Lastry Monika
(Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)
Ada satu fenomena unik yang saya kira hampir semua kita pernah mengalaminya: semangat luar biasa yang tiba-tiba muncul saat pekerjaan sudah mendekati deadline. Padahal sebelumnya, pekerjaan itu terasa ringan, tidak terlalu rumit, bahkan saya sempat berpikir, “Ah, ini bisa dikerjakan kapan saja. Tidak perlu waktu khusus”. Nyatanya, waktu yang longgar justru membuat saya menunda. Saya biarkan pekerjaan itu tergeletak begitu saja, sementara saya sibuk dengan hal-hal remeh yang seolah lebih menarik.
Lalu, tibalah saatnya pengumpulan pekerjaan semakin dekat. Alarm di kepala seakan berbunyi keras, “ayo, ini harus selesai sekarang juga!”. Aneh, justru pada titik inilah tenaga dan ide seperti mengalir tanpa henti. Apa yang sebelumnya tampak berat tiba-tiba terasa mungkin untuk ditaklukkan. Pekerjaan yang diprediksi butuh waktu seminggu bisa rampung hanya dalam semalam. Otak seolah dipaksa untuk bekerja lebih cepat, lebih fokus, dan lebih kreatif. Semua tertata, semua mengalir, dan akhirnya selesai juga.
Fenomena ini sering disebut “kekuatan deadline.” Ada yang bilang, ini hanyalah bentuk dari prokrastinasi, kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Namun, jika dilihat dari sisi lain, ini juga menunjukkan betapa manusia bisa memaksimalkan potensi ketika berada dalam tekanan. Energi yang tersimpan entah di mana tiba-tiba muncul. Pikiran yang biasanya buntu, mendadak penuh ide. Rasanya seperti adrenalin yang menyalakan mesin kreativitas.
Tentu saja, tidak semua orang bisa terus bergantung pada kekuatan deadline. Bagi sebagian orang, kebiasaan ini bisa berisiko, pekerjaan jadi terburu-buru, kualitas menurun, bahkan stres meningkat. Tapi di sisi lain, kita juga bisa belajar dari pengalaman ini. Bahwa sesungguhnya kita punya kekuatan lebih dari yang kita bayangkan. Bahwa kita bisa bekerja lebih efektif ketika benar-benar fokus, meskipun waktunya sempit.
Mengerjakan sesuatu menjelang deadline mengajarkan saya satu hal penting: kadang, bukan soal banyaknya waktu yang kita miliki, tetapi bagaimana kita memanfaatkan waktu itu dengan sungguh-sungguh. Dan ternyata, dalam keterdesakan, kita menemukan versi terbaik dari diri kita, versi yang bisa berpacu, menyelesaikan, dan tetap berdiri di garis akhir.