Sabtu, 12/7/25 | 14:39 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Pemerolehan Bahasa pada Anak

Minggu, 31/10/21 | 07:00 WIB

Alex Darmawan, S.S., M.A.
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

 

Pada suatu sore di hari Minggu, ibu-ibu tetangga, juga termasuk istri saya berkumpul bersama tidak jauh dari tempat saya tinggal. Mereka membawa anak-anak bermain sambil memberi makan sore. Para ibu saling berbagi informasi, pengalaman sampai kepada bergosip. Maklumlah saya tinggal di suatu perumahan yang penduduknya cukup ramai. Jadi, bisa dipastikan hampir tiap hari ada gosip yang didapat. Istri saya bercerita kepada saya bahwa ada anak salah seorang tetangga yang umurnya hampir tiga tahun, tetapi belum juga bisa berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Pasalnya, anak-anak yang seumuran dengannya sudah bisa berbicara dan berkomunikasi dengan orang tua serta orang lain. Menurut cerita, katakanlah tetangga saya itu namanya si A. Si A ini adalah tetangga yang super sibuk karena suami istri bekerja dan anak tinggal dengan pembantu (baby sitter). Si A dan suaminya bekerja dari pagi sampai sore hari, sehingga waktu untuk bercengkrama dengan anak sangat sedikit sekali. Saat si A dan suami pergi bekerja si anak masih tidur dan saat pulang kerja si anak tidur siang/sore, kemudian  si A mulai sibuk dengan mainannya  karena  pembantu (baby sitter) khusus hanya menjaga anak.

Dengan kondisi seperti di atas, besar kemungkinannya anak jarang berkomunikasi dengan orang tua dan lingkungan sekitar. Dari ilustrasi kasus tersebut memunculkan berbagai persoalan, terutama menyangkut bahasa anak. Bagaimana pemerolehan bahasa pada si A, dan apa penyebab anak tersebut  lambat berbicara/ berkomunikasi (speech delay) ?

BACAJUGA

Kecerdasan dan Berbahasa

Kecerdasan dan Berbahasa

Minggu, 09/3/25 | 09:59 WIB
Bahasa dan (Ber) Pikiran

Bahasa dan (Ber) Pikiran

Minggu, 02/3/25 | 10:48 WIB

Pemerolehan (language acquisition) bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak  anak-anak ketika mereka memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibunya (mother of tongue). Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Dua istilah ini memiliki pengertian yang hampir sama, namun sebenarnya berbeda. Pembelajaran bahasa  berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua setelah dulu memperoleh bahasa bahasa pertama. Kita tarik garis merahnya, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pembicaraan pada pemerolehan bahasa pertama pada anak saja, tidak pembelajaran bahasa pada anak.

Ada dua aspek yang dibicarakan dalam pemerolehan bahasa ibu pada anak.  Pertama, aspek performance yang terdiri dari aspek pemahamn dan pelahiran. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau kemampuan mempersepsikan kalimat-kalimat yang didengar, sedang proses pelahiran melibatkan kemampuan melahirkan atau mengucapkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua, aspek kompetensi  yang menyangkut dengan kemampuan bahasa pada anak. Apabila seorang anak telah betul betul mengusai bahasa ibunya, maka ia telah memiliki kompetensi. Kompetensi ini mencakup tiga komponen, yaitu, kemampuan pemerolehan fonologi, semantik dan sintaksis (kalimat). Ketiga komponen ini diperoleh secara bersamaan.

Para ahli bahasa berpendapat bahwa manusia telah dilengkapi sesuatu yang khusus dan alamiah untuk dapat berbahasa dengan cepat dan mudah.. Miller dan Chomsky (1957) menyebutnya dengan LAD (Language Acquisition Device).  Peranti LAD ini dimiliki oleh setiap anak yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan anak dapat memperoleh dan mempelajari bahasa  apapun. Noam Chomsky menambahkan bahwa seseorang anak dilahirkan dengan kecakapan alamiah  untuk mengusai bahasa apabila anak sudah sampai kepada tingkat kematangan tertentu. Pada tiap-tiap tingkat kematangan, anak tersebut akan membentuk hipotesis-hipotesis terhadap aturan aturan yang ada dalam bahasa yang digunakannya di dalam komunikasi sehari-hari dengan orang sekitarnya. Semua Perbaikan atas kesalahan-kesalahan yang dibuatnya akan mempertegas lagi aturan-aturan bahasa yang tersimpan di dalam otaknya. Pendapat Chomsky tersebut merupakan bantahan terhadap Teori Skinner- aliran behaviorisme- yang mengatakan bahwa bahasa itu bersifat narture atau dipengaruhi oleh lingkungan sedangkan Chomsky mengatakan bahasa itu bersifat nature.

Lebiih lanjut, pada  saat anak dilahirkan, ia telah dibekali dengan sebuah alat tertentu yang membuatnya mampu mempelajari suatu bahasa. Alat bahasa itu bersifat universal yang dibuktikan oleh adanya kesamaan pada anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa mereka (Dardjowidjojo, 2005).

Setiap anak bervariasi dalam pemerolehan bahasa pertamanya, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; Pertama, Faktor Alamiah. Faktor alamiah ini menujukkan bahwa anak itu sudah mempunyai peranti dalam pemerolehan bahasa dari lahir. Kendatipun anak tidak dirangsang untuk mendapatkan bahasa, anak  tersebut akan mampu menerima apa yang ada diskeitarnya.

Kedua, faktor perkembangan  kognitif. Pemerolehan bahasa dalam prosesnya dibantu oleh perkembangan kognitif. Antara perkembangan  mental dan bahasa itu saling melengkapi. Menurut Lennerberg (1967) dalam usia dua tahun (kematangan kognitif) hingga usia puberbatas otak manusia itu masih sangat lentur yang memungkin seseorang anak untuk memperoleh bahasa pertama dengan mudah dan cepat.

Ketiga,  latar belakang sosial mencakup struktur keluarga, afiliasi sekelompok sosial dan lingkungan budaya memungkin terjadi perbedaan serius dalam pemerolehan bahasa anak (Vygotsky, 1978). Semakin tinggi interaksi sosial sebuah keluarga, semakin besar  peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa. Sebaliknya, semakin rendah tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakain kecil pula peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa.

Keempat, faktor keturunan. Faktor ini meliputi tingkat intelegensia. Pemerolehan bahasa anak juga bisa dipengaruhi oleh intelegensia yang dimiliki anak. Hal ini berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki anak dalam mencerna melalui pikirannnya, karena setiap anak memiliki struktur otak yang mencakup IQ. IQ setiap anak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Anak yang memiliki tingkat intelegensi yang baik akan memudahkannya dalam proses pemerolehan bahasa.

Namun demikian, untuk kasus anak yang bapak dan ibu bisu, tidak serta merta anak juga akan bisu. Banyak fenomena yang ada di sekitar kita bahwa bapak ibunya bisu, tapi anaknya tidak. Hal ini disebabkan  mungkin secara mental dan alat artikulasinya tidak ada ada masalah sehingga memungkin anak dari keluarga bisu mampu berbicara. Secara alamiah, anak tersebut telah  memiliki peranti LAD yang dibicarakan di atas sebelumnya.

Hanya saja untuk anak yang lahir dari keluarga bapak dan ibu yang bisu harus banyak mendapat stimulasi/rangsangan dari lingkungan yang aktif berkomunikasi. Apabila anak tersebut kurang mendapat rangsangan dari luar yaitu lingkungan keluarga dan masyarakat, maka akan menyebabkan terjadi keterambatan berbahasa (speech delay). Untuk membuktikan anak itu tidak bisu, perlu ada pengujian yang lebih dalam secara medis sehingga bisa diambil langka untuk proses pemerolehan bahasanya.

Mengenai kasus anak dari keluarga si A yang digambarkan pada awal tulisan ini mungkin faktor  stimulasi dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang cukup baik sehingga anak dari keluarga si A mengalami keterlambatan dalam berbahasa. Wauallahu a’lam bis shawab.

Tags: #Alex Darmawan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Pemakaian “seperti” dan “dan sebagainya” dalam Kalimat

Berita Sesudah

Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Berita Terkait

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Minggu, 06/7/25 | 11:11 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Karya sastra adalah hasil proses kreatif yang...

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Minggu, 06/7/25 | 10:56 WIB

Oleh: Nikicha Myomi Chairanti (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Cerita pendek "Seekor Beras dan Sebutir Anjing" karya Eka Arief...

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Berita Sesudah
Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Discussion about this post

POPULER

  • Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir saat menyerahkan Dana Operasional Triwulan II tahun 2025 ketua RT/RW, Guru TPQ/TQA dan MDTA/MDTW. [foto : ist]

    100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Angka Penyalahgunaan Narkoba di Sumbar Sempat Tempati Posisi Tertinggi, Kapolda : Kita Bakal All Out

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terduga Pelaku Pelecehan Seksual terhadap Santri di Ponpes Miftahul Huda Dharmasraya Belum Diketahui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024