Jumat, 29/8/25 | 06:36 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home DESTINASI

Rekam Jejak di Yogyakarta: Dari Ruang Kuliah Menikmati Sumbu Filosofis Yogyakarta

Sabtu, 06/5/23 | 07:40 WIB

Oleh: Ronidin
(Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

 

Motor berplat BA yang saya bawa dari Padang memasuki kawasan kampus FIB UGM Yogyakarta. Di tempat parkir sudah berjejer ratusan motor. Pemiliknya rata-rata mahasiswa. Platnya beragam. Dominan AB. Di sudut parkir yang agak jauh tampak berjejer beberapa sepeda kayuh yang boleh dipakai oleh siapa saja di dalam lingkungan kampus. Hari itu saya ke kampus karena ada kuliah dengan Profesor Bakdi Soemanto, seorang dosen senior di FIB UGM.

BACAJUGA

Hal Tidak Mengenakkan Ketika Berkunjung  ke Yogyakarta

Destinasi di Yogyakarta 15 Tahun Kemudian

Senin, 14/10/24 | 06:52 WIB
Hal Tidak Mengenakkan Ketika Berkunjung  ke Yogyakarta

Destinasi Relaksasi di Kota yang Ingar-Bingar

Sabtu, 21/9/24 | 23:07 WIB

Rata-rata mahasiswa yang pernah belajar di Yogyakarta akan mengatakan bahwa suasana belajar di kota ini enak dan nyaman. Fasilitas penunjang pembelajaran lengkap untuk ukuran Indonesia. Universitas-universitas berkualitas di kota ini tidak hanya UGM dan UNY, tetapi juga banyak universitas lain. Perpustakaan sebagai penyangga  dan pendukung proses pembelajaran dengan koleksi buku yang lengkap dan open akses untuk semua pembelajar ada di banyak tempat, baik di kampus maupun perpustakaan umum/swasta. Toko buku ada di setiap sudut kota. Penerbit dan percetakan juga banyak. Biaya hidup yang menjadi kendala jamak pelajar dan mahasiswa kita, di Yogyakarta lebih murah dibandingkan kota lain di Jawa. Tidaklah salah kiranya julukan sebagai kota pelajar disematkan ke kota Yogyakarta.

Ketika saya menempuh studi magister dan sekarang studi doktor di UGM Yogyakarta, saya merasakan suasana itu. Iklim Yogyakarta sebagai kota pelajar tak berubah dari dulu hingga kini. Kalaupun ada yang terlihat berubah, itu lebih pada gaya hidup. Saat ini, muncul banyak fasilitas hedonis di lingkungan pelajar dan mahasiswa, mulai dari kontrakan eksekutif di wilayah padat mahasiswa di sekitaran kampus hingga kedai-kedai makan bergaya kekinian (kafe dan resto) yang semuanya memangil-manggil isi dompet. Sewa kontrakan saat ini jauh lebih mahal dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Warung-warung tradisional tempat makan murah, kini beralih ke kafe-kafe yang mahal. Kehadiran rumah sewa eksekutif juga memicu naiknya sewa kontrakan biasa/standar.  Jadilah sewa kontrakan di Yogyakarta semakin hari semakin mahal dari yang biasanya. Biaya hidup jika tidak gengsi-gengsian, masih murah. Walaupun ada yang berubah, antusias pembelajar dari berbagai daerah di nusantara tak surut untuk datang dan belajar ke Yogyakarta.

Pembelajar yang ke Yogyakarta tidak hanya semata untuk kuliah. Selepas dari ruang kuliah mereka menikmati Yogyakarta. Kuliah iya. Itu yang utama. Menikmati Yogyakarta iya juga. Itu juga penting. Sekali datang ke Yogyakarta, dua tiga maksud tercapai. Bagi sebagian mereka, banyak hal dapat dikisahkan dari Yogyakarta. Seperti saya sekarang ini, bisa menceritakan yang terserak dan yang dipungut dari Yogyakarta. Saya menikmati kuliah di UGM. Dinamikanya saya suka. Saya lulus magister dengan predikat cumlaude. Ketika kuliah doktor saat ini, saya juga menikmatinya. Selain di dunia akademik itu, saya juga menikmati suasana sosial di Yogyakarta. Jika tidak ke sini, saya tidak akan mengenali kehidupan warga lokal Yogyakarta.

Foto 1:  Penulis saat wisuda Magister Sastra di Fakultas Ilmu Budaya,  Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Di ruang kuliah bersama Prof. Bakdi Soemanto, seisi kelas diminta untuk mendiskusikan intisari Kota Yogyakarta. Perkuliahan sampai ke masalah ini karena berkaitan dengan kearifan lokal yang menjadi salah satu bagian dari silabus kuliah. Menurut Prof. Bakdi, titik pusat Yogyakarta adalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang lebih populer dengan sebutan Kraton Yogyakarta.  Kraton Yogyakarta selain berfungsi sebagai tempat kediaman Sultan Yogyakarta, sebagian areanya dapat dikunjungi oleh publik sebagai tempat pelesiran atau wisata yang pengelolaannya dilakukan oleh Kawedanan Radya Kartiyasa. Kraton Yogyakarta ramai dari pagi hingga malam hari.

Jika Dunsanak pernah ke Yogyakarta dan pernah ke Kraton Yogyakarta, Dunsanak dapat membayangkan letak/posisinya. Di atas Kraton Yogyakarta membentang garis imajiner sumbu filosofis Yogyakarta. Garis ini memanjang dari utara ke selatan, berawal dari Gunung Merapi di utara melewati Tugu Yogyakarta (dulunya Tugu Golong Gilig), lalu Kraton Yogyakarta sebagai pusat sumbu, kemudian Panggung Krapyak, dan berakhir di Pantai Parangkusumo (Parangtritis) di selatan. Jadi, jika dihubungkan titik-titik yang dilewati itu akan membentuk garis lurus dari utara ke selatan dengan pusat sumbu di Kraton Yogyakarta.

Garis imajiner dimaksud bermakna filosofis, melambangkan hubungan manusia dengan dengan Tuhan Sang Pencipta. Laut Selatan yang merupakan titik terendah dan Gunung Merapi sebagai titik tertinggi melambangkan hubungan manusia (yang rendah) dengan Sang Pencipta (yang tinggi). Garis yang membentang dari utara ke selatan melambangkan perjalanan manusia kembali ke sang penguasa.  Jika dirinci lebih detail, garis dari Pantai Selatan ke Panggung Krapyak melambangkan seorang manusia yang lahir dari seorang ibu menuju masa kanak dan remaja. Garis dari Panggung Krapyak ke Kraton Yogyakarta melambangkan perjalanan manusia dari fase remaja menuju dewasa. Kraton Yogyakarta yang menjadi pusat garis/sumbu karena posisinya di tengah melambangkan manusia yang sudah mapan dan dewasa. Seterusnya garis dari Kraton ke utara sampai ke Tugu melambangkan fase dewasa ke atas di mana manusia semakin intens berserah diri kepada Tuhan. Adapun garis imajiner antara Tugu dengan Gunung Merapi melambangkan akhir dari perjalanan manusia menghadap Sang Pencipta.

Ada pun menurut kepercayaan masyarakat lokal di Yogyakarta, Laut Selatan melambangkan perempuan (secara mitologis dikenali sebagai Nyi Roro Kidul) dan Gunung Merapi melambangkan laki-laki. Keraton yang berada di tengah-tengah menjadi penghubung atau penyeimbang di antara keduanya. Adapun secara simbolis, garis imajiner ini melambangkan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta (hablum  minallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablum minannas).

Kraton Yogyakarta sebagai pusat sumbu filosofis Yogyakarta pada mula dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I.  Konsep pembangunannya dirancang agar memiliki nilai historis dan filosofis. Saat dibangun, Sri Sultan pertama itu membangun beberapa bangunan bernilai historis dan filosofis yang ditarik dari garis lurus menjadi sumbu imajiner. Jika dari Kraton kita berjalan lurus saja ke utara, kita akan melewati Malioboro, Tugu,  dan pada akhirnya mentok di Gunung Merapi. Jika dari Kraton kita berjalan lurus pula ke selatan, kita akan melewati Panggung Krapyak, dan akhirnya mentok pula di Pantai Laut Selatan (Pantai Parangtritis).  Sri Sultan Hamengkubuwono I membangun fasilitas pendukung di sekitar kraton dengan konsep Catur Gatra Tunggal,  yaitu menyatukan elemen pemerintahan, ekonomi, sosial, dan agama secara terpusat. Itulah mengapa di sekitar Kraton Yogyakarta (pusat pemerintahan) kita dapat menemukan Pasar Beringharjo dan kawasan Malioboro (ekonomi), Alun-alun Utara, Alun-alun Selatan (sosial), dan Masjid Ghede Kauman (agama).

Foto 2:  Penulis dan keluarga berfoto di depan gerbang Kraton Yogyakarta

Begitulah, jika ke Yogyakarya tidak lengkap rasanya perjalanan bila tidak ke kawasan Kraton Yogyakarta. Bagi pelajar dan mahasiswa dari luar Yogyakarta, hal paling utama yang dikejar sesampai di Yogyakarta adalah ke Tugu, Malioboro,  dan kawasan Kraton Yogyakarta. Tiga titik imajiner di pusat Kota Yogyakarta. Apalagi saat ini di sekitar Alun-alun Utara dan Selatan banyak kafe dan tempat kongkow-kongkow yang menarik bagi kaum muda. Yang perlu disediakan adalah uang. Mungkin itu salah satu beda Yogyakarta sepuluh tahun yang lalu dengan Yogyakarta saat ini. Adapun tentang Kraton dengan sumbu filosofis Yogyakarta tidak ada bedanya dari dulu hingga sekarang.

Jadi, Yogyakarta memang unik dibandingkan kota lain di Jawa. Yang saya ceritakan ini baru satu pungutan dari banyak titik yang terserak mengenai Yogyakarta. Wallahualam Bissawab.   

Tags: #Ronidin
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Beot-kkot di Festival Musim Semi Korea Selatan

Berita Sesudah

Puisi-puisi R.S. Mila dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Terkait

Lele Raksasa (Foto: Ist)

Pria ini Taklukan Lele Raksasa Ukurannya Nyaris Tiga Meter

Senin, 18/8/25 | 06:10 WIB

Lele Raksasa (Foto: Ist) Jakarta, Scientia.id - Seorang pemancing asal Republik Ceko kembali mengukir prestasi luar biasa di dunia perikanan....

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Senin, 11/8/25 | 09:57 WIB

Jakarta, Scientia.id - Situs prasejarah Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali jadi sorotan setelah tim kajian menduga usianya...

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Jumat, 08/8/25 | 06:12 WIB

Scientia.id - Terletak di selatan Prancis, Cap d’Agde dikenal sebagai desa naturis terbesar di dunia. Destinasi ini mewajibkan semua pengunjung...

Foto Zlatan Ibrahimovic di Bali Viral di Media Sosial

Foto Zlatan Ibrahimovic di Bali Viral di Media Sosial

Sabtu, 02/8/25 | 08:34 WIB

Jakarta, Scientia.id - Unggahan Zlatan Ibrahimovic di Bali mendadak viral setelah sang legenda sepakbola dunia membagikan tiga foto dirinya berendam...

Wow! Batu Pengganjal Pintu ini Nilainya Rp19,2 Miliar

Wow! Batu Pengganjal Pintu ini Nilainya Rp19,2 Miliar

Senin, 28/7/25 | 18:03 WIB

Jakarta, Scientia.id - Siapa sangka benda sederhana yang diwariskan orang tua bisa jadi harta karun. Kisah ini datang dari Rumania,...

Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

Jumat, 13/6/25 | 21:47 WIB

Bubur Kirai, makanan khas tradisional Muaro Bungo yang ada sejak zaman dahulu (Foto: Rahma Yani) Jambi, Scientia.id - Mungkin sebagian...

Berita Sesudah
Puisi-puisi R.S. Mila dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi-puisi R.S. Mila dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Discussion about this post

POPULER

  • Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 401 PPPK di Pesisir Selatan Resmi Dilantik, Bupati Ingatkan Jangan Gadaikan SK ke Bank

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Solok Tutup Safari Berburu Hama, Dorong Perlindungan Pertanian dan Silaturahmi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buzzer, Kominfo, dan Tensi Politik Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pelaku Narkoba Ditangkap, Rekonstruksi Peredaran Sabu di Bukittinggi Terungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024