![Kutub es mencair. [foto : net]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/05/Kutub-es-mencair.jpg)
Padang, Scientia – Akhir – akhir ini kita sering merasakan cuaca panas yang begitu terik hingga terasa membakar kulit. Tahu kita, apakah kondisi tersebut termasuk kedalam pemanasan global (global warming)? Berikut ulasaannya.
Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi dan lautan secara signifikan dalam jangka waktu panjang, terutama sejak pertengahan abad ke-20, disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK), ( IPCC – Intergovernmental Panel on Climate Change, AR6 Report, 2021). Menurut buku Climate Change : The Science of Global Warming and Our Energy Future oleh Edmond A. Mathez (2018), pemanasan global adalah manifestasi dari perubahan iklim akibat aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil.
Pemanasan global disebabkan oleh dua faktor, yaitu pertama faktor aktivitas manusia atau Anthropogenic Causes. Di antaranya, pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas untuk energi dan transportasi yang menghasilkan karbon dioksida. Deforestasi yang menyebabkan mengurangi kemampuan bumi menyerap karbon dioksida.
Selanjutnya, industri yang menghasilkan metana (CH₄), dinitrogen oksida (N₂O), dan gas lainnya. Melalui pertanian dan peternakan yang menyumbang emisi metana dari fermentasi enterik ternak.
Faktor kedua disebabkan oleh Gas Rumah Kaca (GRK). IPCC menyatakan gas-gas berikut sebagai penyumbang utama karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), nitrous oxide (NO) dan Gas industri seerti CFCs dan HFCs.
Selain penyebab, pemanasan global juga memiliki dampak bagi kehidupan. Menurut buku Introduction to Modern Climate Change oleh Andrew Dessler (2020) dan jurnal Nature Climate Change, dampak pemanasan global adalah Kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub dan pemuaian air laut. Perubahan pola cuaca ekstrem seperti kekeringan, badai tropis, banjir bandang.
Kemudian, Gangguan terhadap ekosistem dan kepunahan spesies. Penurunan produktivitas pertanian dan krisis pangan. Ancaman terhadap kesehatan manusia seperti meningkatnya penyakit akibat cuaca panas dan penyebaran penyakit tropis.
Meskipun demikian, terdapat dua cara untuk mengatasi keberlangsungan pemanasan global. Pertama, mitigasi dengan mengurangi emisi (GRK) melalui transisi ke energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, hidro (IEA, 2022). Efisiensi energi dan pengurangan penggunaan energi berbasis fosil. Reforestasi dan pelestarian hutan. Perubahan pola konsumsi seperti kurangi daging merah, konsumsi lokal. Serta Transportasi rendah emisi seperti kendaraan listrik, transportasi publik.
Di samping itu, cara mengatasi pemanasan global juga dapat dilakukan dengan Adaptasi, yaitu menyesuaikan diri dengan dampak. Caranya dengan membuat infrastruktur tahan iklim seperti tanggul, drainase modern. Sistem pertanian tahan iklim dan pemetaan risiko bencana. Terakhir, pendidikan dan kampanye publik tentang perubahan iklim, (UNFCCC, World Bank Climate Action Report, IPCC AR6).(Rai)