Kepada yang Esa
dalam pertemuan ini, ingin kusampaikan
bahwa segala yang tunduk pada senja
ialah jingga yang melilit tubuhku
dan segumpal cahaya terpenjara di dalamnya
saat berkata tentang pelik yang bergumul
bertandang bagai hidangan semerawut
tak ada lagi nisbi yang meranggas
pada tubuh yang kian sesak bernapas
melodi-melodi aneh menjelma alunan kekusutan
angin bertiup mengantarkan perkabungan
pengap dan lelap menemu naas
kubaringkan badan pelangkahan kepada yang Esa
Padang, 2021
Rabuk Air Mata
di sana, planet sedang baik-baik saja
seperti awal yang kau lihat dari kedatangan
di sini, bumi menangis terus-menerus
barangkali, ia kembali lahir setelah dimatikan manusia
tangis berkepanjangan menemu luka
disayat sembilu semesta bermata dunia
keduniaan yang membuat segalanya seakan-akan fana
seperti waktu yang tak dapat dihentikan
namun segala yang bermula
akan menjalani
lalu menemukan pengakhiran
seperti sebuah fase yang terus dihukumkan ke segalanya
di sini, masih tiris dengan rabuk-rabuk air mata negeri!
Padang, 2021
Ia Tak Pernah Kembali
sekujur tubuhku berselimut debu
ia tak juga datang ke sini
dalam lamunan panjang selalu kusaksikan
betapa bahagianya kau menari sembari tersenyum
saat gelap menyungkup segalanya
kelopak mata juga kelopak bayang-bayang
menenggelamkannya di dalamnya
hingga hilang entah ke mana
aku bergerak mundur ke utara
bersenggama dengan angin yang bertiup sendu
dan tak mendatangi bayang lagi
hanya kehampaan yang kian meluas kian hari
Padang, 2021
Laju Waktu
padamu, semua itu kutujukan
bila kefanaan telah mengancam akal sehat
dan cinta bukanlah rubik yang harus dituntaskan begitu saja
maka akan kuselami kedalaman rindu
mencari lubuk kasih yang membenamkan diriku dalam keabadiannya
pada hari yang tiba-tiba berpatahan
kuhentikan laju waktu
agar kita tetap biru pada cumbu
meski sunyi menjelma bahagia yang lain
bergerak di sepertiga malam
membunuh kasih di belahan dada kita
Padang, 2021
Jalan Pulang ke Palungmu
bila kau ditelan sepi
maka temuilah aku di bawah malam
saat rembulan berada di puncaknya
bintang-bintang membentuk persegi
akan kau ciumi aroma sedap terbalut embun
dari singgasana tak kusebutkan namanya
segumpal gelap yang melayang di pelupuk matamu
itulah aku dengan nur dan dzatNya
sedang meniti jalan menuju pulang ke palungmu
kulepaskan beribu belenggu di tubuhmu
dan bila esok kau kembali
bawakan aku mahkota yang tersemat dalam dadamu
kemudian akan kubawa kau mengudarai cakrawala selamanya
Padang, 2021
Biodata:
Julian Makhmudasa lahir di Padang, 23 Juli 1999. Mahasiswa Sastra Minangkabau Unand. Bergiat di Teater Langkah dan Labor Penulisan Kreatif (LPK).
Discussion about this post