Pada laman Klinik Bahasa Scientia tanggal 5 Desember 2021 terdapat sebuah artikel yang berjudul “Mengenal Awalan me-”. Di dalam artikel tersebut, ditulis bahwa awalan me- memiliki enam alomorf, yaitu me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-. Awalan me- memiliki makna “melakukan aktivitas” seperti kata memasak dan mencuci, “menjadi sesuatu” seperti kata memerah dan membeku, “menuju ke” seperti kata mendarat dan menepi, dan “melakukan aktivitas dengan menggunakan benda atau alat tertentu” seperti kata menyetrika dan menyapu. Awalan me- juga menjadi imbuhan gabungan yang bisa digabung dengan akhiran –kan (menjadi me-kan) dan –i (menjadi me-i). Imbuhan gabungan ini sering terdapat di berbagai tulisan maupun ujaran dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari kata-kata yang menggunakan dua imbuhan gabungan ini adalah mengambilkan (ambil), membelikan (beli), mebukukan (buku), menamai (nama), menghadiahi (hadiah), dan mengobati (obat). Selain kata-kata tersebut, juga terdapat kata dasar yang sama yang bisa digabungan dengan kedua imbuhan me-kan dan me-i, seperti mengajarkan dan mengajari, melemparkan dan melempari, menyeberangkan dan menyeberangi, melemparkan dan melempari, menjauhkan dan menjauhi, serta memasukkan dan memasuki. Apa yang membedakan penggunaan dua imbuhan gabungan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui berbagai makna yang ada di dalam imbuhan me-kan dan me-i.
Imbuhan gabungan pertama yang dibahas adalah me-kan. Imbuhan ini memiliki banyak makna, di antaranya: “melakukan suatu aktivitas untuk orang lain atau benda lain”, “menjadi sesuatu yang dilakukan oleh pihak lain”, dan “menempatkan suatu benda pada posisi tertentu”. Kata-kata yang memiliki makna “melakukan suatu aktivitas untuk orang lain atau benda lain” dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut:
- Ayah membelikansaya komputer baru.
- Kami akan menuliskandia sebuah kisah.
- Anak perempuan itu selalu membacakan adiknya sebuah dongeng.
- Kami akan memasukkansemua baju ini ke dalam lemari.
Makna imbuhan me-kan pada contoh kalimat 1, 2, dan 3 melakukan suatu aktivitas untuk orang lain, seperti subjek ayah, kami, dan anak perempuan yang melakukan aktivitas beli, tulis, dan baca untuk orang lain selain dirinya, yaitu saya, dia, dan adiknya. Pada kalimat keempat, aktivitas dilakukan oleh subjek kami untuk baju. Imbuhan me-kan pada kalimat 1, 2, dan 3 bisa diganti dengan awalan me- saja, tetapi harus ditambah dengan kata untuk, seperti pada contoh berikut (posisi objek pun menjadi berubah):
- Ayah membelikomputer baru untuk
- Kami akan menulis sebuah kisah untuk
- Anak perempuan itu selalu membaca sebuah dongeng untuk
Makna kedua dari imbuhan me-kan adalah “menjadi sesuatu yang dilakukan oleh pihak lain”. Pihak lain yang dimaksud bukan hanya manusia, tetapi bisa berbagai hal. Imbuhan me-kan pada makna ini membedakan awalan me- dengan makna serupa, tetapi makna perubahan dari awalan me- terjadi secara natural, bukan karena pihak lain. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam contoh berikut:
- Kami akan mendinginkan mesin ini segera. (Mesin menjadi dingin karena ada aktivitas yang dilakukan oleh subjek kami)
- Badannya mendingin pada malam hari. (Badannya menjadi dingin karena proses alamiah yang disebabkan oleh masalah kesehatannya).
- Saya harus mengeringkan rambut sebelum pergi ke sana. (Ada aktivitas yang dilakukan oleh subjek saya untuk rambut).
- Daun itu mengering setelah berguguran. (Ini terjadi secara alamiah, bukan karena pihak lain).
Makna ketiga dari imbuhan me-kan adalah “Menempatkan suatu benda pada posisi tertentu”. Contoh dari makna ini dapat dilihat dari beberapa kalimat berikut: (1) Pilot segera mendaratkan pesawat, (2) Kami harus meminggirkan mobil.
Imbuhan kedua adalah me-i. Imbuhan gabungan me-i juga memiliki banyak makna yang dikelompokkan beberapa ahli bahasa. Di dalam tulisan ini, akan dipaparkan beberapa makna imbuhan me-i yang banyak digunakan di dalam tulisan dan percakapan secara umum. Berbagai makna imbuhan me-i tersebut adalah “memberi sesuatu”, “melakukan kegiatan secara berulang atau berkali-kali”, “memiliki rasa kepada seseorang atau sesuatu”, dan “sebagai pengganti kata keterangan tempat”. Makna pertama imbuhan me-i, yaitu “memberi sesuatu” dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut: (1) Kami belum menamai kucing ini, (2) Lilin itu menerangi ruangan ini, (3) Laki-laki itu menghadiahi istrinya sebuah cincin berlian, (4) Dokter itu sedang mengobati pasiennya, (5) Kami pergi ke salon untuk mewarnai rambut, dan (6) Makanan ini kurang asin karena saya lupa menggaraminya. Kata menamai, menerangi, menghadiahi, mengobati, mewarnai, dan menggarami masing-masing memiliki makna “memberi”, yaitu memberi nama, terang, hadiah, obat, warna, dan garam. Makna kedua imbuhan me-i adalah “melakukan kegiatan secara berulang” dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut: (1) Saat melakukan aksi demonstrasi, mereka melempari gedung itu, dan (2) Masyarakat memukuli pencopet itu hingga berdarah. Kata melempari dan memukuli memiliki makna melakukan kegiatan yang dilakukan berulang kali.
Makna ketiga imbuhan me-i adalah “memiliki rasa kepada seseorang atau sesuatu”. Makna ini dimiliki oleh kosakata yang mengandung perasaan, seperti sayang, cinta, kasih, dan hormat. Makna ketiga ini bisa dilihat pada contoh kalimat berikut: (1) Saya sangat menyayangi kedua orang tua saya, (2) Laki-laki itu sangat mencintai istrinya, (3) Guru itu selalu mengasihi semua murid seperti anaknya sendiri, dan (4) Masyarakat di kota ini sangat menghormati pemimpinnya. Makna yang terkahir adalah “sebagai pengganti kata keterangan tempat”. Pada konteks kalimat ini, sesuatu yang menjadi keterangan tempat di dalam sebuah kalimat, bisa menjadi objek jika predikatnya ditambah imbuhan me-i. Pada contoh-contoh kalimat berikut, kita bisa melihat perbedaan dari beberapa kata terkait:
- Mahasiswa masuk ke dalam kelas.
- Mahasiswa memasuki kelas.
Kalimat pertama menggunakan predikat masuk dengan keterangan tempat ke dalam kelas. Pada kalimat kedua, terdapat predikat dengan kata masuk yang sudah diberi imbuhan me-i menjadi memasuki. Ketika predikatnya berubah, frasa ke dalam kelas yang menempati unsur keterangan tempat pada kalimat pertama berubah menjadi objek pada kalimat kedua. Hal ini terjadi karena predikat masuk yang awalnya merupakan verba intransitif (tidak memerlukan objek) ketika ditambah imbuhan me-i, menjadi verba transitif (memerlukan objek). Oleh sebab itu, preposisi (kata keterangaan) ke pada kalimat pertama tidak diperlukan pada kalimat kedua. Untuk bisa lebih membedakannya (terutama untuk kata dasar, awalan me-, me-kan, dan me-i), bisa dilihat dalam beberapa contoh kalimat berikut:
masuk-memasuki-memasukkan
- Kami masuk ke dalam gedung itu.
- Kami memasuki gedung itu. (masuk ke manjadi memasuki)
- Kami memasukkan baju ke dalam lemari.
jauh-menjauh-menjauhi-menjauhkan
- Pantai itu sangat jauh.
- Dia menjauh dari
- Dia menjauhi (menjauh dari menjadi menjauhi)
- Dia menjauhkanmainan itu dari anaknya.
dekat-mendekat-mendekati-mendekatkan
- Rumah kami tidak terlalu dekat.
- Kucing itu mendekat ke anaknya.
- Kucing itu mendekati (mendekat ke menjadi mendekati)
- Perempuan itu mendekatkan makanan ke kucing.
datang-mendatang-mendatangkan
- Kami datang ke rumah nenek kemarin.
- Kami mendatangi rumah nenek kemarin. (datang ke menjadi mendatangi)
- Perusahaan itu mendatangkan pegawai baru dari luar negeri.
berkunjung-mengunjungi
- Kami mendapatkan kesempatan untuk berkunjungke museum itu.
- Kami mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi museum itu.
Dari rincian makna imbuhan gabungan me-kan dan me-i, sudah didapatkan penjelasan perbedaan dua imbuhan gabungan tersebut. Akan tetapi, untuk beberapa kata, masyarakat Indonesia masing memiliki kebingungan untuk menggunaan imbuhan tersebut secara tepat, seperti pada kata menyeberangkan dan menyeberangi, menerangkan dan menerangi, serta mengajarkan dan mengajari. Berikut ini akan dipaparkan perbedaan dan contoh pemakaian kalimatnya. Pertama, kata menyeberangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna “membawa ke seberang; membawa menyeberang; memindahkan ke seberang” sedangkan kata menyeberangi memiliki makna “mengarungi; melintasi; melalui”. Contoh kalimatnya adalah (1) Banyak orang yang membantu kami menyeberangkan paket ini ke daerah itu, dan (2) Anak-anak di desa itu harus menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah. Kedua, kata menerangkan dan menerangi dapat dibaca pada contoh kalimat berikut: (1) Pemerintah menerangkan peraturan terbaru selama PPKM, dan (2) Kami membutuhkan lampu untuk menerangi ruangan ini. Dua kata terakhir adalah mengajarkan dan mengajari. Sesungguhnya, dua kata ini sering digunakan dalam beberapa konteks kalimat yang sama (karena sering dianggap memiliki makna yang sama). Kata mengajarkan memiliki makna di dalam KBBI yaitu, “memberikan pelajaran kepada” sedangkan kata mengajari memiliki makna “mengajar kepada”. Secara umum, perbedaan penggunaan keduanya ada dalam dua bentuk konteks kalimat. Pertama, kata mengajarkan diikuti oleh nama mata pelajaran atau mata kuliah, sedangkan kata mengajari diikuti oleh sosok sebagai objeknya. Kedua, kata mengajarkan bisa digunakan dalam mata pelajaran resmi yang diberikan di lembaga pendidikan, sedangkna mengajari bisa dalam konteks keahlian atau bakat. Contoh perbedaannya dapat dibaca dalam kalimat berikut:
- Dosen itu mengajarkanfilsafat kepada mahasiswanya.
- Guru itu mengajarkan matematika dengan cara yang menarik.
- Dosen itu mengajari mahasiswanya dengan baik.
- Ayah mengajari saya bersepeda ketika saya kecil.
- Siapa yang mengajarimubernyanyi?
Itulah perbedaan penggunaan imbuhan me-kan dan me-i. Semoga bermafaat.
Discussion about this post