Rabu, 19/11/25 | 23:04 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Istilah “Magrib” dan “Orang Gila Mana” di Media Sosial

Minggu, 30/6/24 | 08:30 WIB

Jika ini dilekatkan dengan warna kulit, kita bisa menarik kesimpulan warna yang dimaksud adalah warna gelap (tetapi juga bukan hitam). Warna kulit yang gelap bisa menjadi positif atau negatif tergantung konteks kalimatnya. Jika kita bisa memahami berbagai warna kulit yang diberikan Tuhan kepada umatnya, kita tidak akan menganggap warna kulit ini negatif. Namun, jika warna kulit ini disematkan dalam ujaran kebencian, kita bisa merasakan makna negatifnya.

Apa persoalan yang terjadi kemudian? Adanya pergeseran makna kata magrib yang suci bagi umat Islam menjadi lebih rendah daripada sebelumnya. Ini tentu sangat meresahkan. Jika kata magrib dianalogikan sebagai warna kulit yang gelap, lalu bagaimana dengan Isya dan Tahajud yang dilakukan saat malam (tidak ada lagi matahari)? Hal ini semakin meresahkan ketika ada komentar tandingan untuk komentar-komentar sebelumnya seperti, “Jika dia Magrib, apakah kalian benar-benar Zuhur?” Mengapa kata Zuhur diambil sebagai perbandingan? Karena salat Zuhur dilaksanakan saat bumi sedang terang benderang yang dianalogikan sebagai kulit putih cerah. Jika ini terus dibiarkan terjadi, nama-nama salat wajib umat Islam benar-benar akan memiliki perubahan makna yang tidak sesuai. Bagaimana bisa ibadah suci dianalogikan sebagai warna kulit manusia? Apakah kita akan membiarkan ini terjadi dengan pemakluman kreativitas berbahasa di media sosial? Kita tidak tidak seharusnya mengubah makna kata magrib menjadi lebih rendah.

Di dalam konsep perubahan makna bahasa Indonesia, perubahan makna kata yang mulanya tinggi nilai maknanya menjadi lebih rendah ini disebut dengan istilah peyorasi. Salah satu kata yang dianggap mengalami peyorasi adalah kata bini. Dulu, kata ini digunakan sebagaimana lazimnya penyebutan untuk seorang perempuan yang sudah menikah. Akan tetapi, dengan semakin seringnya pengguna bahasa Indonesia menggunakan kata istri, kata bini terasa lebih kasar untuk beberapa konteks sosial dan budaya di Indonesia.

Jika ada makna kata yang awalnya tinggi atau netral kemudian berubah menjadi rendah, tentu ada juga kebalikannya. Perubahan makna seperti itu disebut dengan istilah ameliorasi. Ameliorasi adalah perubahahan makna kata yang sebelumnya rendah atau netral menjadi lebih tinggi. Kita bisa mengambil contoh kata jantan. Dulu, kata ini dipahami sebagai penanda jenis kelamin (laki-laki) khusus untuk binatang, seperti ayam jantan. Akan tetapi, semakin berkembangnya zaman, kata ini kemudian juga diberikan kepada manusia yang maknanya “gagah dan berani”. Makna kata jantan ini sudah mengalami perubahan tingkat yang lebih tinggi.

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB
Halaman 3 dari 4
Prev1234Next
Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Eksotisme dalam Wacana Pariwisata

Berita Sesudah

Setetes Air dalam Bensin

Berita Terkait

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Perkembangan Kosakata di Era Komunikasi Digital

Minggu, 16/11/25 | 07:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Sebuah kosakata, frasa, atau istilah muncul karena...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki berbagai ekspresi komunikasi,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat-Menyurat

Senin, 27/10/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas)  Ketika seseorang diminta menulis...

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Senin, 20/10/25 | 07:36 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kata saja amat sering digunakan dalam berbagai bentuk...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki kata penghubung (dalam...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Ketika membaca karya ilmiah, seperti skripsi, tesis,...

Berita Sesudah
Setetes  Air dalam Bensin

Setetes Air dalam Bensin

Discussion about this post

POPULER

  • Wali Kota Padang Fadly Amran meninjau, pelaksanaan Verifikasi Lapangan Penilaian Padang Rancak Award Lomba Kebersihan dan Keindahan Lingkungan tingkat Rukun Tetangga (RT) se-Kota Padang, yang digelar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang.(Foto:Ist)

    Lomba Padang Rancak Award Memperkuat Budaya Gotong Royong

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Resmikan Pembangunan Jalan Taratak Saiyo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Tegaskan BBKT 2025 Harus Lebih Dekat dengan Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerpen “Umak Saddam dan Tuah Batang Gadis” Karya Muttaqin Kholis Ali dan Ulasannya Oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Apresiasi Festival Merandang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024