Dalam kehidupan setiap orang butuh untuk mendengar bahasa positif dan pilihan kata atau diksi yang positif. Hal itu merupakan fakta yang lumrah dan manusiawi agar kita dapat membangun aura yang positif di dalam diri. Aura tersebut dapat memengaruhi orang lain yang mendengarnya untuk ikut merasakan efek positif saat berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa yang positif dapat dibangun dengan memiliki diksi yang tepat dan mengandung makna positif saat berkomunikasi.
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan maksud tertentu pada lawan bicara ataupun pada saat menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diksi didefinisikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diinginkan.
Secara umum, diksi terbagi atas dua, yaitu diksi denotatif dan diksi konotatif. Diksi denotatif adalah diksi yang mengandung makna sebenarnya dari kata-kata yang digunakan dalam sebuah kalimat, contohnya: Ibu membeli buah-buahan di pasar. Semua diksi dalam kalimat tersebut memiliki makna yang jelas dan sesuai dengan makna aslinya. Lalu, ada diksi konotatif yang diartikan sebagai diksi yang dapat menyentuh perasaan, sisi-sisi emosional, mengandung makna kiasan, atau makna figuratif. Contoh diksi konotasi adalah: Ibu membeli buah tangan saat jalan-jalan ke Malaysia. Buah tangan dalam kalimat tersebut mengandung makna kiasan, yaitu oleh-oleh.
Jika ditilik dari definisi dan pembagiannya, sudah jelas bahwa diksi merupakan kata-kata yang mengandung makna positif karena berkaitan dengan trik memilih kata yang tepat. Kata-kata yang cenderung membuat orang-orang termotivasi untuk melakukan tindakan-tindakan baik, penuh harapan, dan motivasi dalam menjalani kehidupan. Diksi positif juga disebut sebagai pilihan kata yang mengandung kesopanan, kesantunan, tidak menyinggung perasaan, dan tidak menimbulkan luka hati saat didengarkan. Diksi dengan makna positif contohnya adalah kata-kata mutiara, quotes, dan juga kata-kata dalam percakapan sehari-hari yang dapat memotivasi orang lain. Beberapa diksi yang mengandung makna positif di antaranya dapat dilihat pada contoh kalimat di bawah ini.
- Terima kasih telah mendengarkan.
- Maaf, saya salah.
- Ayo kamu bisa.
- Saya percaya Anda bisa melakukannya.
- Itu bukan kamu. Kamu tidak gampang menyerah!
- Saya yakin Anda akan berhasil.
- Masa depan ada di tanganmu.
- Aku di sini untuk membantumu.
- Jangan sungkan untuk bercerita.
- Mari saya bantu.
Sepuluh contoh di atas hanya mewakili beberapa diksi positif yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari agar suasana komunikasi berlangsung adem. Pemilihan diksi yang tepat dan positif penting untuk membangun komunikasi yang baik dalam sebuah organisasi ataupun diri seorang individu. Sebuah organisasi dapat berjalan sukses jika para individu di dalamnya memiliki model komunikasi yang positif dan hangat, saling percaya, saling mendukung, saling menguatkan, dan tidak saling mencurigai satu sama lain. Diksi yang positif sangat berperan dalam membangun kepercayaan dan kehangatan di antara para personil yang terlibat sebuah organisasi. Diksi yang postif juga menjadi kunci kesuksesan dan kesolidan hubungan antarindividu dalam sebuah organisasi untuk meraih sukses.
Dala empat hari belakangan, ada kasus yang viral dan trending di media massa dan media sosial terkait dengan penggunaan diksi. Kasus tersebut adalah kasus Gus Miftah yang dianggap melontarkan diksi atau pilihan kata yang tidak menyenankan pada pedagang es teh saat ceramah pada sebuah acara. Ia dianggap telah menghina pedagang es teh tersebut dengan pernyataan ”Es tehmu sih akeh (masih banyak) nggak? Ya sana jual goblok”! Kata-kata “goblok” termasuk ke dalam jenis kata-kata kasar, vulgar, atau kata-kata sumpah serapah (swear words). Diksi tersebut tentu tidak pantas diucapkan karena mengandung makna negatif, apalagi diucapkan oleh seorang publik figur seperti Gus Miftah. Pemilihan diksi yang tidak hati-hari tersebut justru berbalik menyerang Gus Miftah sehingga ia dihakimi beramai-ramai oleh warganet. Ia dianggap menghina, melecehkan, dan merendahkan profesi seorang penjual es teh.
Warganet menganggap Gus Miftah tidak pantas mengeluarkan kata-kata bernada penghinaan tersebut, terutama sebagai seorang tokoh agama dan juga Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto untuk Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan di Indonesia. Setelah kejadian viral tersebut, Gus Miftah menyampaikan permintaan maaf pada penjual es teh dan mengundurkan diri sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Beragama.
Dari kasus Gus Miftah kita dapat memahami betapa penting untuk memilih diksi yang baik, benar, tepat, dan santun saat berbahasa jika tidak ingin kena batunya atau tidak ingin hidup berubah seketika. Selain balik dipermalukan, Gus Miftah juga harus kehilangan jabatan dan kepercayaaan yang diberikan oleh Presiden Prabowo tentunya. Wallahualam Bissawab.