Minggu, 08/6/25 | 16:56 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI PUISI

Puisi-puisi Elfa Edriwati

Minggu, 08/6/25 | 07:41 WIB
Ilustrasi:Meta AI

Bersitatap

Oleh: Elfa Edriwati

Kala malam nan hangatnya menembus tiap ruang
Bertemu di lorong-lorong kecil, bersitatap lalu tersenyum manis
Hatiku bergetar namun jiwaku tak bergerak
Menatapmu lebih lama, setiap inci wajahmu, hidungmu,
Matamu, bibirmu, membuaiku hanyut lebih dalam..
Tak kan aku berdusta, lagi-lagi hasrat menyentuhmu kian membara
Ke sekian kalinya bertemu,
Kau tetap diam sementara aku menggebu.

 

Menagih Janji

Oleh: Elfa Edriwati

BACAJUGA

No Content Available

Sore itu katanya tak kan berubah
Kembali terbayang senyum manisnya
Membuai, meyakinkan, tak terjadi apa-apa
Janjinya hilang terbawa angin
Menyesal percaya, dia tak lagi sama..
Bulan pertama, kedua, ketiga, jiwanya masih.
Bulan berikutnya, aku tak mengenalnya lagi..
Siapa dia? Katanya pahlawan sang putri
Nan beranjak dari tanggungan, melepas beban, merasa bebas.
Sementara putri menerawang, bisakah kita tetap seirama?

 

Mesin Waktu

Oleh: Elfa Edriwati

Tak beranjak dari sana jiwa-jiwa pemalas tiada bertepi
Sekian lama diam tanpa aksi
Pikirannya kusut, raga tak terurus
Sepanjang waktu meratapi nasib
Merayu mesin waktu agar kembali
Berangan-angan menjemput nan hilang
Nan tak sampai, nan terbuang
Bertingkah seolah tiap detik tak berharga
Jika sirna, tiap detik amat bermakna.


Perihal
Dunia

Oleh: Elfa Edriwati

Dunia nan bising kerap membawa amarah
Meluluhlantakkan jiwa raga
Gemuruh gejolak meluap
Perihal angin tak sampai
Segala nan dicari tak bersua
Segala harapan tak menyapa
Segala mimpi tak dijabah
Mengapa?
Perihal Dunia

 

Waktu Petang

Oleh: Elfa Edriwati

Di sebelah barat sawah melintang
Anginnya menghembus setiap ceruk
Ragaku terbawa arus aliran sungai
Langkahkan mengikuti ombak kecil
Mengitari alam terbentang
Jikalau tiba waktu petang
Jiwa-jiwa kecil berhambur di sana
Bergejolak riang tak ingat pulang

 

Biodata Penulis:

Elfa Edriwati lahir di kota Padang, biasa dipanggil Elfa, merupakan Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Andalas. Ia memiliki hobi menonton film, membaca, dan menulis. Andrea Hirata dan Buya Hamka merupakan penulis favoritnya, dan kelak ingin menjadi seperti mereka.

Tags: #Elfa Edriwati
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Berita Sesudah

Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

Berita Terkait

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Minggu, 01/6/25 | 10:01 WIB

Ilustrasi: Meta AI Malamku Berisik Oleh: Yogi Resya Pratama Mengusik dan berderik Akar-akar akal pun tak luput mancari siasat Merayu...

Puisi-puisi Salwa Ratri Wahyuni

Puisi-puisi Salwa Ratri Wahyuni

Minggu, 25/5/25 | 15:05 WIB

Ilustrasi: Meta AI Senantiasa Aku Tersesat di Matamu Oleh: Salwa Ratri Wahyuni bila siang memang panggung sandiwara maka malam tercipta...

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Minggu, 18/5/25 | 08:43 WIB

Ilustrasi: Meta Ai Untuk Cinta Oleh: Yogi Resya Pratama Untuk cinta kukira bersamamu aku bahagia, Tapi ternyata tanpamu aku jauh...

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Minggu, 11/5/25 | 11:29 WIB

Ilustrasi: Meta AI Mahasiswa Fakultas Timbangan Keadilan Oleh: Afny Dwi Sahira Kau datang pada sebuah pertemuan Tak ada yang mengundangmu...

Puisi-puisi Eliza Nuzul Fitria

Puisi-puisi Eliza Nuzul Fitria

Minggu, 04/5/25 | 07:45 WIB

Ilustrasi: Meta AI Melanjutkan Episode Oleh: Eliza Nuzul Fitria Bukan nyanyian, melainkan tangisan Tanyalah pada mereka yang menanggung beban Setetes,...

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Minggu, 27/4/25 | 09:56 WIB

Ilustrasi: Meta AI Panggilan Demi Hari Oleh: Maryatul Kuptiah Per kepala merayap, badan bungkuk Mencium lantai, puji pada sang-Tuhan. Tunaikan...

Berita Sesudah
Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

POPULER

  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sapi Qurban Bantuan Presiden Jadi Sejarah Baru di Jorong Pasar Lama Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024