Rafnel Azhari S.P., M.Si.
(Dosen Universitas Andalas)
Beberapa waktu yang lalu, kita dihebohkan dengan kedatangan chef kenamaan asal Ingris, Gordon Ramsay ke Sumatera Barat. Ramsay ingin belajar membuat rendang di tempat asal makanan terlezat dunia versi CNN itu berada. Tak tanggung-tanggung, kegiatan ini diliput oleh CNN Internasional dan merupakan salah satu bagian dari acara favorit stasiun televisi tersebut. Setelah beberapa tahun yang lalu, rendang dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia, sekarang rendang dan Sumatera Barat kembali mendapatkan publikasi internasional penting secara cuma-cuma.
Begitulah rendang dengan segala keunikan, keunggulan, dan keutamaannya. Ia telah melampui dari sekedar identitas budaya Minangkabau menjadi trend makanan global dan yang lebih penting dari itu, rendang sejatinya telah menjadi penggerak ekonomi baru. Tulisan ini ingin mengungkap bagaimana transformasi itu telah terjadi dan apa yang harus dilakukan agar keunggulan ekonomi yang ada pada rendang menjadi penggerak dan kekuatan baru pada sektor ekonomi lokal di Sumatera Barat.
Kita diuntungkan dengan fakta bahwasanya rendang telah diterima oleh lidah manusia secara Internasional. Beberapa restoran Thailand telah menyajikan menu Rendang kepada pelanggannya, baik di Thailand maupun diluar Thailand. Begitu juga dengan Restoran-Restoran lain di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Italia, Jerman, Prancis, dan negara Eropa lainnya. Timur Tengah juga telah menerima dan mengenal rendang sebagai menu internasional. Hal ini harus bisa dikapitalisasi menjadi keuntungan bagi ekonomi lokal di Sumatera Barat. Apa yang harus dilakukan? Setidaknya ada tiga hal penting. Pertama, membangun dukungan dan perhatian pemerintah melalui kebijakan yang pro pada UMKM rendang di seluruh Sumatera Barat. Kedua, menggerakkan semua stakeholder terutama Perguruan Tinggi untuk menghasilkan inovasi teknis, pemasaran, dan manajemen usaha di bidang penguatan rendang Minang. Ketiga, memantapkan penguasaan pasar nasional, regional, dan membangun sistem yang kuat untuk mengincar pasar dunia melalui potensi ekspor ataupun membangun rumah makan dan restoran-restoran Padang di banyak negara di dunia.
Tiga upaya tersebut sangat bisa untuk dilaksanakan. Pada saat ini, terdapat banyak UMKM rendang di Sumatera Barat, baik yang tercatat secara resmi maupun tidak. Sebagai contoh di kota Payakumbuh, tercatat telah memiliki 37 IKM rendang. Begitu juga di Kabupaten 50 Kota yang memiliki banyak UMKM rendang yang belum terdata dan mungkin juga belum terperhatikan secara formal kebijakan. Penulis bersama LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Universitas Andalas sedang fokus membina UMKM rendang di Kecamatan Mungka, Kabupaten 50 Kota. Daerah ini sudah lama dan secara turun-temurun telah menjadi kawasan penghasil rendang utama di Kabupaten 50 Kota. Tidak tanggung-tanggung, kemampuan produksi 1 IKM (Industri Kecil Menengah) di kecamatan ini mampu menghasilkan 30 sampai 60 kg rendang per hari. Banyak IKM di daerah ini telah menembus pasar nasional. Potensi yang besar ini melalui sinergi antara masyarakat, dunia usaha dan Universitas Andalas ditargetkan mampu melakukan penetrasi secara lebih luas kepada pasar nasional, regional, dan global. Hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan, mengingat cita rasa rendang dari daerah ini yang sudah unggul dan diterima oleh lidah masyarakat serta dukungan banyak IKM rendang yang telah menyatu dan eksis secara kelembagaan di tengah masyarakat Sumatera Barat.
Digital Marketing dan Entrepreneurship Orientation
Penulis dengan beberapa peneliti di Universitas Andalas melalui dukungan LPPM telah bertekad untuk membangun model IKM Rendang Juara Yang Naik Kelas. Pembinaan dan pendampingan ini dilakukan melalui skema kemitraan masyarakat membantu usaha berkembang. Pendampingan usaha ini akan dilakukan secara berkelanjutan sampai nantinya mitra atau pengusaha Rendang dapat mandiri dengan usaha Rendang yang mampu akseleratif serta menembus pasar nasional dan global secara lebih luas.
Program ini akan fokus pada upaya memperluas pasar rendang melalui penguasaan digital marketing serta manajemen dan skill entrepreneurship yang mumpuni. Ketiga aspek ini di transfer knowledge dan skill-nya kepada pengusaha IKM rendang melaui pendampingan, pelatihan, dan pemberdayaan secara berkelanjutan. Selain itu, para pengabdi juga akan terus menelurkan dan mentransfer berbagai inovasi yang sudah ada atau menemukan inovasi baru sesuai basis permasalahan yang dihadapi.
Penulis meyakini jika agenda ini dilakukan secara sinergis, masif, dan berkelanjutan, kita akan mampu menjadikan usaha rendang di Sumatera Barat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi lokal yang kuat yang menyatu dengan rakyat kecil. Potensi ini sangat besar karena kuliner rendang akan saling mendukung dengan pariwisata Sumatera Barat. Hal lain kita juga di hadapkan dengan keuntungan konektivitas yang tinggi antarwilayah dan negara sehingga rendang sebagai makanan yang tahan lama dan praktis berpotensi untuk menyebar dengan mudah ke berbagai wilayah. Sudah saatnya rendang Minang naik kelas dan juara melalui ilmu pengetahuan, riset dan inovasi yang berkelanjutan.
Discussion about this post