Oleh: Alex Darmawan
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)
Ramadan telah berakhir setelah sebulan penuh umat Islam berpuasa pada tahun ini. Tibalah saatnya umat Islam merayakan hari kemenangan 1444 H. Perayaan ini dirasakan oleh semua orang Islam, baik anak- anak maupun orang dewasa di seluruh pelosok bumi mana pun. Suasana kental dengan kemenangan terasa bagi mereka yang melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, sedangkan mereka yang tidak puasa ikut juga meramaikan hari kemenangan. Keberhasilan itu diungkapkan dalam suatu perayaan yang disebut Idulfitri. Secara umum, kita mengenalnya dengan dengan istilah Lebaran atau Idulfitri.
Keberhasilan bulan Ramadan bagi umat Islam dapat berwujud keberhasilannya menunaikan ibadah puasa dan ibadah lainnya dengan baik. Selain itu, mereka juga mampu mewujudkan nilai-nilai Ramadan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai itu dapat dilihat dari hubungan silaturahim dengan orang lain dengan cara saling mengunjungi, bersalaman, dan bermaaf-maafan. Menjelang Idulfitri, umat Islam pun biasanya menyampaikan ucapan selamat Lebaran. Ucapan itu disampaikan baik secara lisan maupun secara tertulis dalam bentuk kartu Lebaran.dan pesan di media sosial. Dengan permohonan maaf akan meleburkan dosa sesama manusia sehingga mereka akan kembali ke fitrahnya. Jadilah mereka manusia yang suci seperti bayi yang baru dilahirkan.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, kartu Lebaran seakan kehilangan pamornya. Orang jarang menggunkan kartu Lebaran untuk mengucapkan selamat dan memohon maaf, hanya dibingkisan parcel saja yang masih terlihat. Media ucapan kartu Lebaran telah tergantikan oleh SMS (Short Massage Service) melalui media sosial, seperti whatsapp, facebook, instagram dan lain sebagainya karena media ini dipandang lebih efektif dan efesien. Dalam hitungan detik, orang mampu mengirim ucapan selamat Lebaran sebanyak mungkin ke seluruh penjuru daerah di Indonesia. Bahkan seluruh penjuru dunia sekalipun. Apalagi handphone kini bukanlah barang mewah. Hampir semua orang memilikinya, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa sampai kepada kakek-nenek.
Dalam tulisan ini, bukan medianya yang penulis ingin bicarakan, tetapi bahasa yang digunakan dalam pengucapan selamat Lebaran. Orang yang merayakan lebaran banyak memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan dalam mengirimkan pesan/ucapan Lebaran. Ucapan Lebaran dibuat sedemikian rupa agar tampak menarik dan indah untuk dilihat dan dibaca oleh penerima tanpa kehilangan substansi ucapan Lebarannya. Hal ini menjadi fenomena kebahasaan tersendiri karena penuh dengan kreativitas dalam penggunaan ragam bahasa dan pemanfaatan aspek kebahasaan untuk mendapatkan daya atau efek tertentu. Seperti berikut ini: /Sadang rancak bungo kakambang//Jalo taserak ikan tibo//Kok nan ditunggu alah datang// Nan dinanti alah tibo/./Buruang sinurak tabang tinggi//Tabang malayok di ateh pamatang//Siriah galak pinang manari//Mandanga Idulfitri nan kadatang/. Selamat Idul Fitri 1444 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin (Murdianty sekeluarga). Pada contoh ucapan Lebaran di atas, ragam bahasa yang digunakan adalah ragam informal. Berdasarkan kosakata yang digunakan, gaya bahasanya tidak resmi karena pemilihan diksinya nonbaku dengan aspek kebahasaan yang digunakannya berupa pantun.
Pada dasarnya, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik saja, tetapi juga adanya faktor-faktor nonlinguistik yaitu faktor sosial dan faktor situasional. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi pemakaian bahasa seseorang. Ragam bahasa terjadi karena penuturnya yang heterogen serta interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Chaer dan Agustina (1995:81) menyatakan pandangannya tentang ragam bahasa. Pertama, ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beranekaragam.
Ragam bahasa sebaiknya digunakan dalam satu peristiwa tergantung pada situasinya, apakah santai, akrab, maupun formal. Berikut ini contoh ragam bahasa dalam ucapan selamat lebaran, /Selamat Idulfitri 1444 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin/ Bapak Anton dan Keluarga. Ucapan lebaran ini disampaikan oleh atasan kepada bawahannya sehingga bahasanya agak formal. Bentuk ucapan ini tidak hanya ditemukan pada status sosial yang tinggi ke yang rendah, tetapi juga kepada orang yang saling menyegani.
Ucapan Lebaran akan berbeda bahasanya apabila status sosial sama dan hubungannya akrab. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut /Kok datorong kato takecean//Talompek muluik mangatoan//Talonsong tangan tajambauan// Dadorong kaki talangkahan/ Talantung kanaik//Tasinggung katurun//Ampun jo maaf kami pintokan/. /Selamat Hari Raya Idulfitri 1444 H, Mohon maaf dan batin, Retno dan Keluarga. Contoh lainnya, /Terselip khilaf dalam canda//Tergores luka dalam tawa//terbelit pilu dalam tingkah//Tersinggung rasa dalam bicara// Mari kita sucikan hati di hari yang fitri ini. Selamat Idulfitri 1444 H, Mohon maaf lahir dan batin. Sahat Parlindungan dan Keluarga.
Pada kedua contoh ucapan Lebaran di atas, penutur menggunakan ragam bahasa ragam santai dan akrab. Kode bahasa yang digunakan bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia. Permainan bunyi bahasa turut digunakan untuk memunculkan keindahan tuturan yang disampaikan.
Jadi pada umumnya, bentuk ucapan Lebaran yang disampaikan itu, ada ragam resmi dan ragam santai. Strategi kesantunan menghiasi setiap tuturan. Gaya bahasa dan permainan bunyi menjadi kreativitas penutur dalam menyampaikan tujuannya supaya bahasa mempunyai daya dan efek keindahan. Kode bahasa yang digunakan bahasa daerah bahasa Arab dan bahasa Indonesia bahkan ada juga bahasa Inggris. Ucapan selamat Lebaran juga bertujuan untuk menjaga hubungan sosial antara penutur dan mitra tuturnya. Selamat Idulfitri 1444 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Wallahu a’lam bish shawabi.
Discussion about this post