Rabu, 03/12/25 | 03:40 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Mise En Scene dalam Film-film Indonesia 2022

Minggu, 16/10/22 | 07:00 WIB

Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

Film merupakan salah satu produk audio visual yang sangat dekat dengan masyarakat. Jika membahas terkait dengan visual, aspek ini adalah hal yang sangat diperhatikan oleh pembuat film karena dengan adanya ketelitian dan persiapan yang matang akan memproduksi karya sinematik yang baik. Sebelum lebih jauh membahas terkait visual dalam perfilman, dunia perfilman memiliki istilah yang disebut mise en scene.

BACAJUGA

Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

The Day Before the Wedding (2023): Simbol Integral Kemerdekaan Perempuan

Minggu, 19/11/23 | 07:35 WIB
Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

Perempuan dan Kisah Tak Sampai pada “Gadis Kretek”

Minggu, 12/11/23 | 07:40 WIB

Mise en scene dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang terlihat kasatmata di layar. Mise en scene dapat dikatakan juga sebagai sesuatu yang mampu membangun pemahaman atau interpretasi penonton terhadap film yang ditonton. Sebenarnya, mise en scene dapat dipahami sebagai komunikasi konkret dari bahasa dalam perfilman. Lebih jauh, mise en scene, sebuah tindakan meletakkan sesuatu yang di dalam peristiwa yang dibuat (staging on action). Selain itu, mise en scene sangat penting untuk sebuah film karena mengandung unsur setting, lighting, kostum dan make up, serta ekspresi dan gerak figure. Satu kesatuan mise en scene merupakan hal yang penting sebagai penyampaian tampilan yang ingin disampaikan oleh tim produksi. Tidak hanya itu, peran penting mise en scene dalam sebuah film harus mampu membongkar ideologi atau hal lainnya yang ingin ditampakkan oleh sutradara dan tim melalui karyanya.

Berbincang mengenai film-film yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat atau sedang memiliki daya tarik tinggi, film bergenre horor adalah genre yang paling diminati. Hal ini berdasarkan data yang dihimpun dari Filmindonesia.go.id (Oktober) telah merilis adanya 15 film Indonesia peringkat teratas dalam perolehan penonton pada tahun 2022 berdasarkan tahun edar film. Film-film tersebut adalah KKN Desa penari, Pengabdi Setan 2: Communion, Miracle in Cell No. 7, Ngeri-Ngeri Sedap, Ivanna, Sayap-sayap Patah, Mencuri Raden Saleh, Kukira Kau Rumah, The Doll 3, Kuntilanak, Dear Nathan: Thank You Salma, Mumum, Gara-Gara Warisan, Menjelang Magrib, dan Teluh (2022).

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa adanya 8 film Indonesia (KKN Desa penari, Pengabdi Setan 2: Communion, Ivanna, The Doll 3, Kuntilanak, Mumum, Gara-Gara Warisan, Menjelang Magrib, dan Teluh) yang laris di pasaran adalah film horor. Sambutan meriah tersebut harus dapat diterjemahkan oleh para pihak terkait untuk menganalisis daya minat masyarakat terkait dengan industri kreatif dalam perfilman.

Film bergenre horor yang diproduksi di Indonesia dapat dikatakan sebagai representasi masih melekatnya kepercayaan hal mistis atau gaib yang tumbuh subur di Indonesia. Mungkin, jika kita meminjam istilah dari dikotomi Barat dan Timur, hal tersebut akan memberikan penjelasan signifikan posisi perfilman Indonesia saat ini melalui film-film yang mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

Hal ini dapat dilihat melalui representasi yang disampaikan dalam film. Sebelum lebih jauh, kita harus memahami terlebih dahulu terkait representasi. Representasi merupakan konsep identik dengan penggambaran seseorang ataupun kelompok tertentu yang menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi ini dapat dilihat dari adanya mise en scene dalam sebuah karya. Melalui delapan film horor yang mendapatkan ketertarikan yang tinggi dari masyarakat, film ini mampu untuk memberikan pandangan bahwa adanya ketertarikan tinggi dari masyarakat terhadap film-film horor. Dapat diterjemahkan bahwa genre yang diminati oleh masyarakat saat ini adalah genre horor. Genre dapat dipahami sebagai sebuah struktur, bersifat dinamis dan dapat berubah-ubah. Salah satunya karena berkembangnya kondisi masyarakat yang ada (Lacey dalam Permana, 2014).

Jika kita menilik sejarah perfilman Indonesia,  pada masa periode sebelumnya (1970–1980), beberapa ciri dan ikonografi masih digunakan oleh film pada periode pascareformasi. Salah satunya adalah penggunaan hantu-hantu lokal yang khas Indonesia. Hantu-hantu tersebut seperti pocong, kuntilanak, genderuwo, dan lain sebagainya. Meskipun memiliki beberapa persamaan, film horor dalam periode pascareformasi memiliki ciri estetik dan naratif yang sangat berbeda dengan film horor pada periode sebelumnya–film horor pada periode 80-an (Permana, 2014). Hal ini pun tetap sama dengan masa kini terkait dengan film horor Indonesia yang masih menggunakan hantu-hantu tersebut untuk memberikan efek seram walaupun pada film lainnya menggunakan boneka, seperti pada Ivanna dan The Doll atau makhluk mistis seperti hantu Sinden dalam KKN Desa Penari.

Jika dilihat dari mise en scene yang ada di Indonesia yang diasosiasikan dengan genre horor, kedelapan film tersebut menggunakan makeup, lighting, dan teknik pengambilan gambar untuk mengungkapkan keseraman dalam narasinya. Secara dominan, heavy makeup digunakan oleh kedelapan film untuk menciptakan tampilan seram yang diterjemahkan melalui hantu atau luka yang berdarah-darah.

Kesimpulannya adalah adanya peran penting mise en scene dalam sebuah perfilman sehingga diperlukan persiapan yang matang dan observasi yang tepat untuk keseluruhan tampilan sebelum melakukan shooting. Selain itu, berdasarkan data dari Filmindonesia.go.id, film yang laris manis di Indonesia saat ini adalah yang bergenre horor. Tentunya, melalui genre ini, tim produksi melakukan persiapan matang untuk membuat mise en scene yang baik dengan menggunakan tampilan aktor atau artis yang menjadi hantu atau hal penting yang menjadi fokus utamanya. Intinya, mise en scene sangat membantu menerjemahkan bahasa abstrak menuju konkret untuk mampu dinikmati dan dipahami pesan yang terdapat di dalamnya.

Tags: #Roma Kyo Kae Saniro
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Sisi Gelap Pembaca Buku

Berita Sesudah

Cerpen “Duhai Nak” Karya Siswati dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Berita Terkait

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Minggu, 30/11/25 | 15:11 WIB

Oleh: Noor Alifah (Mahasiswi Sastra Indonesia dan Anggota Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Salah satu karya sastra tertua...

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Minggu, 23/11/25 | 06:57 WIB

Oleh: Fatin Fashahah (Mahasiswa Prodi Sastra dan Anggota Labor Penulisan Kreatif Universitas Andalas)   Musim gugur biasanya identik dengan keindahan....

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Minggu, 16/11/25 | 13:49 WIB

Oleh: Imro’atul Mufidah (Mahasiswa S2 Korean Studies Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)   Kebanyakan mahasiswa asing yang sedang...

Puisi-puisi M. Subarkah

Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

Minggu, 16/11/25 | 13:35 WIB

Oleh: M. Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di tengah gemerlap dunia digital dan derasnya...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Belajar Budaya dan Pendidikan Karakter dari Seorang Nenek yang ‘Merusak’ Internet

Minggu, 16/11/25 | 13:27 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di ruang keluarga. Seorang nenek sedang...

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Konflik Sosial dan Politik pada Naskah “Penjual Bendera” Karya Wisran Hadi

Minggu, 02/11/25 | 17:12 WIB

  Pada pukul 10:00 pagi, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Berkat desakan dari golongan muda,...

Berita Sesudah
Cerpen “Duhai Nak” Karya Siswati dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Cerpen "Duhai Nak" Karya Siswati dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Helikopter Bawa Bantuan ke Daerah Terisolasi, Upaya Donizar Berbuah Hasil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PDAM Padang Kerahkan Mobil Tangki Gratis, Krisis Air Bersih Dipastikan Tetap Terkendali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Update Data Korban Bencana Hidrometeorologi di Sumbar: 176 Meninggal, 117 Masih Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gerakan Pangan Murah Digelar di Padang, Pemerintah Redam Kenaikan Harga Pasca Bencana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024