Padang, Scientia.id-Selasa, 24 Desember 2024, Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Kelas A dan C Angkatan 2023 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, menyelenggarakan pemutaran film sinematografi. Kegiatan ini melibatkan panitia dan peserta yang sekaligus diambil dari kedua kelas tersebut.
Ada sekitar 75 orang yang mengambil kelas sinematografi ini dengan dua dosen pengampu, yaitu Bapak Drs. M. Yusuf, M.Hum dan Ibu Andina Meutia Hawa M.Hum. Acara penayangan film dibagi aatas sembilan kelompok yang sudah di bentuk di dalam kelas. Dari kelas A terdapat enam kelompok dan kelas C ada tiga kelompok. Penayangan film dilakukan secara acak oleh Master of Ceremony (MC). Penayangan juga dibuka untuk umum. Penayangan ini berlangsung dari pukul 09.00–13.00 WIB di ruang seminar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
Acara ini merupakan wadah kreativitas mahasiswa dalam dunia industri perfilman. Film yang diadaptasi oleh mahasiswa merupakan hasil karya masing-masing dan ada yang mengadaptasi dari cerpen sendiri dan ada juga yang sepakat bersama untuk mencari dan menulis ulang skrip film yang diadaptasi. Setelah film ditayangkan, para kru atau yang terlibat dalam pembuatan film diminta untuk menyampaikan kepada para penonton bagaimana proses penyutingan film.
Ada beberapa kelompok yang proses syutingnya hanya selama kurang lebih dua minggu, karena mereka dikejar waktu penayangan, ada juga beberapa kelompok yang menjelaskan proses pembuatan film pendek hanya mencapai waktu kurang lebih dua bulan. Hal ini bukan karena mereka lama dalam proses syuting, tetapi karena menginginkan hasil terbaik. Satu film yang menjadi daya tarik di antara semua film yang diputar adalah film adaptasi dari kelompok dua Kelas C Sinematografi. Para mahasiswa yang terlibat di dalam pembuatan film sungguh-sungguh ingin menampilkan yang terbaik. Begitu kata salah seorang dari anggota kelompok. Mereka menyebutkan proses pembuatan naskah mengangkat kisah sosial yang terjadi pada generasi muda hari ini.
Film berjudul Seiras yang disutradarai oleh Resti Anggraini memperlihatkan hasil kerja semua anggota kelompok, bahkan mereka membuat backsound sendiri untuk film ini. Makna dari Seiras adalah singkatan dari nama Seira dan Rasiq, yang selalu bertengkar namun pada akhirnya mengingat kembali makna nama mereka bahwa mereka saudara yang satu tubuh. Apabila ada yang sakit, keduanya sama-sama merasakan sakit. Film ini bercerita tentang mental health remaja. Kesimpulan penayangan film ini adalah tentang kehidupan generasi sekarang yang menampilkan kegelisahan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam pertemanan, keluarga, dan masyarakat.
Judul-judul film yang ditampilkan juga menarik, mulai dari Laut yang Berbisik yang terinspirasi dari novel Laut Bercerita. Namun, film ini rupanya sangat jauh berbeda, para mahasiswa menyampaikan pesan melalui film ini. Serta diolah dengan kreativitasnya pesan dari film ini adalah setiap orang mempunyai beban walaupun orang lain melihatnya sangat berkecukupan, kita harus ingat akan hadirnya peran agama dan tuhan, dalam hiruk pikuknya manusia karena apabila segala sesuatu tidak diselingi dengan agama maka semuanya akan lepas kendali, sejatinya manusia adalah makhluk yang lemah dan mudah menyerah serta tersesat disinilah agama memiliki peran sebagai penengah dan pengendali sosial.
Penayangan film ini, mendapatkan antusias baik dari peserta maupun tamu undangan yang hadir, terlihat semua film yang ditayangkan pada acara penayangan ini sangat bagus dan kreatif, namun ada beberapa masukkan yang diberikan oleh dosen pengampu, yaitu bagaimana membuat film serapi mungkin. Pembuat film menyampaikan makna dan menghilangkan suara yang mengganggu pada saat syuting. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa kelas sinematografi kelas A dan C bisa menjadi wadah lahirnya karya-karya baru dalam dunia perfilman. Film yang diadaptasi dapat menyuarakan keresahan masyarakat dan menjadi tontonan yang mengedukasi orang banyak. (*)