Program ini diharapkan menjadi solusi menyeluruh untuk meningkatkan kualitas dan daya saing gambir, dari sisi produksi hingga ekspor.
“Melalui pendampingan ini, para petani tidak hanya didorong untuk meningkatkan kuantitas, tapi juga kualitas produksi agar mampu bersaing di pasar global,” ujar Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah saat peluncuran program di Aula Kantor Bupati Limapuluh Kota, Selasa (29/7/2025).
Ia menambahkan, pendampingan ini sekaligus menjadi jalan bagi pelaku usaha lokal untuk naik kelas, dari sekadar penghasil bahan mentah menjadi eksportir yang mandiri dan kompetitif.
Bupati Limapuluh Kota, Safni Sikumbang juga menaruh harapan besar pada program ini. Ia menyebutkan bahwa wilayahnya menyumbang sekitar 90 persen ekspor gambir nasional. Namun sayangnya, manfaat ekonomi belum dirasakan optimal oleh para petani.
“Ini saatnya kita ubah kondisi itu. Jangan hanya jadi penyumbang terbesar, tapi petaninya masih tertinggal secara ekonomi,” kata Safni tegas.
Data menunjukkan, produksi gambir di Limapuluh Kota mencapai sekitar 9.000 ton per tahun. Komoditas ini digarap oleh lebih dari 100.000 petani yang tersebar di 35 nagari di 8 kecamatan.
Kepala Kanwil DJPb Sumbar, Mohammad Dody Fachrudin, menyampaikan bahwa program ini didukung oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Pendampingan dilakukan secara komprehensif dari hulu hingga hilir.
“Di hulu kami perkuat kemampuan petani dalam produksi dan pengolahan. Di tengah, kami bangun kemitraan dan kelembagaan. Di hilir, kami buka akses ke pembiayaan dan pasar ekspor,” jelas Dody.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dan level pemerintahan. Dengan kerja sama yang terintegrasi, kata Dody, ekosistem ekspor berbasis potensi lokal seperti gambir bisa tumbuh secara berkelanjutan.(adpsb)