Menulis tidak hanya bermodalkan inspirasi dan ide atau gagasan. Masih ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menulis. Salah satunya pengetahuan kebahasaan. Dengan berbekal pengetahuan kebahasaan, penulis akan mudah menuliskan ide-idenya. Pengetahuan kebahasaan tidak bisa dianggap sepele, sebelah mata, atau dianggap recehan. Sebagian orang menganggap ilmu bahasa hanya sebagai pendukung karena dianggap tidak bisa membangun gedung, mengobati orang sakit, dan tidak bisa membuat perut kenyang. Anggapan terhadap ilmu bahasa itu bisa jadi keliru karena ilmu pengetahuan bahasa dapat membangun ide untuk membuat rumah, membuat gedung, dan lain-lain. Agar ide tersampaikan dengan cemerlang kepada pembaca, seorang penulis wajib terus memperdalam pengetahuan kebahasaannya.
Pengetahuan kebahasaan yang minim dapat menyebabkan ketidaktertiban dalam berbahasa. Bahasa yang tidak tertib tidak bisa mengikat gagasan dan ide dengan baik. Bahasa penting untuk mengikat ide agar tidak berkeliaran ke mana-mana saat menulis. Penggunaan kata-kata yang tidak tertib disebut dengan redudansi atau penggunaan kata-kata mubazir. Wibowo (2009:75) dalam bukunya yang berjudul Menjadi Penulis dan Penyunting Sukses menyatakan bahwa setiap penulis perlu mengedit redudansi atau kemubaziran penggunaan kata dalam tulisannya sebelum diterbitkan atau dipublikasi. Langkah ini bertujuan untuk memperhatikan hal berikut: a) apakah tulisannya menggunakan kata-kata redudan alias mubazir atau kata-kata yang berlebih-lebihan, dan b) apakah kita (penulis) melakukan kekacauan alias kontaminasi atau kerancuan dalam penyusunan kalimat (Singgih, 1973; Pusat Bahasa, 1985; Badudu, 1986; Chaer, 1990; Wibowo;2001).
Lebih lanjut, Wibowo menyatakan bahwa redudansi merupakan wujud dari keserakahan dan ketidakcermatan penulis dalam menggunakan kata-kata. Jadi, seorang penulis juga dituntut untuk tidak serakah dan untuk cermat dalam memilih kata-kata saat menulis. Beberapa bentuk redudansi atau kemubaziran atau “keserakahan” yang sering digunakan dalam tulis-menulis, di antaranya:
1. Penggunaan kata daripada
1a) Kemudian daripada itu, semua hal yang berkaitan dengan dirimu akan saya lupakan.
1b) Segala kebutuhan daripada rapat malam sudah dipersiapkan.
Kata daripada dalam kalimat di atas tidak ada fungsinya atau mubazir karena kata daripada seharusnya berfungsi sebagai penunjuk makna perbandingan. Jika diperbaiki kemubaziran kata pada kalimat di atas, kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut ini.
1c) Kemudian, semua hal yang berkaitan dengan dirimu akan saya lupakan.
1d) Segala kebutuhan rapat malam sudah dipersiapkan.
2. Penggunaan kata agar supaya
2a) Agar supaya lulus Ujian Nasional, siswa-siswa semakin rajin belajar.
2b) Para atlet Olimpiade Tokyo 2021 berlatih dengan keras agar supaya mendapatkan medali emas.
Penggunaan kata hubung agar supaya dalam kedua kalimat di atas merupakan bentuk yang mubazir atau tidak efektif karena makna kata hubung agar dan supaya adalah sama-sama ‘menunjukkan maksud atau tujuan’. Untuk memperbaikinya, dapat dilihat pada kalimat di bawah ini.
2c) Agar lulus Ujian Nasional, siswa-siswa semakin rajin belajar.
2d) Para atlet Olimpiade Tokyo 2021 berlatih dengan keras supaya mendapatkan medali emas.
3. Penggunaan kata sangat dan sekali
3a) Saya sangat ingin sekali bertemu sepupu yang tinggal di Jakarta.
3b) Rakyat sangat marah sekali melihat tindakan korupsi yang dilakukan oleh para koruptor.
Kata sangat dan sekali pada dua kalimat merupakan contoh penggunaan redudansi atau kata mubazir karena kata sangat dan sekali memiliki arti yang sama, yaitu sama menunjukkan ’keinginan atau perasaan yang berlebihan’. Jika diperbaiki agar tidak mubazir, kata-kata sangat dan sekali harus dipilih salah satu untuk digunakan, seperti kalimat di bawah ini.
3c) Saya sangat ingin bertemu sepupu yang tinggal di Jakarta.
3d) Rakyat marah sekali melihat tindakan korupsi yang dilakukan oleh para koruptor.
4. Penggunaan kata disebabkan karena
4a) Induk ayam tidak masuk kandang disebabkan karena anak-anaknya masih bermain di luar.
4b) Zainuddin rela menanggung derita disebabkan karena rasa cinta kepada Hayati.
Penggunaan kata disebabkan karena disebut mubazir karena kata disebabkan dan kata karena mempunyai arti yang sama, yaitu sama-sama menyatakan ‘hal yang mengakibatkan sesuatu’. Pasangan yang benar untuk kata disebabkan adalah kata oleh, yaitu disebabkan oleh. Perbedaan kedua kata tersebut hanyalah dari asal-usulnya. Kata sebab berasal dari bahasa Arab dan kata karena berasal dari bahasa Sansekerta. Jika diperbaiki untuk menghilangkan kata-kata yang mubazir, kalimat di atas dapat diubah menjadi di bawah ini.
4c) Induk ayam tidak masuk kandang disebabkan oleh anak-anaknya masih bermain di luar.
4d) Zainuddin rela menanggung derita disebabkan oleh rasa cinta kepada Hayati.
5. Penggunaan ungkapan: Harap menjadi maklum adanya
5a) Harap menjadi maklum adanya atas semua kekurangan yang terdapat dalam acara ini.
5b) Harap menjadi maklum adanya tentang hubungan jarak jauh yang kita lakukan.
Penggunaan ungkapan harap menjadi maklum adanya merupakan sebuah pernyataan yang mubazir karena banyak kata-kata yang tidak menjalankan fungsinya dengan efektif. Perbaikan kata-kata pada kedua kalimat di atas dapat dilihat di bawah ini.
5c) Harap dimaklumi atas semua kekurangan yang ada pada acara ini.
5d) Harap maklum atas hubungan jarak jauh yang kita lakukan.
6. Penggunaan kata adalah merupakan
6a) Covid-19 adalah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sekelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan.
6b) Musik adalah merupakan bagian dari ekspresi keindahan jiwa manusia.
Penggunaan kata adalah merupakan termasuk mubazir karena keduanya merupakan kata kerja kopula yang memiliki arti yang sama, yaitu sama-sama menyatakan ‘definisi atau pengertian’. Jika diperbaiki agar tidak mubazir, kalimat di atas dapat diubah menjadi contoh di bawah ini.
6c) Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sekelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan
6d) Musik merupakan ekspresi keindahan jiwa manusia.
Setelah diperbaiki, kalimat-kalimat di atas tidak mubazir lagi dan berubah menjadi kalimat yang efektif serta tertib secara kebahasaan. Demikian penjelasan mengenai redudansi atau kata-kata mubazir yang sering digunakan dalam menulis. Setelah mengetahui kata-kata mubazir tersebut, semoga para penulis tidak melakukan kesalahan yang sama dengan contoh-contoh kesalahan di atas. Setiap penulis dapat mencermati dan mengedit kembali tulisan mereka sebelum dikirim ke media massa, ke ajang-ajang lomba, ke jurnal, ataupun jika akan diterbitkan dalam bentuk buku. Tulisan yang berkualitas adalah tulisan yang tidak mubazir dan tidak serakah dalam menggunakan kata-kata. Tulisan yang berkualitas juga adalah tulisan yang terkontrol secara kebahasaan. Kontrol kebahasaan dapat dibuktikan dengan tidak mubazir dalam memilih kata-kata.
Discussion about this post