Dalam video tersebut, Dona tampak berjuang menyeberangi Sungai Batang Pasaman tanpa jembatan penghubung. Jembatan sepanjang 15 meter itu terputus sejak Jumat (1/8), membuat akses ke Kejorongan Sinuangon, Nagari Cubadak Barat, terputus total. Namun hal itu tak menghalangi niat Dona untuk tetap mengunjungi pasiennya.
“Baju basah kuyup, tapi harus tetap jalan. Ini bagian dari tugas kami,” ungkap Dona saat ditemui.
Aksi heroik Dona menuai ribuan pujian dari warganet. Tak hanya masyarakat, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Rusemy, juga angkat suara. Dalam komentarnya di media sosial, Vasko menyatakan salut atas dedikasi Dona dan meminta agar kontaknya disampaikan langsung.
“Saya salut dengan perjuangan Ibu Bidan. Kita butuh lebih banyak orang seperti beliau, yang bekerja sepenuh hati,” tulisnya.
Viralnya video ini menjadi cermin kerasnya realita pelayanan kesehatan di daerah pelosok. Selain sulitnya akses, masyarakat Kejorongan Sinuangon dan Batang Kundur juga mengalami dampak ekonomi. Sekitar 150 kepala keluarga kini terisolasi, harga bahan pokok melonjak hingga 150 persen, dan tarif ojek pun naik drastis dari Rp100 ribu menjadi Rp250 ribu per orang.
Pemerintah Nagari Cubadak Barat bersama Pemkab Pasaman telah mengupayakan pembangunan jembatan darurat. Namun, perjuangan Dona menjadi simbol pentingnya peran tenaga kesehatan di garda terdepan, terutama di wilayah terpencil dengan fasilitas terbatas.
Meski telah viral, Dona tetap rendah hati dan mengaku terharu atas perhatian publik. Ia berharap, kisahnya bisa mendorong perbaikan nyata untuk akses layanan kesehatan di pelosok.
“Terima kasih atas dukungannya. Semoga ini jadi perhatian bersama agar kondisi pelayanan kesehatan kita semakin baik,” tutupnya.
Dari derasnya sungai hingga beratnya medan, perjuangan seorang bidan di pedalaman ini menjadi gambaran nyata dedikasi tanpa batas yang pantas mendapat lebih dari sekadar pujian.(Adpsb)