Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah)
Beberapa minggu terkahir ini, di akhir pekannya saya suka jalan-jalan pagi. Niat awalnya olah raga agar bisa hidup sehat. Tapi, realisasnya bukan semata-mata olahraga. Soalnya, di sepanjang rute jalan pagi itu, berjejer penjual makanan yang menggoda selera. Mulai dari aneka kue dan gorengan, hingga sate yang menggugah selera.
Suasana jalan pagi itu selalu meriah. Di sisi kanan dan kiri jalan, terlihat orang-orang dari berbagai usia dan latar belakang sedang berolahraga. Ada yang lari kecil sendirian sambil mendengarkan musik lewat earphone, ada pula yang berjalan santai bersama keluarga, bahkan tak sedikit rombongan teman yang bercanda sambil jogging ringan.
Di sela-sela keramaian itu, aneka lapak dagangan turut meramaikan suasana. Tidak hanya kuliner yang menggoda, tapi juga ada pedagang aksesoris lucu, pakaian olahraga, hingga tanaman hias kecil dalam pot. Rasanya seperti pasar mini yang hidup hanya di pagi hari, dengan udara segar dan senyum ramah dari sesama pejalan kaki.
Pagi itu saya sempat bimbang. Di satu sisi, saya ngiler melihat gerobak sate yang mengepul wangi, dan es jeruk segar di meja plastik yang tampak menggoda. Tapi di sisi lain, ada satu lapak yang menjual jersey bola favorit saya, desainnya keren, warnanya pas, dan harganya lumayan bersahabat. Sayangnya, isi dompet saya sedang pas-pasan.
Akhirnya, saya memilih makan. Jersey bisa dipesan online, tapi aroma sate hangat dan segarnya es jeruk pagi itu tak bisa diklik ulang. Duduk di bangku plastik sambil menikmati sarapan sederhana, saya merasa lebih dari cukup. Kadang, membahagiakan perut adalah cara paling elegan untuk menunda keinginan yang lain.
Dari pilihan itu, saya sadar bahwa tidak semua keinginan harus didahulukan. Menyantap sarapan hangat di pagi yang hidup memberi rasa cukup yang tak bisa ditunda. Jersey bisa menunggu, tapi momen sederhana yang membahagiakan, itulah yang seharusnya dirayakan lebih dulu.
Dan begitulah, dari sekadar niat jalan pagi yang sederhana, saya justru belajar tentang cara menikmati hidup dengan lebih tenang. Hidup ini, rupanya, bukan soal berlari paling cepat mengejar semua yang diinginkan, melainkan tentang tahu kapan harus berhenti sejenak, mencicipi kebahagiaan yang ada di depan mata, dan mensyukurinya tanpa banyak drama. Sebab sering kali, kebahagiaan tak datang dari hal-hal besar, melainkan dari sate hangat, es jeruk segar, dan keputusan kecil yang membuat hati lega.