Kamis, 16/10/25 | 16:18 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Menyoal Dosa Bahasa

Minggu, 23/2/25 | 17:33 WIB

Oleh: Alex Darmawan
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

Dosa bahasa, idiom ini menggelitik pikiran penulis ketika membaca sebuah tulisan di kolom bahasa majalah tempo mingguan  edisi 12-18 November 2018 yang ditulis oleh  Bagja Hidayat. Apa maksud dosa bahasa yang digambarkan oleh Bagja tersebut? Dosa bahasa  menurut sudut pandang Bagja ialah apabila seseorang menggunakan kata atau istilah asing namun kata tersebut sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kecenderungan seseorang menggunakan kata-kata asing dan mengabaikan bahasa Indonesia telah melakukan dosa bahasa terhadap bahasa negara dan bahasa nasional Republik Indonesia karena secara tidak langsung, seseorang tersebut telah mengabaikan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan lebih jauh menganaktirikan bahasa negara kita di negeri sendiri.

Menurut KBBI (2014: 342), dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum tuhan atau agama. Kosakata dosa yang dipersandingkan dengan bahasa tentunya akan menimbulkan makna lain karena kata dosa memiliki ranah pemakaian tertentu, yaitu ranah agama. Lalu, pengertian bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi (Kridalaksana, 2002: 24). Pengertian kosakata dosa dan bahasa yang kemudian menjadi suatu idiom menggambarkan suatu makna tertentu. Idiom dosa bahasa dapat diartikan sebagai kegiatan berbahasa yang melanggar hukum tuhan atau agama. Dalam artian lain, dosa bahasa ialah berbahasa yang menyakiti hati dan perasaan orang lain yang membuat seseorang dirugikan secara  materiil maupun nonmateriil.

BACAJUGA

Cek Tipo dan EYD Jadi Mudah! Ini 5 Website yang Bisa Bantu Tugas Menulismu

Cek Tipo dan EYD Jadi Mudah! Ini 5 Website yang Bisa Bantu Tugas Menulismu

Selasa, 15/4/25 | 07:45 WIB
Kecerdasan dan Berbahasa

Kecerdasan dan Berbahasa

Minggu, 09/3/25 | 09:59 WIB

Dalam tulisan ini penulis berbeda perspektif memaknai idiom dosa bahasa. Pada konteks kekinian, dosa bahasa bermula dari ujaran kebencian (hate speech) dan hoax (cerita bohong). Ujaran kebencian dan hoax di zaman digital sekarang seolah-olah telah menjadi menu utama dalam komunikasi digital, terutama di media sosial. Begitu banyak ujaran kebencian dan hoax kita lihat dan baca setiap hari sehingga bagi kita terkadang sulit membedakan mana informasi benar dan mana yang tidak benar. Tanpa sadar terlalu banyak dosa bahasa yang telah dilakukan oleh banyak orang kepada orang lain melalui hate speech dan hoax.

Apa yang menyebabkan seseorang berkata-kata menyerang dan bernada benci terhadap satu individu atau kelompok? Bisa jadi penyebabnya adalah karena marah, dendam, ketidaksukaan, mempermalukan, membunuh karakter, dan alasan lainnya yang sulit diterima oleh akal. Kebencian itu sejatinya adalah emosi umum yang ada pada tiap diri individu. Akan tetapi, jika disebarkan ke ruang publik, emosi akan memicu konflik dan kejahatan atas kemanusiaan. Parahnya, ujaran kebencian itu digunakan sebagai strategi kelompok untuk memprovokasi kebencian dan tindakan anarki. Contoh beberapa tahun yang lalu, di hadapan kita bersama  mengenai dosa bahasa berupa ujaran kebencian yang menimpa seorang musisi kondang Indonesia, yaitu Ahmad Dhani (Warta Tribunnews.Com). Kasus Ahmad Dhani ini berawal dari unggahannya di vlog ‘idiot’ yang beredar luas di media sosial. Kemudian, unggahan itu berbuntut kepada masalah hukum karena dianggap menyerang suatu kelompok tertentu. Kasus selanjutnya yang tersandung masalah ujaran kebencian lainya adalah salah seorang pentolan FPI, Habib Bahar yang harus berurusan dengan polisi karena ceramahnya pada sebuah majelis maulid di Palembang, Sumatera Selatan. Pentolan FPI itu diduga menebarkan ujaran kebencian terhadap orang nomor satu di tanah air.

Begitu pula dengan dosa bahasa yang disebabkan hoax. Hoax atau cerita bohong dinarasikan sedemikian rupa sehingga cerita itu seolah-olah benar adanya. Tujuannya pun berbeda-beda, di antaranya menciptakan ketegangan, ketakutan, ketidakstabilan di tengah-tengah masyarakat dan lain sebagainya. Dosa bahasa sangat marak terjadi, terutama pada situasi politik, sosial dan budaya Indonesia yang tengah menuju reformasi demokrasi. Tokoh wanita yang sangat kita kenal vokal terhadap segala kebijakan pemerintah,dulunya adalah Ratna Sarumpaet. Beliau adalah seorang aktivis dan seniman yang banyak menggeluti dunia panggung teater, juga terjebak dengan dosa bahasa. Cerita bohong yang dinarasikan oleh Ratna sesaat membuat banyak orang percaya bahwa ia telah dianiaya. Gelombang simpati dan empati terarah ke Ratna. Opini masyarakat pun digiring kepada suatu kelompok sebagai pelakunya. Namun, keadaan itu hanya sesaatnya setelah pihak kepolisian menemukan bukti sebenarnya. Tidak berapa lama kemudian, Ratna pun mengaku bahwa ia telah berbohong dan meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Pada akhirnya, makna idiom dosa bahasa bukan hanya bermakna tidak mencintai bahasa sendiri dan mengagungkan  bahasa asing seperti yang dimaksudkan oleh Bagja Hidayat dalam tulisannya di majalah Tempo, melainkan aktivitas berbahasa yang menyakiti dan membohongi orang lain juga termasuk dosa bahasa. Sebagai umat beragama dan warga negara Indonesia sudah sepatutnya kita menjauhkan diri dari dosa bahasa agar terhindar dari hukum Tuhan dan hukum manusia. Kita seharusnya berada dalam satu posisi menghubungkan nilai-nilai keagamaan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sehingga terbangun kepribadian masyarakat Indonesia yang inklusif. Semoga.

Tags: #Alex Darmawan#bahasa
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Sejengkal Ruang, Segenggam Kebersamaan

Berita Sesudah

Irsyad Syafar Jemput Aspirasi Warga Soal Pendampingan dan Sertifikasi Halal bagi UMKM

Berita Terkait

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Minggu, 12/10/25 | 12:34 WIB

Oleh: Hasbi Witir (Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Banyak dari kita mungkin beranggapan bahwa sejarah sastra Indonesia modern dimulai...

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Minggu, 12/10/25 | 11:30 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan Anggota UKMF Labor Penulisan Kreatif)          ...

Puisi-puisi Ronaldi Noor dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi Luka Gaza dalam “Gaza Tak Pernah Sunyi” Karya Hardi

Minggu, 05/10/25 | 23:48 WIB

Oleh: Ragdy F. Daye (Penulis dan  Sastrawan Sumatera Barat)   Kota ini bukan kota lagi. Ia museum luka yang terus...

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Minggu, 05/10/25 | 23:29 WIB

Oleh: Febby Gusmelyyana (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 13.30...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Konflik pada Cerpen “Pak Menteri Mau Datang” Karya A.A. Navis

Minggu, 05/10/25 | 23:11 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Ali Akbar Navis atau lebih dikenal A.A. Navis adalah...

Sastra Bandingan: Kerinduan yang Tak Bertepi di Antara Dua Puisi

Sastra Anak, Pondasi Psikologis Perkembangan Kognitif Anak

Minggu, 28/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Dara Suci Rezki Efendi (Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Setiap karya sastra pasti memiliki pembacanya masing-masing,...

Berita Sesudah
Irsyad Syafar Jemput Aspirasi Warga Soal Pendampingan dan Sertifikasi Halal bagi UMKM

Irsyad Syafar Jemput Aspirasi Warga Soal Pendampingan dan Sertifikasi Halal bagi UMKM

POPULER

  • Walikota Padang Fadly Amran bersama Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara saat meninjau rehabilitasi saluran drainase dipadang pasir, Rabu (8/10). (Foto: Ist)

    Walikota Apresiasi Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara Dalam Rehabilitasi Saluran Drainase di Padang Pasir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Persiapkan Tenaga Kesehatan Untuk Ke Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenlu RI Dukung Kota Padang Kerjasama Dengan Hildesheim Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Tawarkan Potensi Investasi kepada Delegasi Bisnis India di Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyicil dari Hasil Arisan, Ketuk Pintu Baitullah hingga Lahirkan Warisan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024