Oleh: Rizky Amelya Furqan, Sudarmoko, Ivan Adilla.
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
“Tolong pikirkan tentang warisanmu karena kamu menulisnya setiap hari”
-Gary Vaynerchuk
Sawahlunto merupakan salah satu daerah tambang yang pada awalnya dipenuhi oleh hutan rimba dan kemudian dilakukan pembebasan lahan untuk areal tambang batu bara karena dari hasil penelitian yang dilakukan oleh geolog Belanda ditemukan deposit batu bara sekitar 200 juta ton. Peralihan ini dimulai pada abad ke-19 dan Sawahlunto semakin dikenal sebagai daerah tambang, tidak hanya di Sumatera Barat dan Nusantara, tetapi hingga ke Eropa (Tempo, 2023)
Saat ini, banyak kawasan bekas tambang yang dijadikan sebagai tempat wisata, di antaranya ada Tebing Breksi di Yogyakarta, Danau Blingoh di Jepara, Jawa Tengah, Bukit Jaddih di Madura, Jawa Timur yang merupakan kawasan tambang batu kapur. Begitu juga dengan kawasan Lubang Tambang Mbah Suro di Sawahlunto yang pernah digunakan pada tahun 1898-1932. Kawasan bekas tambang batu bara ini akhirnya juga ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 6 Juli 2019. Dengan demikian, Sawahlunto menjadi salah satu dari 10 situs warisan dunia yang ada di Indonesia.
Warisan Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto (WTBOS) melewati beberapa kawasan yang dilalui oleh kereta api. Oleh karena itu, ada tujuh pemerintahan kabupaten dan kota yang terlibat, yaitu Padang, Kayutanam, Padang Panjang, Tanah Datar, Solok, Kota Solok, dan Sawahlunto. Kemudian, ada tambahan satu kota yang juga ikut serta karena dilalui oleh jalur kereta tambang Sawahlunto, yaitu Sijunjung. Selain itu juga melibatkan beberapa perusahaan dan institusi, yaitu PT Bukit Asam, PT KAI, dan PT Pelindo.
Kehadiran Warisan Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto (WTBOS) tentu saja membuat perhatian banyak orang tertuju kepada mereka. Salah satunya adalah perhatian Kementerian Kebudayaan yang selalu mengadakan acara Galanggang Arang untuk meningkatkan eksistensi kawasan warisan tambang ini, baik dari segi kesenian yang dimiliki ataupun dari segi wisata yang ada di lokasi sekitar.
Daerah Sawahlunto yang menjadi pusat kawasan warisan tambang mendapat banyak perhatian, setidaknya ada dua acara besar yang diadakan di Sawahlunto dalam satu tahun, yaitu Galanggang Arang dan Sawahlunto International Songket Silungkang Carnival (SISSCa). Kegiatan itu tentu saja akan membuat eksistensi Sawahlunto pada masyarakat yang lebih luas semakin kuat. Hal menarik lain yang perlu dilihat dari Sawahlunto adalah keberagaman masyarakat Sawahlunto yang membuat mereka menjadi identitas yang multietnis dan juga multikultural.
Kejayaan Sawahlunto pada masa lalu sebagai pusat tambang batu bara yang ada di Sumatera Barat membuat daerah ini didatangi oleh banyak orang dari berbagai etnis dan budaya. Jejak-jejak masa lalu yang membuktikan bahwa daerah ini didatangi oleh banyak orang adalah dengan terlihatnya berbagai rumah ibadah dan berbagai kesenian, seperti reog dan tarian yang dikombinasikan dengan pakaian adat Cina. Tarian itu dipertunjukan pada acara Galanggang Arang. Hal menarik perlu diketahui bagaimana memori kolektif masa lalu berpengaruh pada kehidupan saat ini.
Ketika dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan salah satu institusi yang bergerak di bidang kebudayaan dan orang-orang yang tertarik dengan kesenian ataupun kebudayaan di Kota Sawahlunto. Hasil FGD menunjukkan bahwa ada program yang dibuat untuk belajar bersama di museum untuk pelajar SD, SMP, dan SMA. Pada kegiatan ini dikenalkan sejarah dan perkembangan museum. Museum Goedang Ransoem merupakan kompleks bangunan bekas dapur para pekerja tambang batu bara dan pasien Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto. Di museum ini juga ditemukan replika makanan yang dibuat untuk pekerja tambang batu bara. Selain itu, juga dikenalkan bagaimana keadaan para pekerja tambang (orang rantai) pada saat itu di Lubang Tambang Mbah Suro.
Keadaan pada kedua tempat ini sebenarnya memperlihatkan kondisi para pekerja tambang pada saat itu. Namun, yang seringkali disebutkan pada saat diskusi bukanlah terkait dengan kondisi para pekerja melainkan bagaimana jayanya Kota Sawahlunto pada saat itu. Jika dilakukan penelusuran di dunia maya terkait tambang Sawahlunto maka banyak muncul kata eksploitasi sebagai kata kunci. Namun, dari hasil diskusi diketahui bahwa yang lebih lekat dalam memori kolektif mereka ada tentang kejayaan Sawahlunto dan kekaguman terhadap proses tambang yang dikelola oleh Belanda pada saat itu.
Hal lain yang juga diingat oleh beberapa orang yang diajak diskusi adalah terkait dengan kekayaan kebudayaan dan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Sawahlunto karena banyaknya etnis masyarakat pada saat itu. Bahkan sengaja dibuat Gedung Pertemuan Karyawan) pada setiap asrama karyawan oleh perusahaan. Setiap minggu diadakanlah pertunjukan oleh kelompok kesenian Jawa, Sumatera Barat, juga kesenian Cina Barongsai. Namun, karena peristiwa G30S PKI, hampir semua orang yang terlibat dalam kesenian dimusnahkan. Namun, karena darah seni yang mengalir pada masyarakat setelah beberapa dekade berbagai kesenian digiatkan kembali. Saat ini,mada berbagai komunitas kesenian, sastra dan kebudayaan yang ada di Sawahlunto.
Berbicara kawasan bekas tambang tentu saja banyak hal yang tumpang tindih dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain, misalnya untuk Kawasan Tambang Sawahlunto tidak bisa hanya membahas tentang betapa tersiksanya menjadi orang rantai. Namun, juga terkait dengan kejayaan masyarakat pada saat itu karena menjadi kawasan tambang satu-satunya di daerah Sumatera Barat. Selain itu, banyak kesenian dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat karena banyak etnis yang ada di kota tersebut.
Keberadaan Sawahlunto saat ini yang menjadi Warisan Tambang Batu Bara Sawahlunto-Ombilin merupakan salah satu keuntungan yang harusnya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Kreativitas, inovasi, dan kerja sama berbagai pihak dalam meningkatkan eksistensi Sawahlunto sangat diperlukan agar meningkatnya pengunjung yang datang ke Sawahlunto. Hal ini tentu saja harus datang dari keinginan masyarakatnya bukan hanya sekadar program-program yang dicanangkan oleh pemerintah saja. Keberadaan program yang dibuat oleh pemerintah akan semakin berkembang dengan pesat jika masyarakat juga memiliki programnya tersendiri, misal keberadaan umkm yang mengelola souvenir atau asosiasi tertentu yang sengaja membuat program untuk meningkatkan dan menarik perhatian wisatawan. Salah satunya membuka program wisata yang membantu pengunjung dari luar Sumatera Barat untuk mengeksplorasi Kota Sawahlunto.