Senin, 02/6/25 | 03:05 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KREATIKA

Puisi-puisi Alfin Syahrin dan Ulasannya Oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/9/24 | 09:27 WIB

Puisi-puisi Alfin Syahrin

Demamnya Danau

Danauku demam.

Kulitnya hijau,

Ntah karena lumut, ntah racun.

Badan busuk,

BACAJUGA

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB
Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 25/5/25 | 09:15 WIB

Karena bangkai dan kotoran bejibun.

Begitu buruk,

membuat mual perut.

 

Karyanya mati

Para hewan menangis

Tak dapat mengais

 

Waktu mengobati

si danau yang hampir pergi

Kembali sehat,

penuh semangat.

 

Karya hidup bernilai tinggi

Hewan berseri

memaksa lagi

danau bekerja tiada henti.

 

(Sumbar, 2024)

 

Kuli Boyolali

 

Aku Rafi

Kuli dari Boyolali

Hobiku membuat gedung tinggi

dari susunan kata-kata hati

 

Hati nan selalu hati-hati

agar sang mandor tidak tersakiti

Mandorku bermata sipit

sedikit-sedikit minta dipijit.

 

Begitu indah negri ini

menjadi sahaya di tanah sendiri

harus patuh pada orang sok terpuji

ntah dari mana,

tiba-tiba ada di sini.

 

Gajiku lumayan hebat

bisa untuk makan kaum kerabat

jika aku tak makan enam abad.

 

Aku berterima kasih pada bu putri.

Telah menjual sawah kami

Sehingga kami, harus beli beras sendiri

 

Aku Rafi

Kuli dari Boyolali

Bersyukur bisa hidup di tempat kaya

walau harus nestapa

 

(Depok, 2024)

 

Negeri Tikus

 

Para tikus berkuasa

di bawah tanah berpesta

menguasai seluruh lubang tanah

harta mereka berhamburan di mana-mana

 

Entah dari mana harta didapat

para tikus tak pernah kenyang

mereka tetap rakus

Hingga perut meletus

 

Hewan lain sengsara

para tikus tertawa

pemburu hama tidak bisa menangkap

malah mereka ditangkap

 

Mereka memperluas kekuasaan

Sang singa pun ditaklukkan

 

(Depok, 2024)

 

Pustaka Tua

 

Melewati jalan rusak ini

Menuju ke kehidupan

Sang pembuka dunia

 

Kehidupan tua

Berlalat

Berjaring laba-laba

 

Begitu kurus

Tidak terurus

Sangat buruk

Berbau busuk

 

Kubuka pintu

Langsung diserang

Kusiapkan alat perang

Kususun buku

 

Kumenangkan pertandingan

Lega rasanya

Mengembalikan kehidupan

(Maninjau, 2024)

 

Tentang Penulis

Alfin Syahrin, lahir di Medan, 30 Agustus 2006. Lahir dan dibesarkan oleh seorang ibu bernama Armailis dan seorang ayah bernama Andi Lasaiman. Saat ini, Alfin menempuh pendidikan di Ponpes Prof. Dr HAMKA Maninjau, Sumbar.

 

 

 

 


 

Menyembuhkan Demam

Ragdi F Daye
Oleh Ragdi F. Daye

(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)

 

 

Entah dari mana harta didapat

para tikus tak pernah kenyang

mereka tetap rakus

Hingga perut meletus

 

Karya puisi yang bernas biasanya tidak sekadar enak dibaca, namun juga mampu memancarkan kesan khusus yang merasuk hingga ke batin pembaca, yakni daya pukau untuk membangkitkan ingatan, pikiran baru, emosi, kesadaran, dan nurani. Puisi-puisi tersebut tak akan lalu sekali baca namun bergaung-gaung dalam benak seperti pengalaman pahit dan indah yang sulit dilupakan.

Ada satu pemufakatan besar dalam menulis puisi yang harus sadar dan dipertimbangkan, menurut T.S. Eliot (2020), puisi bukanlah satu pelonggaran emosi, melainkan satu pelarian dari emosi; ia bukanlah ekspresi kepribadian, melainkan satu pelarian dari kepribadian. Hanya mereka yang memiliki kepribadian dan emosi yang tahu apa yang dimaksud dengan ingin melarikan diri dari hal-hal tersebut.

Secara sederhana, puisi adalah ungkapan suara hati; Suara hati penyair sebagai seorang pribadi yang memiliki persoalan dalam kehidupannya, atau pada jangkauan yang lebih luas, puisi dapat menjadi media gagasan penyair untuk menyampaikan respons terhadap kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar atau dunia. Sebab itulah, puisi sering muncul pada waktu paling sunyi, ketika jarak antara jiwa dan realitas sangat tipis. Penyair seolah mengalami ekstase sehingga apa yang bersuara di lubuk terdalam jiwanya mengalir ke dalam rangkaian kata-kata.

Pada edisi kali ini, Kreatika memuat empat buah puisi karya Alfin Syahrin, seorang pelajar yang bersekolah di dekat Danau Maninjau. Keempat puisinya berjudul “Demamnya Danau”, “Kuli Boyolali”, “Negeri Tikus”, dan “Pustaka Tua”.

Puisi-puisi Alfin cenderung lugas menyampaikan kritik terhadap persoalan sosial politik yang masuk ke dalam radar pengamatannya. Sebagai penulis, seorang penyair membuat puisi dari referensi yang didapatkannya dari kenyataan, pengalaman hidup, observasi, atau pengkajian dari dokumen perpustakaan. Penyair dapat menuangkan gagasan dan responsnya melalui puisi. Respons tersebut dapat berupa kesan, pendapat pribadi, keberpihakan, ketidaksetujuan, atau penolakan terhadap suatu masalah.

Puisi pertama “Danauku Demam” mengungkap kegelisahan Alfin terhadap kondisi danau yang tidak begitu baik. Bait ini, ‘Danauku demam./ Kulitnya hijau,/ Ntah karena lumut, ntah racun./ Badan busuk,/ Karena bangkai dan kotoran bejibun./ Begitu buruk,/ membuat mual perut’, seperti menggambarkan kondisi alam Danau Maninjau yang telah tercemar. Beberapa waktu belakangan ini, sejumlah media memberitakan kondisi air Danau Maninjau yang bewarna keruh pekat kehijauan dan berbau busuk menyengat. Kejadian ini disebabkan oleh tumpukan pelet pakan ikan keramba yang telah melampaui ambang batas kewajaran. Kadar oksigen di dalam air danau menjadi berkurang sehingga ikan-ikan pun mati. Danau yang demam dalam puisi Alfin menunjukkan permasalahan lingkungan hayati yang telah menjadi isu global sekarang ini. Kerusakan alam telah sangat mengkhawatirkan disebabkan ulah perangai manusia yang tidak mempertimbangkan dampak dari perbuatannya.

Puisi di atas senada dengan puisi ketiga, “Negeri Tikus”, menyuarakan kritik terhadap para koruptor yang disimbolkan dengan binatang pengerat,  tikus, yang rakus. Metafora yang digunakan penyair sebenarnya sudah terbilang klise karena sudah sering diulang-ulang penulis lain, ‘Para tikus berkuasa/ di bawah tanah berpesta/ menguasai seluruh lubang tanah/ harta mereka berhamburan di mana-mana’. Namun puisinya tetap memberi bayangan perilaku para koruptor yang sibuk memperbanyak harta untuk memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain.

Cara-cara tidak halal pun dilakukan para koruptor untuk memuaskan nafsu serakah mereka: ‘Entah dari mana harta didapat/para tikus tak pernah kenyang / mereka tetap rakus/ Hingga perut meletus’. Alfin juga menyinggung masalah institusi penegak hukum yang digerogoti kasus korupsi dan mengalami pelemahan, ‘para tikus tertawa/ pemburu hama tidak bisa menangkap/ malah mereka ditangkap’. Terjadinya pelemahan terhadap lembaga kepolisian dan KPK menunjukkan kekuasaan rezim korup yang sangat menggurita.

Kritik sosial adalah bentuk sindiran atau respons terhadap suatu keadaan yang terjadi di masyarakat, terutama ketika terdapat ketidakseimbangan atau kerusakan dalam realitas sosial (Amalia, 2006:1). Kritik sosial muncul ketika kehidupan dianggap tidak selaras dan tidak harmonis, serta saat masalah-masalah sosial tidak dapat diatasi, dan perubahan sosial membawa dampak negatif bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kritik sosial dalam sebuah karya adalah kritik terhadap permasalahan sosial yang terjadi dalam suatu lingkungan masyarakat.

Alfin juga memberikan tanggapannya teradap persoalan rendahnya minat literasi masyarakat melalui puisi yang berjudul “Pustaka Tua”. Bila buku dilambangkan dengan jendela dunia, Alfin menyebut pustaka dengan ‘sang pembuka dunia’. Di dalam puisi ini, sang pembuka dunia dapat ditemukan setelah menempuh pejalanan di jalan yang rusak. Pustaka tua tersebut sangat buruk karena tidak terurus. Bangunannya terbengkalai, berlalat, penuh jaring laba-laba, dan baunya busuk. Keadaan pustaka ini sangat memprihatinkan karena tidak terawat dan mendapat perhatian.

Sungguh baik apa yang dilakukan aku lirik di dalam puisi ini, dia segera menyingsingkan lengan baju dan memperbaiki pustaka yang tak terurus tersebut: ‘Kubuka pintu/ Langsung diserang/ Kusiapkan alat perang/ Kususun buku// Kumenangkan pertandingan/ Lega rasanya/ Mengembalikan kehidupan’. Hari ini, telepon genggam atau handphone (HP) benar-benar telah merampas banyak hal dari kehidupan manusia, salah satu korbannya adalah buku. Keasyikan dengan HP  membuat orang-orang tak punya waktu lagi untuk membaca buku alih-alih menghabiskan hari di perpustakaan. Dengan dalih beralih ke e-book, orang-orang tak lagi membaca yang berdampak pada merosotnya intelektualitas dan kematangan bersikap.

Barangkali tepat apa yang disampaikan Alfin bahwa kita perlu kembali ke pustaka, meluangkan waktu untuk mengurusnya, membaca buku-buku, memperluas cakrawala berpikir, dan mengembalikan kehidpan.[]

 

Tentang Kreatika

Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini disediakan untuk penulis pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerp;;.en atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.

Tags: #Ragdi F. DayeAlfin SyahrinFLP SumbarKreatika
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Danang Susena

Berita Sesudah

Unand Didorong Dirikan Fakultas Ilmu Kebencanaan

Berita Terkait

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra Gambar Diri Ini gambar diri. Aku yang berjalan tak selalu lurus, kadang tersandung bayangan sendiri, cerobohku...

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 25/5/25 | 09:15 WIB

Seberkas Titik yang Masih Tertinggal Cerpen Oleh: Arifah Prima Satrianingrum   Siang itu, matahari dengan terik mengambang di Padang. Ruas-ruas...

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Minggu, 11/5/25 | 07:10 WIB

Puisi-puisi Farha Nabila   Kanak-Kanak dalam Diri Tatkala kutemukan diriku dalam relung kesepian Yang disana takkan kutemukan dengungan sumpah serapah...

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Minggu, 04/5/25 | 08:40 WIB

Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat Karya: Balqin Adzra   “Silahkan mampir! Kami mempunyai mochi varian baru!” teriak sang penjual...

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 27/4/25 | 16:31 WIB

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra   Merindu Nagari Nan Jauh Tiap langkah yang menapak Meninggalkan rindu yang menjejak Risau nan gulandah memenuhi...

Cerpen “Rantau Nan Jauh” Karya Salman Luthfi Al Fayyadh dan Ulasannya Oleh Azwar

Cerpen “Rantau Nan Jauh” Karya Salman Luthfi Al Fayyadh dan Ulasannya Oleh Azwar

Minggu, 20/4/25 | 20:36 WIB

Rantau Nan Jauh Cerpen Karya: Salman Luthfi Al Fayyadh   Kalian tidak akan percaya jika kuceritakan matahari yang mendaki Singgalang...

Berita Sesudah
Unand Didorong Dirikan Fakultas Ilmu Kebencanaan

Unand Didorong Dirikan Fakultas Ilmu Kebencanaan

Discussion about this post

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Sesalkan RS Rasidin Tolak Pasien Hingga Meninggal : Itu Tidak Manusiawi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024