Senin, 17/11/25 | 10:55 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Mengenal Penggunaan Tanda Baca Tilde (~)

Minggu, 15/5/22 | 07:00 WIB
Reno Wulan Sari
Oleh: Reno Wulan Sari, S.S., M.Hum. (Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)

Dalam Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terbaru  yang ditetapkan oleh Kepala Badan Bahasa pada tanggal 28 Juli 2021 terdapat 15 tanda baca, yaitu tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda elipsis (…), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (‘).

Setiap tanda baca memiliki fungsi masing-masing. Semua tanda baca ini digunakan bersamaan dengan penggunaan kalimat dalam bahasa Indonesia sesuai dengan namanya sebagai tanda baca. Oleh sebab itu, tanda baca berbeda dengan simbol-simbol pada ilmu lainnya, seperti matematika, kimia, dan fisika. Setiap negara juga memiliki tanda baca yang berbeda, seperti beberapa huruf pada bahasa di negara-negara Eropa yang memakai tanda baca di atasnya. Sebagai orang Indonesia, saya selalu menggunakan tanda baca yang lazim saya kenal tersebut, seperti 15 tanda baca yang sudah disebutkan di awal paragraf. Namun demikian, sejak tinggal di Korea Selatan, saya sering melihat tanda baca lainnya yang ternyata juga banyak digunakan oleh orang Korea di berbagai unggahan media soial. Tanda itu berbentuk (~). Tanda baca ini sering saya temukan di pesan singkat melalui telepon seluler dan berbagai informasi umum untuk publik di Korea.

Saya mengajar bahasa Indonesia di Busan University of Foreign Studies, salah satu universitas yang ada di Kota Busan, Korea Selatan. Hal ini membuat saya selalu berkomunikasi dengan orang Korea yang sebagian besar adalah mahasiswa saya di kelas. Saya berkomunikasi dengan mereka, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui tulisan sering dilakukan dengan menggunakan pesan singkat di berbagai aplikasi obrolan yang bisa diakses melalui telepon seluler. Pada setiap obrolan tersebut, saya sering mendapatkan pesan dengan tanda baca (~) yang sebagian besarnya berada pada akhir kalimat, seperti:

  1. Selamat pagi, Bu~
  2. Terima kasih, Bu~
  3. Sama-sama~
  4. Iya, betul~
  5. Sampai jumpa lagi~

Tanda baca ini nyatanya juga banyak digunakan oleh orang Indonesia di berbagai media sosial, terutama Twitter dan Instagram. Akan tetapi, saya belum bisa menarik kesimpulan fungsi tanda baca ini bagi masyarakat Indonesia, terlebih tanda baca ini belum ada di PUEBI. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indoneia (KBBI), tanda baca ini bernama tilde yang bermakna, “tanda (~) yang digunakan untuk menggantikan sublema yang terdapat dalam deskripsi kamus atau dalam contoh penggunaannya”. Makna yang terdapat di dalam kamus tersebut memberikan pemahaman bahwa tanda baca tilde menjadi salah satu simbol yang digunakan di dalam KBBI. Kita bisa mengambil salah satu contoh kata yang ada di dalam KBBI, seperti kata membaca. Ketika kita mencari kata membaca di dalam KBBI daring, kita akan mendapatkan informasi seperti ini:

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB
  1. v melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati): dia jangan diganggu, karena sedang ~ buku
  2. v mengeja atau melafalkan apa yang tertulis
  3. v mengucapkan: ~ doa; ~ mantra
  4. v mengetahui; meramalkan; ia dapat ~ suratan tangan (garis-garis pada telapak tangan)
  5. v memperhitungkan; memahami: seseorang pemain yang baik harus pandai ~ permainan lawan.

Di dalam contoh tersebut, kita bisa melihat beberapa tanda, yaitu v dan (~). Tanda v mewakili kata verba (kelas kata). Berbeda dengan v yang mewakili kata verba, tanda (~) tidak mewakili kelas kata. Tanda (~) mewakili kata yang sedang dicari atau yang sedang dimaksudkan sebagai contoh penggunaannya. Pada contoh tersebut, kata yang dimaksud adalah membaca. Oleh sebab itu, tanda (~) pada nomor (1), (3), (4), dan (5) digunakan untuk mengganti kata membaca yang sedang dicari di dalam kamus. Contoh-contoh di dalam KBBI tersebut, bisa ditulis secara lengkap seperti:

  1. Dia jangan diganggu karena sedang membaca.
  2. membaca doa: membaca mantra
  3. Ia dapat membaca suratan tangan (garis-garis pada telapak tangan).
  4. Seseorang pemain yang baik harus pandai membaca permainan lawan.

Sesuai dengan pemahaman tersebut, tanda baca tilde dimaknai sebagai pengganti sublema dalam deskripsi kamus. Namun demikian, penggunaan tanda tilde memiliki makna yang berbeda di dalam percakapan informal masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dilihat di berbagai unggahan yang ada di media sosial. Tanda tilde digunakan secara arbitrer oleh penggunanya. Sementara itu, dalam pengamatan saya selama berkomunikasi dengan orang Korea, tanda ini cenderung hadir dalam dua situasi. Pertama, tanda tilde hadir pada akhir kalimat. Kedua, tanda tilde hadir pada berbagai petunjuk waktu. Berikut ini adalah uraiannya.

Pertama, tanda tilde digunakan pada akhir kalimat. Contoh penggunaan ini telah dituliskan pada bagian awal artikel. Kemunculan tanda (~) pada akhir kalimat memiliki fungsi perwakilan intonasi yang terkesan panjang. Di dalam percakapan informal, masyarakat Indonesia sering menulis suatu kata dengan huruf yang banyak, seperti “Makasiiihhh”. Penggunaan vokal yang banyak ini diharapkan memberi kesan bunyi yang panjang. Hal ini berfungsi untuk menciptakan suasana yang santai, ramah, akrab, bahagia, dan sebagainya. Ketika berkomunikasi dengan orang Korea secara tulisan, saya sering mendapatkan pesan “Terima kasih~”, “Terima kasih banyak~”, “Terima kasih, Bu~”, atau “Sama-sama~”. Tanda tilde ini selalu saya temukan di dalam konteks percakapan yang sama, yaitu percakapan yang bernuansa positif, ramah, dan santai. Oleh sebab itu, tanda ini juga berfungsi sebagai perwakilan intonasi yang bisa dilafalkan dengan nada yang panjang. Penggunaan tanda tilde pada akhir kalimat membuat percakapan tulisan tersebut tidak terkesan kaku atau sangat formal.

Kedua, tanda tilde digunakan dalam petunjuk waktu di Korea. Petunjuk waktu yang dimaksud adalah konteks “dari” dan “sampai”. Pada penulisan formal bahasa Indonesia, konteks ini diwakili oleh tanda pisah (—) atau singkatan s.d. (sampai dengan). Ini adalah contoh penggunaan dalam bahasa Indonesia formal:

  1. pukul 08.00—10.00
  2. pukul 08.00 s.d. 10.00
  3. tanggal 10—12 Mei 2022
  4. tanggal 10 s.d. 12 Mei 2022
  5. Padang—Medan

Di berbagai informasi petunjuk waktu yang banyak saya temukan di Korea, konteks ini diwakili oleh tanda (~), seperti:

  1. 08:00 ~ 10:00
  2. 10:00 ~ 12:00
  3. 1 ~ 5
  4. 5.13 (금) ~ 22.5.15 (일). Jika ditulis dalam bahasa Indonesia menjadi 13 Mei 2022 (Jumat) s.d. 15 Mei 2022 (Minggu).

Ketika saya sering membaca tanda ini di dalam kehidupan sehari-hari di Korea, saya mulai mencari penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, saya belum menemukan tanda ini di dalam PUEBI. Hal ini disebabkan, masyarakat Indonesia belum menggunakan tanda ini secara formal, meskipun secara informal sudah banyak terdapat di berbagai media sosial masyarakat Indonesia, tetapi penggunaan tanda ini secara formal sudah ada di dalam KBBI. Oleh sebab itu, saya berpikir bahwa tanda tilde (~) kiranya perlu dipertimbangkan untuk ditulis dalam kaidah penggunaan tanda baca pada PUEBI, mengingat frekuensi penggunaannya di tengah masyarakat yang terus meningkat.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Sastra Australia Alternatif Bacaan Anak-Anak Indonesia

Berita Sesudah

Pemerasan Alam dan Karya Sastra

Berita Terkait

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Perkembangan Kosakata di Era Komunikasi Digital

Minggu, 16/11/25 | 07:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Sebuah kosakata, frasa, atau istilah muncul karena...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki berbagai ekspresi komunikasi,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat-Menyurat

Senin, 27/10/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas)  Ketika seseorang diminta menulis...

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Senin, 20/10/25 | 07:36 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kata saja amat sering digunakan dalam berbagai bentuk...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki kata penghubung (dalam...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Ketika membaca karya ilmiah, seperti skripsi, tesis,...

Berita Sesudah
Returning Journey dalam Novel Pulang

Pemerasan Alam dan Karya Sastra

Discussion about this post

POPULER

  • Wali Kota Padang Fadly Amran resmikan, Jalan Taratak Saiyo yang menghubungkan dua kelurahan di Kecamatan Pauh, Sabtu (15/11). (Foto:Ist)

    Walikota Resmikan Pembangunan Jalan Taratak Saiyo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Apresiasi Festival Merandang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ideologi Simbolik dalam Cerpen “Jangan Bakar Lumbung Padi”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Temu Ramah PKB Sumbar dan KH Ma’ruf Amin Berlangsung Hangat, Ma’ruf Doakan PKB Raih 10 Kursi DPRD Sumbar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024