Selasa, 01/7/25 | 23:21 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Kombinasi Afiks me–kan

Minggu, 07/5/23 | 11:18 WIB
Oleh: Ria Febrina (Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada)

Pada suatu hari, saya dihubungi oleh salah seorang siswa SMA melalui media sosial. Dia bertanya, manakah bentuk kata yang benar antara menunjukan dan menunjukkan. Ketika saya jawab kata menunjukkan, dia bertanya lagi, mengapa harus ada dua huruf k dalam kata tersebut?

Pertanyaan ini sangat menarik karena memang banyak pengguna bahasa Indonesia yang menggunakan kata menunjukan daripada menunjukkan. Padahal, dalam bahasa Indonesia bentuk yang baku adalah menunjukkan. Banyak yang berpikir bahwa persoalan ini sepele karena persoalan huruf k yang ganda. Padahal, dalam bahasa Indonesia, kehadiran huruf k tidak sesederhana itu. Ada kaidah yang menyebabkan dua huruf k hadir pada kata tersebut.

Kata menunjukkan merupakan kata berimbuhan yang dibentuk dari kata dasar tunjuk dan kombinasi afiks me-kan. Kombinasi afiks me-kan dalam bahasa Indonesia berfungsi mengubah kelas kata apa pun menjadi kata kerja atau verba. Hal ini dapat dilihat pada kata dasar kecewa yang merupakan kelas kata sifat atau adjektiva, akan menjadi kata kerja ketika dilekatkan kombinasi afiks me-kan dengan membentuk mengecewakan. Kata kecewa dalam bahasa Indonesia bermakna ‘kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dan sebagainya); tidak senang’, sedangkan mengecewakan bermakna ‘1) menyebabkan (menjadikan) kecewa; 2) tidak memuaskan; 3) menjadikan tidak berhasil; menggagalkan’.

Contoh lain juga dapat dilihat pada kata satu yang merupakan numeralia atau kata bilangan. Kata satu yang bermakna ‘1) bilangan yang dilambangkan dengan angka 1 (Arab) atau I (Romawi); 2) nama bagi lambang bilangan asli 1 (angka Arab) atau I (angka Romawi); 3) urutan pertama sebelum ke-2; 4) bilangan asli terkecil sesudah 0’, ketika mendapat kombinasi afiks me-kan akan menjadi kata menyatukan yang merupakan kata kerja. Kata menyatukan bermakna ‘1) menjadikan satu; mengumpulkan (menggabungkan dan sebagainya) menjadi satu; 2) memusatkan (mengarahkan) kepada satu tujuan’.

BACAJUGA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB
Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Dr Ria Febrina Isi Kegiatan Linguist Speak-Ngaji Linguistik edisi ke-10, Bahas Soal Linguistik Korpus

Rabu, 21/5/25 | 13:35 WIB

Selain kata sifat dan kata bilangan, afiks me-kan juga dapat mengubah kata benda menjadi kata kerja, seperti kata memerintahkan. Kata memerintahkan dibentuk dari kata dasar perintah yang merupakan kata benda yang bermakna ‘1) perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; suruhan: 2) aba-aba; komando: 3) aturan dari pihak atas yang harus dilakukan’. Ketika mendapat kombinasi afiks me-kan, kata ini menjadi kata kerja yang bermakna ‘1) menyuruh orang lain melakukan sesuatu; menyuruh mengerjakan: 2) memerintah; mengelola’.

Karena fungsi afiks me-kan mengubah kelas kata apa pun menjadi kata kerja, pada kata menunjukkan, afiks me-kan mempertahankan bentuk sebagai kata kerja. Oleh sebab itu, tampak bahwa afiks yang dilekatkan pada kata tunjuk adalah kombinasi afiks me-kan, bukan me-an.

Dalam bahasa Indonesia, prefiks me- dapat dijelaskan memiliki fungsi yang berbeda dengan sufiks –an. Awalan atau prefiks me- berfungsi mengubah kelas kata apa pun menjadi kata kerja, sedangkan akhiran atau sufiks –an berfungsi mengubah kelas kata apa pun menjadi kata benda. Kata menyatu misalnya, yang berasal dari kata satu yang merupakan numeralia berubah menjadi kata kerja ketika mendapat awalan me-. Contoh lainnya, dapat dilihat pada kata tangis yang merupakan kata benda yang bermakna ‘ungkapan perasaan sedih (kecewa, menyesal, dan sebagainya) dengan mencucurkan air mata dan mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit, dan sebagainya)’ berubah menjadi kata kerja pada kata menangis.

Sementara itu, kata makanan yang berasal dari kata makan yang merupakan kata kerja berubah menjadi kata benda ketika mendapat akhiran –an. Makan bermakna ‘memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya’, sedangkan makanan bermakna ‘segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti penganan, lauk-pauk, kue)’. Dengan demikian, prefiks me- dan sufiks –an merupakan dua afiks yang memiliki fungsi berbeda dalam bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, kedua bentuk afiks ini tidak bisa digunakan secara bersamaan sehingga dalam bahasa Indonesia kita tidak mengenal bentuk kombinasi afiks me-an.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk dasar tunjuk hanya bisa digabungkan dengan kombinasi afiks me-kan sehingga kata yang terbentuk adalah menunjukkan, bukan menunjukan. Selain kata menunjukkan, ada juga kata lain yang memiliki struktur bentuk yang sama sehingga menyebabkan hadirnya dua huruf k dalam sebuah kata. Hal ini dapat dilihat pada kata berimbuhan yang kata dasarnya berakhiran huruf k, seperti naik, cabik, tepuk, belalak, campak, dan teriak. Keenam kata ini jika bergabung dengan kombinasi afiks me-kan akan menjadi menaikkan, mencabikkan, menepukkan, membelalakkan, mencampakkan, dan meneriakkan.

Melalui penjelasan ini, dapat dilihat bahwa dua huruf k pada kata menunjukkan (juga menaikkan, mencabikkan, menepukkan, membelalakkan, mencampakkan, dan meneriakkan) harus hadir bersamaan karena ada bentuknya. Hal itulah yang menjadi dasar bagi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk menentukan kata-kata tersebut sebagai kata baku.

Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Budaya Ketupat pada Hari Raya Idulfitri di Indonesia

Berita Sesudah

Sediakan Jas Hujan Sebelum Bepergian

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Berita Sesudah
Satu Tikungan Lagi

Sediakan Jas Hujan Sebelum Bepergian

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua DPD Partai Golkar Sumbar terpilih, Khairunnas saat menerima dokumen persidangan. [foto : ist]

    Khairunnas Kembali Pimpin Golkar Sumbar, Terpilih Secara Aklamasi dalam Musda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jembatan Akses Utama Kampung Surau Rusak Parah, Warga: Jangan Sampai Ada Korban Jiwa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fraksi PKB Ummat DPRD Padang: Selamat Hari Bhayangkara, Polri Harus Terus Hadir untuk Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Depan “dari” dan “daripada” yang Tidak Tepat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024