Senin, 12/5/25 | 13:03 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Transformasi Bentuk dan Makna Kata “Cuci”

Minggu, 09/4/23 | 13:36 WIB

Oleh: Elly Delfia
(Dosen Sastra Indonesia FIB Unand dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora UGM)

 

Kata cuci telah mengalami transfromasi bentuk dan makna yang cukup signifikan dalam sejarah perkembangannya sebagai kata. Kata cuci tidak hanya sekadar verba yang bermakna ‘membersihkan sesuatu dengan air’ seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Lebih dari itu, kata cuci telah bertransformasi secara morfologis dan semantis. Kata tersebut bertransformasi ke bentuk-bentuk baru yang diturunkan dari bentuk aslinya.

BACAJUGA

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB
Memaknai Kembali Arti THR

Memaknai Kembali Arti THR

Minggu, 06/4/25 | 12:37 WIB

Secara morfologis, kata ini mengalami transformasi dalam bentuk afiksasi/pengimbuhan (mencuci, dicuci, pencuci, pencucian, tercuci, cucian, dan sebagainya), reduplikasi/pengulangan (cuci-cuci, cuci-mencuci), komposisi/pemajemukan (cuci baju, cuci piring, cuci mata, cuci tangan, cuci otak, cuci uang). Bahkan, secara semantis, kata ini juga mengalami perubahan makna yang berbeda jauh dari makna asalnya. Makna yang berbeda jauh dari makna asalnya disebut dengan makna konotatif/figuratif/kiasan. Secara umum, makna kata terbagi atas dua, yaitu makna denotatif  dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna sentral dari sebuah kata yang disepakati oleh semua penutur bahasa dan makna figuratif/konotatif/kiasan adalah makna emotif yang dibangkitkan sebuah kata (Wijana, 2018).

Pada klinik bahasa edisi ini, kita akan membahas lima bentuk turunan kata cuci yang mengalami proses pemajemukan (komposisi/kompositum) dan juga mengalami perubahan makna. Lima bentuk turunan kata cuci tersebut, yaitu 1. cuci mata, 2. cuci tangan, 3. cuci otak, 4. cuci gudang, dan 5. cuci (pencucian) uang.

Pertama, cuci mata. Secara denotasi, cuci mata bermakna ‘membersihkan makna dengan air’, sedangkan secara konotasi cuci mata bermakna ‘jalan-jalan atau bersenang-senang sambil melihat-lihat sesuatu yang indah dan menyenangkan mata’. Cuci mata merupakan kata yang cukup sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Kata ini digunakan untuk aktivitas yang  berhubungan dengan berbelanja (shopping), seperti berbelanja di mal. Cuci mata di mal berarti melihat-lihat  barang indah, mewah, dan mahal, baik pakaian, perhiasan, tas, sepatu, dan lain-lain. Cuci mata ini bisa hanya sebatas melihat-lihat, tetapi tidak membeli. Cuci mata juga dapat diartikan sebagai aktivitas melihat pemandangan yang indah dan memanjakan mata saat jalan-jalan atau saat berkunjung ke tempat wisata.

Kedua, cuci tangan. Secara denotasi cuci tangan bermakna ‘membersihkan tangan dengan air’, sedangkan secara konotasi ‘menyelamatkan diri dari kesalahan yang telah diperbuat/tidak bertanggung jawab’. Cuci tangan yang kedua ini berkaitan dengan kepribadian, akhlak, perilaku, dan tindakan manusia. Makna cuci tangan yang kedua adalah perilaku tidak baik dan tidak bertanggung jawab dari seseorang atas kesalahan yang diperbuatnya dan ia mengorbankan orang lain untuk menyelamatkan diri dari kesalahan itu. Perilaku cuci tangan banyak merebak di dunia kerja. Orang yang suka cuci tangan biasanya menjadi toxic dalam pergaulan.

Ketiga, cuci otak. Dalam bahasa Inggris cuci otak disebut dengan brainwashing. Bentuk ini tidak bisa diartikan secara harfiah ataupun denotasi karena tidak ada aktivitas mencuci otak yang sebenarnya dilakukan manusia. Otak manusia yang tersembunyi dalam kepala tidak mungkin bisa dicuci. Otak yang mungkin bisa dicuci hanyalah otak binatang, seperti: Cucilah otak kambing itu sebelum di masak. Jadi, cuci otak lebih cenderung memiliki makna kiasan/figuratif yang diartikan sebagai proses menghilangkan pendapat, keyakinan, dan sebagainya yang ada dalam pikiran manusia dan menggantinya dengan yang baru secara paksa, dengan siksaan, tekanan fisik, dan psikis. Cuci otak termasuk tindakan kejahatan jika ada unsur pemaksaan dan kekerasan dalam prosesnya.

Keempat, cuci gudang. Cuci gudang juga tidak bisa dimaknai secara harfiah atau denotasi seperti mencuci atau membersihkan gudang dengan air karena itu bukan aktivitas yang lazim dilakukan di dalam masyarakat. Cuci gudang lebih cenderung dan lebih dekat ke makna konotasi dan istilah ini digunakan dalam aktivitas perdagangan. Cuci gudang secara figuratif bermakna penjualan barang yang baru dikeluarkan dari gudang dan penjualannya dilakukan dengan berbagai cara, seperti menjual dengan harga murah, memberikan diskon, dan sebagainya.

Terakhir, cuci uang.  Cuci uang dalam bahasa Inggris disebut money laundry.  Cuci uang juga tidak bisa dimaknao secara harfiah atau denotasi karena aktivitas yang berkaitan dengan cuci uang yang sebenarnya tidak ada dalam budaya kita, kecuali ada kasus misalnya seperti kalimat ini: Cuci uangmu yang jatuh ke dalam lumpur itu. Uang yang dimaksud bisa uang logam. Sementara itu, cuci uang (pencucian) uang secara konotasi merupakan proses ilegal yang menghasilkan uang dalam jumlah besar dari kegiatan kriminal, seperti perdagangan narkoba, korupsi, pendanaan teroris, dan membuat uang tersebut seperti berasal dari sumber yang sah (ok.bank.co.id). 

Beberapa bulan belakangan, pencucian uang sempat menghebohkan ruang publik. Pencucian uang menjadi trending topic di media massa dan media sosial karena pernyataan Mahfud MD soal transaksi janggal senilai 349 triliun rupiah di lingkungan Kementerian Keuangan. Berita itu tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga membuat sibuk beberapa lembaga negara, seperti Kementerian Keuangan, DPR RI, dan KPK. Mereka sibuk mengklarifikasi dan menyelidiki kasus pencucian uang yang merugikan negara triliunan rupiah.

Demikian transformasi bentuk kata cuci menjadi beberapa bentuk turunan dengan makna yang juga mengalami perubahan dari makna denotatif atau makna yang dasar/harfiah yang disepakati penutur bahasa Indonesia menjadi makna konotasi/kiasan/figuratif atau makna yang sudah jauh atau tidak berkaitan lagi dengan makna kata dasarnya.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Pengembangan Nilai-nilai dalam Kelompok

Berita Sesudah

Taman Sari, Wisata Bersejarah yang Instagramable

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Makna Kata “Cukup” yang Tak Secukupnya

Minggu, 27/4/25 | 09:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Pembahasan Klinik Bahasa Scientia kali ini akan mengulik...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Minggu, 13/4/25 | 12:56 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Lebaran telah usai. Namun, serba-serbi tentang Lebaran...

Memaknai Kembali Arti THR

Memaknai Kembali Arti THR

Minggu, 06/4/25 | 12:37 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas) Salah satu fenomena yang menarik saat Hari...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Salam” dan “Salim” saat Lebaran

Minggu, 30/3/25 | 07:07 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Beberapa hari lagi, umat Islam akan...

Berita Sesudah

Taman Sari, Wisata Bersejarah yang Instagramable

Discussion about this post

POPULER

  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jembatan Gantung Ambruk di Nagari Koto Padang Lumpuhkan Ekonomi Petani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Firdaus Apresiasi Semangat Gotong Royong Masyarakat Wujudkan Festival Juadah Tanpa APBD

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bergabung dalam Arak – arakan, Anggota DPRD Sumbar, Firdaus Ikuti Keseruan Festival Juadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024