Kata genre dan gender merupakan dua kata yang berawalan huruf g dan cukup sering digunakan dalam bidang linguistik, sastra, budaya, seni, sosiologi, antropologi, kajian feminis, film, dan sebagainya. Lalu seperti apa sebenarnya perbedaan dan persamaan kedua kata ini? Mari kita lihat pada uraian selanjutnya.
Kata genre diadopsi dari bahasa Prancis. Dalam Kamus Merriam-Webster dijelaskan bahwa kata genre dalam bahasa Prancis erat kaitannya dengan genus dalam bahasa Latin. Kata genre atau genus merujuk kepada segala sesuatu yang termasuk dalam kategori tertentu atau keluarga yang sama atau mempunyai asal-usul yang sama. Contoh genus dalam biologi adalah tuber rhizogenum atau umbi-umbian, seperti ketela pohon/singkong, ubi jalar/rambat, ubi talas/keladi, ubi kayu, garut, wortel, dan lobak.
Swales juga menyebut genre berasal dari kata genus dari bahasa Latin. Kata ini sudah lama digunakan dalam bidang sastra, seni, film, musik, retorika, dan folklore (Swales, 1990; Breure, 2001; Wiratno, 2018). Genre dalam bidang sastra mengacu pada jenis-jenis karya sastra, seperti puisi novel, cerpen dan naskah drama. Genre dalam retorika mengacu pada kategori retorika seperti deskripsi, narasi, eksposisi, dan argumentasi (Bawarshi & Rheiff, 2010: Wiratno, 2018). Genre dalam linguistik mengacu pada jenis-jenis teks yang berkaitan dengan konteks sosial budaya yang melatarbelakanginya, seperti teks jual beli, teks peraturan perundang-undangan, teks wawacancara, teks pidato, teks berita, dan lain-lainnya. Genre dalam linguistik dikembangkan oleh ahli lingusitik etnografi seperti Hymes (1972) dan ahli linguistik sistemik fungsional, seperti Malinowski dan Hasan (1985) serta Martin (1986, 1992).
Selain istilah genre, dalam bahasa Indonesia kita juga mengenal istilah gender. Gender juga merupakan kata dari bahasa Prancis yang secara etimologi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu genus. Kata genus juga diartikan dengan ‘tipe atau jenis’. Dari kata genus, kata gender mengalami perluasan makna dan juga digunakan dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang linguistik, sosiologi, antropologi, budaya, film, sastra, kesehatan, kedokteran, dan sebagainya.
Dalam bidang linguistik dikenal istilah gender gramatikal yang berarti perngelompokkan kata benda ke dalam kelompok maskulin, feminin, dan netral. Dalam bahasa yang sederhana gender mengacu kepada seks atau jenis kelamin. Dalam Kamus Merriam-Webster gender diartikan sebagai ciri-ciri perilaku, budaya, atau psikologis yang biasanya dikaitkan dengan satu jenis kelamin.
Gender juga didefinisikan sebagai semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu kelas tertentu kepada kelas yang lain (Faqih, 1996; Affandi, 2019). Berkaitan dengan kehidupan sosial dan masyarakat, gender juga diartikan sebagai ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang laki-laki atau perempuan atau konsep gender adalah untuk mengidentifikasi tentang jenis kelamin seseorang, apakah dia laki-laki atau perempuan berdasarkan pengaruh sosial budaya atau bentuk rekayasa masyarakat (social contruction) dan bukan dalam bentuk kondrati (Lindsay dalam Umar, 1999; Affandi, 2019). Dari kata gender muncul istilah-istilah yang berkolokasi dengan kata tersebut, seperti gender differences (perbedaan gender), gender equality (kesetaraan gender), gender surgery (operasi pergantian kelamin), gender relations (relasi gender), gender identity (identitas gender), gender bias (bias gender), dan lain-lain.
Istilah gender memiliki sejarah yang panjang. Pada abad ke-14 dan ke-15 istilah gender diperluas pengertiannya menjadi jenis kelamin yang merujuk pada salah satu dari dua bentuk biologis utama suatu spesies, yaitu jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Pada abad ke-20, gender baru diartikan sebagai ciri-ciri perilaku, budaya, atau psikologis yang biasanya dikaitkan dengan satu jenis kelamin seperti yang terdapat dalam Kamus Merriam-Webster.
Isu gender di Indonesia dimulai dengan perjuangan Kartini pada tahun 1908 dalam menyamakan hak antara laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pendidikan. Perjuangan untuk menyamakan hak antara laki-laki dan perempuan itu dikenal dengan perjuangan kesetaraan gender (gender equality). Isu seputar kesetaraaan dan ketidaksetaraan gender (gender anequality) selalu menjadi topik yang hangat dibicarakan hingga saat ini, baik di Indonesia dan di berbagai belahan dunia yang lain. Hal itu disebabkan oleh masih banyaknya ketidakadilan dan tindakan diskriminasi yang diperoleh oleh perempuan dalam berbagai hal.
Jadi, secara umum baik genre maupun gender memiliki kesamaan arti yang mengacu pada jenis, kategori, klasifikasi, dan pengelompokkan segala sesuatu. Hanya saja genre mengacu pada jenis segala sesuatu berdasarkan kesamaan sifat, ciri-ciri, karakteristik, sedangkan gender mengacu pada pembagian jenis yang mengandung perbedaan, seperti perbedaan jenis kelamin.
Kemudian, ada satu hal yang unik dan menjadi pembeda antara kedua kata ini dalam bahasa Indonesia, yaitu soal pelafalan atau pengucapan. Genre dalam bahasa Indonesia dibaca atau dilafalkan dengan huruf g, yaitu [genre], sedangkan gender dalam bahasa Indonesia cenderung diucapkan atau dilafalkan dengan huruf j [jender]. Padahal, kedua kata ini sama-sama diawali dengan g dan secara etimologi berasal dari dua kata yang sama, yaitu genus dari bahasa Latin. Namun, kedua kata ini diperlakukan berbeda oleh masyarakat Indonesia dari segi pelafalan. Pelafalan genre sudah mengacu pada kaidah bahasa Indonesia yang benar dan pelafalan gender masih terpengaruh oleh pelafalan huruf g yang dibaca sebagai j dalam bahasa Inggris. Perbedaan pelafalan tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditegaskan oleh keterangan bahwa bentuk jender adalah bentuk yang tidak baku. Artinya terjadi ketidakkonsistenan dalam pelafalan dua kata yang diawali dengan huruf yang sama pada penutur bahasa Indonesia.
Discussion about this post