Jumat, 17/10/25 | 05:54 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Penggunaan Kalimat Langsung dan Kalimat Tak Langsung dalam Tulis-Menulis

Minggu, 01/8/21 | 09:01 WIB
Oleh: Elly Delfia (Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

Kalimat merupakan bagian penting dalam tulis-menulis. Semua ide atau gagasan penulis dinyatakan dalam bentuk kalimat. Bentuk kalimat ada bermacam-macam. Namun, bentuk kalimat yang sering digunakan dan sering menimbulkan masalah  dalam tulis-menulis adalah penggunaan kalimat langsung dan kalimat tak langsung.

Kalimat langsung adalah kalimat yang ditulis dengan menggunakan tanda kutip atau tanda petik dua. Kalimat langsung berasal dari pernyataan langsung seseorang, contohnya seperti informan atau narasumber dalam berita dan artikel ilmiah serta dialog atau percakapan dalam cerita fiksi yang dikutip secara utuh tanpa dikurangi dan dilebihkan. Kridalaksana (2008:105) mendefinisikan kalimat langsung sebagai kalimat yang entah berupa kalimat deklaratif (kalimat berita, pernyataan atau informasi), entah kalimat introgatif (kalimat tanya), entah kalimat imperatif (kalimat perintah) yang berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek dan secara cermat menirukan apa yang dianjurkan orang, misalnya :

  • “Apakah gurumu galak?”, tanya Amin.
  • Kata orang-orang tua zaman dulu, “Malu bertanya, sesat di jalan.”
  • “Jangan mendekat,” bentak penjahat itu.

Selain kalimat langsung, juga ada kalimat tak langsung. Menurut Kridalaksana (2008:106), kalimat tak langsung adalah kalimat deklaratif (kalimat berita, pernyataan, atau informasi) atau kalimat introgatif (kalimat tanya) yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek yang melaporkan apa yang diujarkan orang, misalnya :

  • Mereka menyatakan bahwa persediaan beras sudah habis.
  • Murid-murid bertanya kemana mereka harus pergi setelah tamat.
  • Kami tidak tahu mengapa kami dilarang masuk.

Kedua bentuk kalimat tersebut sering digunakan dalam dunia tulis-menulis, baik dalam menulis berita untuk media massa, untuk menulis artikel ilmiah dan semi ilmiah, serta untuk menulis berbagai jenis tulisan fiksi, seperti novel, cerpen, dan cerita anak.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB

Jika dirumuskan dengan kalimat yang lebih sederhana, ciri-ciri kalimat langsung ada empat, yaitu 1) menggunakan tanda petik dua atau kutip (“….”) untuk menyatakan pendapat orang lain yang dikutip langsung atau menyatakan percakapan langsung, 2) Huruf pertama dalam kutipan langsung menggunakan huruf kapital, 3) menggunakan tanda koma di antara bagian kalimat penggiring dan kalimat yang dikutip, dan 4) menggunakan tanda titik dua (:) jika menunjukkan dialog berurutan, seperti dalam naskah drama, contohnya:

Budi : “Saya lapar.”
Ani : “Makan saja.”
Budi : “Nasi habis.”
Ani : “Ayo masak nasi.”

Ciri-ciri kalimat tak langsung ada tiga, yaitu 1) tidak menggunakan tanda kutip atau tanda petik dua, 2) menggunakan kata ganti orang yang berbicara, seperti dia mengatakan bahwa dia, Ani berbicara bahwa dia, kakek berkata agar dia/beliau, ibu guru menyatakan bahwa dia/beliau, kepala dinas menyatakan bahwa beliau/dia, dan lain-lain, 3) menggunakan kata penghubung bahwa, tentang, agar, supaya, dan lai-lain,  4) awal kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.) sama seperti kalimat pada deklaratif (berita/informasi) pada umumnya.

Namun, tidak jarang, para penulis ataupun jurnalis mengalami kendala dalam menggunakan kalimat ini dengan benar. Kendala tersebut mengakibatkan kesalahan dalam menuliskan kalimat langsung dan tidak langsung. Kesalahan penulisan kalimat langsung yang sering terjadi, di antaranya:

1) Tidak menggunakan tanda kutip atau tanda petik dua (“…”) untuk mengapit kalimat langsung yang diucapkan informan atau narasumber dan hal ini sering terjadi dalam penulisan berita.

Contoh 1:
Salah : Pelatih atlet bulu tangkis, Anthony Sinisuka Ginting berkata, atlet kami latihan setiap hari.
Benar : Pelatih atlet bulu tangksi Anthony Sinisuka Ginting berkata, “Atlet kami latihan setiap hari.”

2) Tidak menggunakan tanda kutip atau petik dua (“….”) untuk menandai dialog atau percakapan antartokoh. Kasus ini sering terjadi pada penulisan cerita, seperti cerpen, novel, dan cerita lainnya.

Contoh 2:
Salah : Aku telah lama menghirup udara yang menyakitkan di kota ini. Sekarang, aku pergi, ujar Nana.
Benar : “Aku telah lama menghirup udara yang menyakitkan di kota ini. Sekarang, aku pergi,” ujar Nana.

3) Tidak menggunakan huruf kapital pada huruf pertama awal kalimat dalam kutipan.

Contoh 3:
Salah : Ibu bertanya kepada adik, “pukul berapa kamu pulang sekolah?”
Benar : Ibu bertanya kepada adik, “Pukul berapa kamu pulang sekolah?”

4) Tidak menggunakan tanda koma untuk memisahkan keterangan dan kalimat langsung.

Contoh 4:
Salah : “Kami bangga pada atlet yang berhasil meraih emas, perak, dan perunggu di Olimpiade Tokyo 2020” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali.

Benar : “Kami bangga pada atlet yang berhasil meraih emas, perak, dan perunggu di Olimpiade Tokyo 2020,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali.

Contoh 5:
Salah : Lala berkata “Aku berharap lulus perguruan tinggi negeri tahun depan.”
Benar : Lala berkata, “Aku berharap lulus perguruan tinggi negeri tahun depan.”

Selanjutnya, penggunaan kalimat tak langsung juga sering mengalami beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut, di antaranya:

1) Tidak menggunakan kata penghubung bahwa dalam menuliskan kalimat.

Contoh 6:
Salah :  Dia berkata dia akan pergi ke Jakarta.
Benar : Dia berkata bahwa dia akan pergi ke Jakarta

2) Tidak mengubah kata ganti dari kalimat langsung ke dalam kalimat tak langsung.

Contoh 7:
Salah : Ayah berkata bahwa saya akan pulang terlambat malam ini.
Benar : Ayah berkata berkata bahwa dia akan pulang terlambat malam ini.

Contoh 8:
Salah : Ibu guru memberi nasihat kalian semua harus rajin belajar.
Benar : Ibu guru memberi nasihat agar kami semua harus rajin belajar.

Beberapa contoh penggunaan kalimat langsung yang benar dalam penulisan berita di media massa atau surat kabar dapat dilihat pada contoh 9 dan 10 di bawah ini.

Contoh 9:
“Kami harus lebih percaya diri menghadapi ganda Indonesia karena mereka sangat berpengalaman. Di laga babak grup, kami kalah tipis dari mereka. Jadi, kami berharap bisa melakukan yang terbaik,” ucap Soh. (CNN  Indonesia, 31/072021)

Contoh 10:

“Call Center BRI tidak menerima pengaduan resmi dari pemilik rekening maupun dari Sdri. Anjani yang merupakan istri dari pemilik rekening melalui pembuatan thread di twitter yang telah viral tersebut,”ujar Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto. (Kompas.com/31 Juli 2021)

Beberapa contoh penggunaan kalimat tak langsung yang benar dalam berita surat kabar juga dapat dilihat pada contoh 11 dan 12 di bawah ini.

Contoh 11:
Lebih lanjut, Zainut menjelaskan bahwa Kementerian Agama terus mengembangkan dan mengonsolidasikan penguatan moderasi beragama yang tujuannya tak lain untuk menghadirkan keharmonisan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Republika. co.id/ 31 Juli 2021).

Contoh 12:
Selain syarat tersebut, Firman juga mengingatkan bahwa batasan usia tetap berlaku, yakni perjalanan dapat dilakukan bagi mereka yang sudah berada pada usia 18 tahun ke atas. (mediaindonesia.com./27 Juli 2021)

Kedua bentuk kalimat di atas, baik kalimat langsung maupun kalimat tak langsung sangat akrab dengan aktivitas tulis-menulis. Kalimat langsung dan tak langsung sering digunakan dalam penulisan berita di media massa atau surat kabar yang berisi kutipan pikiran, pendapat, dan pandangan narasumber terhadap suatu keadaan atau peristiwa. Selain itu, kedua kalimat ini juga adalah modal utama yang digunakan oleh para penulis kreatif untuk menyatakan dialog atau percakapan di antara para tokoh dalam cerita. Jadi, penting bagi penulis dan jurnalis memahami dan menguasai kalimat langsung dan tak langsung, baik pengertian, ciri-ciri, maupun tata cara penulisannya agar tidak mengalami kesalahan dalam menulis. Semoga mencerahkan.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Amak Benci Malaysia

Berita Sesudah

Mengatasi Masalah Komunikasi di Masa Pandemi

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki kata penghubung (dalam...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Ketika membaca karya ilmiah, seperti skripsi, tesis,...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Beberapa pengguna bahasa sering keliru menggunakan kata-kata...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tengkelek: Dari Sendal Kayu Menjadi Nama Merek

Minggu, 14/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas) Saat melaksanakan salat Magrib di Musala Cafe...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Seperti” dan “Sepertinya”

Minggu, 07/9/25 | 09:56 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata seperti dan sepertinya hanya dibedakan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Bahasa dalam Pandangan Linguistik Fungsional Sistemik

Minggu, 31/8/25 | 14:37 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Linguistik fungsional sistemik (LFS) merupakan konsep yang...

Berita Sesudah
Mengatasi Masalah Komunikasi di Masa Pandemi

Mengatasi Masalah Komunikasi di Masa Pandemi

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024