Minggu, 13/7/25 | 12:33 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Perbedaan antara Kata Genre dan Gender

Minggu, 22/10/23 | 11:36 WIB
Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

Kata genre dan gender merupakan dua kata yang berawalan huruf g dan cukup sering digunakan dalam bidang linguistik, sastra, budaya, seni, sosiologi, antropologi, kajian feminis, film, dan sebagainya. Lalu seperti apa sebenarnya perbedaan dan persamaan kedua kata ini? Mari kita lihat pada uraian selanjutnya.

Kata genre diadopsi dari bahasa Prancis. Dalam Kamus Merriam-Webster dijelaskan bahwa kata genre dalam bahasa Prancis erat kaitannya dengan genus dalam bahasa Latin. Kata genre atau genus merujuk kepada segala sesuatu yang termasuk dalam kategori tertentu atau keluarga yang sama atau mempunyai asal-usul yang sama. Contoh genus dalam biologi adalah tuber rhizogenum atau umbi-umbian, seperti ketela pohon/singkong, ubi jalar/rambat, ubi talas/keladi, ubi kayu, garut, wortel, dan lobak.

Swales juga menyebut genre berasal dari kata genus dari bahasa Latin. Kata ini sudah lama digunakan dalam bidang sastra, seni, film, musik, retorika, dan folklore (Swales, 1990; Breure, 2001; Wiratno, 2018). Genre dalam bidang sastra mengacu pada jenis-jenis karya sastra, seperti puisi novel, cerpen dan naskah drama. Genre dalam retorika mengacu pada kategori retorika seperti deskripsi, narasi, eksposisi, dan argumentasi (Bawarshi & Rheiff, 2010: Wiratno, 2018). Genre dalam linguistik mengacu pada jenis-jenis teks yang berkaitan dengan konteks sosial budaya yang melatarbelakanginya, seperti teks jual beli, teks peraturan perundang-undangan, teks wawacancara, teks pidato, teks berita, dan lain-lainnya. Genre dalam linguistik dikembangkan oleh ahli lingusitik etnografi seperti Hymes (1972) dan ahli linguistik sistemik fungsional, seperti Malinowski dan Hasan (1985) serta Martin (1986, 1992).

Selain istilah genre, dalam bahasa Indonesia kita juga mengenal istilah gender.  Gender juga merupakan kata dari bahasa Prancis yang secara etimologi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu genus. Kata genus juga diartikan dengan ‘tipe atau jenis’. Dari kata genus, kata gender mengalami perluasan makna dan juga digunakan dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang linguistik, sosiologi, antropologi, budaya, film, sastra, kesehatan, kedokteran, dan sebagainya.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Dalam bidang linguistik dikenal istilah gender gramatikal yang berarti perngelompokkan kata benda ke dalam kelompok maskulin, feminin, dan netral. Dalam bahasa yang sederhana gender mengacu kepada seks atau jenis kelamin. Dalam Kamus Merriam-Webster gender diartikan sebagai ciri-ciri perilaku, budaya, atau psikologis yang biasanya dikaitkan dengan satu jenis kelamin.

Gender juga didefinisikan sebagai semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu kelas tertentu kepada kelas yang lain (Faqih, 1996; Affandi, 2019). Berkaitan dengan kehidupan sosial dan masyarakat, gender juga diartikan sebagai ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang laki-laki atau perempuan atau konsep gender adalah untuk mengidentifikasi tentang jenis kelamin seseorang, apakah dia laki-laki atau perempuan berdasarkan pengaruh sosial budaya atau bentuk rekayasa masyarakat (social contruction) dan bukan dalam bentuk kondrati (Lindsay dalam Umar, 1999; Affandi, 2019). Dari kata gender muncul istilah-istilah yang berkolokasi dengan kata tersebut, seperti gender differences (perbedaan gender), gender equality (kesetaraan gender), gender surgery (operasi pergantian kelamin), gender relations (relasi gender), gender identity (identitas gender), gender bias (bias gender), dan lain-lain.

Istilah gender memiliki sejarah yang panjang. Pada abad ke-14 dan ke-15 istilah gender diperluas pengertiannya menjadi jenis kelamin yang merujuk pada salah satu dari dua bentuk biologis utama suatu spesies, yaitu jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Pada abad ke-20, gender baru diartikan sebagai ciri-ciri perilaku, budaya, atau psikologis yang biasanya dikaitkan dengan satu jenis kelamin seperti yang terdapat dalam Kamus Merriam-Webster.

Isu gender di Indonesia dimulai dengan perjuangan Kartini pada tahun 1908 dalam menyamakan hak antara laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pendidikan. Perjuangan untuk menyamakan hak antara laki-laki dan perempuan itu dikenal dengan perjuangan kesetaraan gender (gender equality). Isu seputar kesetaraaan dan ketidaksetaraan gender (gender anequality) selalu menjadi topik yang hangat dibicarakan hingga saat ini, baik di Indonesia dan di berbagai belahan dunia yang lain. Hal itu disebabkan oleh masih banyaknya ketidakadilan dan tindakan diskriminasi yang diperoleh oleh perempuan dalam berbagai hal.

Jadi, secara umum baik genre maupun gender memiliki kesamaan arti yang mengacu pada jenis, kategori, klasifikasi, dan pengelompokkan segala sesuatu. Hanya saja genre mengacu pada jenis segala sesuatu berdasarkan kesamaan sifat, ciri-ciri, karakteristik, sedangkan gender mengacu pada pembagian jenis yang mengandung perbedaan, seperti perbedaan jenis kelamin.

Kemudian, ada satu hal yang unik dan menjadi pembeda antara kedua kata ini dalam bahasa Indonesia, yaitu soal pelafalan atau pengucapan. Genre dalam bahasa Indonesia dibaca atau dilafalkan dengan huruf g, yaitu [genre], sedangkan gender dalam bahasa Indonesia cenderung diucapkan atau dilafalkan dengan huruf j [jender]. Padahal, kedua kata ini sama-sama diawali dengan g dan secara etimologi berasal dari dua kata yang sama, yaitu genus dari bahasa Latin. Namun, kedua kata ini diperlakukan berbeda oleh masyarakat Indonesia dari segi pelafalan. Pelafalan genre sudah mengacu pada kaidah bahasa Indonesia yang benar dan pelafalan gender masih terpengaruh oleh pelafalan huruf g yang dibaca sebagai j dalam bahasa Inggris. Perbedaan pelafalan tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditegaskan oleh keterangan bahwa bentuk jender adalah bentuk yang tidak  baku. Artinya terjadi ketidakkonsistenan dalam pelafalan dua kata yang diawali dengan huruf yang sama pada penutur bahasa Indonesia.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Mari Lindungi Binatang karena Binatang Punya Hak Asasi

Berita Sesudah

Ibu Rumah Tangga Bukan Beban

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Berita Sesudah
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Ibu Rumah Tangga Bukan Beban

Discussion about this post

POPULER

  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Angka Penyalahgunaan Narkoba di Sumbar Sempat Tempati Posisi Tertinggi, Kapolda : Kita Bakal All Out

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Festival Sepak Bola Usia Dini KNPI CUP Bentuk Mental Juara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024