanya mitos tanduk rusa. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Popmama.com, tanaman tanduk rusa memiliki aura yang dingin sehingga menciptakan ketenangan dan kenyamanan serta mampu untuk menjauhkan niat jahat seseorang kepada penghuni.
Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Tondi dan Iryani (2018) dalam bidang arsitektur. Ia menganalisis nilai dan makna kearifan lokal pada rumah Limas Palembang. Pada rumah ini terdapat motif ukirnya adalah daun inti (tengah) pakis tanduk rusa, diikuti untaian daun tanaman sejenis yang memenuhi seluruh bidang ukiran. Makna ukiran ini bahwa pemilik rumah memiliki sifat mengayomi, melindungi, dan memberi keteduhan bagi siapa pun. Selain itu, adanya nilai filosofis yang dimiliki oleh tanduk rusa adalah dapat tumbuh di tempat yang tinggi, daunnya menjuntai panjang dan rimbun.
Melalui makna ukiran dan nilai filosofis, hal tersebut mendukung bahwa tanaman tanduk rusa mampu memiliki sisi positif. Jika dikaitkan dengan film Noktah Merah Perkawinan ini, sisi positif adalah adanya batalnya tokoh Ambar dan Gilang dari perceraian. Hal ini pun dapat dilihat dari bagian pembuka yang dijelaskan sebelumnya bahwa dengan adanya Gilang yang memperbaiki tanaman yang jatuh di rumah mertuanya tersebut menunjukkan bahwa ia yang akan memperbaiki situasi. Pemaknaan ini pun digambarkan oleh narasi tokoh Gilang yang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Ambar ketika di pengadilan sehingga mereka berdua tidak jadi bercerai.
Tanduk rusa memiliki pemaknaan dua sisi, yaitu positif dan negatif dalam film Noktah Merah Perkawinan. Melalui penggunaan tanduk rusa yang dihadirkan pada adegan awal menunjukkan seakan sutradara dan tim ingin memberikan arahan kepada penonton secara semiotik (adanya lambang tanaman ini) terkait dengan situasi Gilang dan Ambar. Seakan tidak perlu memberikan penjelasan yang berat atau detail terkait pengenalan kisahan, adanya lambang tanaman ini dapat diterjemahkan sebagai bagian alur kisah secara menyeluruh dan umum.
Discussion about this post