Dharmasraya, Scientia.id – Dokumentasi lama yang menampilkan kondisi Pelayangan Pulau Punjung pada tahun 1998 kini beredar luas, membangkitkan gelombang nostalgia dan sejuta kenangan bagi masyarakat setempat. Terletak di Jorong Pasar Pulau Punjung, Nagari IV Koto Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, area ini dulunya merupakan denyut nadi perekonomian dan pusat aktivitas yang tak terlupakan.
“Pelayangan merupakan urat nadi perekonomian, karena di sini pasar dahulunya,” ungkap Yong Indra, yang pernah tinggal dan tumbuh besar di sana, katanya, Jumat (23/5/2025).
Ia menambahkan, masyarakat Solok Selatan pada masa itu bahkan menempuh perjalanan menuju pasar dengan menggunakan perahu kecil (Tempek) dan berlabuh di Pelayangan.
“Ini menjadikan Pelayangan sebagai pelabuhan vital yang menghubungkan akses Pulau Punjung dengan Solok Selatan melalui jalur sungai Batang Hari,” ungkapnya.
Rifdal juga mengenang keindahan Pelayangan di masanya.
“Pelayangan indah di waktunya, ini juga tempat penyeberangan menghubungkan Pulau Punjung dengan Sungai Dareh, melalui kapal (Ponton),” tuturnya.
Ia melanjutkan, pemandangan kapal-kapal yang berjejer di tepi Sungai Batang Hari menjadikan tempat ini ramai 24 jam.
Namun, kenangan indah itu diiringi dengan kisah pilu. Pada tahun 1998, sebuah peristiwa kebakaran besar menghancurkan sebagian besar bangunan di Pelayangan, meratakannya dengan tanah dan hanya menyisakan beberapa bangunan saja.
“Pasca kebakaran kita masih Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Damkar pun dari Sijunjung,” kenang Rifdal.
Dengan beredarnya kembali dokumentasi Pelayangan di media sosial, ingatan akan 30 tahun silam dihidupkan kembali.
Baca Juga: Jembatan Gantung Buktung Ampang Kuranji Putus, Aktivitas Warga dan Pertanian Terganggu
“Tempat ini penuh history,” tutupnya.
Dokumentasi ini tak hanya sekadar foto lama, melainkan jendela waktu yang membuka kembali lembaran sejarah dan kenangan yang masih membekas di pikiran dan hati masyarakat Pulau Punjung. (tnl)