Senin, 25/8/25 | 11:20 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Peribahasa tentang Perempuan dalam KBBI

Minggu, 24/3/24 | 12:00 WIB

Perempuan sering diibaratkan dengan gelas kaca. Harus dijaga dengan baik-baik. Tidak boleh retak, apalagi sumbing. Perempuan kelak akan menjadi sumber kehidupan. Seorang perempuan diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang baik. Nah, bagaimana KBBI merepresentasikan perempuan Indonesia selama ini? Tulisan ini akan mengungkapkan representasi perempuan dalam KBBI.

Dalam KBBI, perempuan Indonesia dicerminkan melalui banyak peribahasa, misalnya perempuan Indonesia digambarkan sebagai telaga di bawah gunung yang bermakna bahwa perempuan tersebut mendatangkan untung kepada suaminya. Bagi seorang laki-laki, menjadi berkah jika ia mendapatkan seorang istri yang menjadi telaga dalam kehidupan. Telaga yang dimaksud tidak serta-merta berkaitan dengan uang, tetapi bisa tentang sopan-santun berbicara, patuh kepada suami, rajin beribadah, pandai merawat anak, dan juga pandai memasak.

Dalam kondisi sosial, ekonomi, dan budaya hari ini, peribahasa tersebut barangkali tidak semuanya cocok. Biaya hidup dan biaya pendidikan yang mahal, sedangkan sumber pendapatan yang tidak cocok kadang menjadi permasalahan dalam rumah tangga. Namun, ketika seorang perempuan dapat menjadi teman hidup yang baik bagi suaminya, bisa bersama-sama mengatasi masalah, peribahasa ini sebenarnya masih relevan dari waktu ke waktu.

Namun sayangnya, peribahasa yang mencerminkan perempuan dalam KBBI tidak selamanya baik. Peribahasa tentang perempuan Indonesia lebih banyak bersifat negatif. Barangkali, ini karena sifat yang dilekatkan kepada perempuan bak gelas kaca yang tidak boleh rusak. Ketika sudah rusak, masyarakat Indonesia yang hidup dalam tradisi lisan cenderung memberikan sanksi sosial. Salah satunya dengan melekatkan peribahasa yang bermakna buruk terhadap perempuan tersebut.

BACAJUGA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Praktik Menyunting

Minggu, 17/8/25 | 14:06 WIB
Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tradisi Menyalin dan Menulis dari “Naskah” atau “Manuskrip”

Minggu, 03/8/25 | 15:42 WIB
Halaman 2 dari 5
Prev123...5Next
Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Isnaini Fadhillah Saragih dan Ulasannya Oleh Ragdi F Daye

Berita Sesudah

Semiotik Riffaterre dalam Puisi “Sawah Sepetak di Kerampang” Karya Fitra Yanti

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Praktik Menyunting

Minggu, 17/8/25 | 14:06 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB Universitas Andalas) Menyunting naskah kadang tampak sederhana. Tinggal memperhatikan tanda baca,...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Macam Jenis Tempat Makan dan Minum

Minggu, 10/8/25 | 12:42 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Akhir-akhir ini, kehadiran kafe menjamur di...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tradisi Menyalin dan Menulis dari “Naskah” atau “Manuskrip”

Minggu, 03/8/25 | 15:42 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Doktor Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Ada kalanya disebut naskah, ada kalanya disebut...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Klinik Bahasa edisi ini akan membahas konsep...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

Minggu, 20/7/25 | 11:05 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata ulang sangat sering digunakan di...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Berita Sesudah
Semiotik Riffaterre dalam Puisi “Sawah Sepetak di Kerampang” Karya Fitra Yanti

Semiotik Riffaterre dalam Puisi "Sawah Sepetak di Kerampang" Karya Fitra Yanti

Discussion about this post

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024