Kamis, 16/10/25 | 01:51 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home EKONOMI

Nyicil dari Hasil Arisan, Ketuk Pintu Baitullah hingga Lahirkan Warisan

Kisah nyata suami-istri, Waryati dan Junaidi perantau di Kota Padang. Penjual perkakas rumah tangga hingga Kue Lumpur Kentang setiap akhir pekan. Keduanya tak mampu mengenyam bangku kuliah, namun kini bisa mengetuk pintu haji, dan menciptakan warisan dengan menabung emas di Pegadaian.

Minggu, 12/10/25 | 15:07 WIB
Pasangan suami istri, Waryati dan Junaidi saat melayani pembeli Kue Lumpur Kentang di GOR Haji Agus Salim Padang, Minggu (12/10). (SCIENTIA/Foto: Wahyu Saputra)

Padang, SCIENTIA – “Buk, kue lumpurnya, Buk, Pak. Silakan dicicip kue lumpurnya uda, uni,” begitulah Waryati (47 tahun) menyapa peserta Car Free Day (CFD) di akhir pekan yang basah pagi itu. Sisa hujan subuh tadi masih terasa di kawasan Gelanggang Olahraga (GOR) Agus Salim, Kota Padang, tapi tak menyurutkan langkahnya untuk pulang.

Dalam suasana riuhnya orang lalu lalang, suaminya, Junaidi (48 tahun) dengan cekatan membungkus pesanan. Lalu, Citra Wulandari (22 tahun) anaknya, juga tanpa beban memasak adonan Kue Lumpur Kentang sebagai menu andalan. Mereka berbagi peran, agar jualan hari itu cepat ludes dan bisa pergi arisan yang telah dijanjikan.

Sesekali ia menyapa peserta CFD dengan bahasa Minang sedikit medok, sebab keluarganya memang bukan orang Minang. Yanti sapaan akrabnya ini berasal dari Jawa Timur, sementara suami dari Lampung. Mereka merantau ke Padang sejak 2010 lalu setelah melalang buana di Jakarta, Lampung, dan Dumai sebagai marketing perkakas rumah tangga.

“Biasanya setiap hari Minggu kami bawa perkakas dan kerajinan tangan juga di sini, tapi hari ini gak bawa, berharap bisa cepat pulang, karena sudah janji mau pergi arisan dengan kawan-kawan,” ucap Yanti pukul 07.15 WIB pada Minggu, (13/10) itu.

BACAJUGA

China Temukan Cadangan Emas Super Raksasa 1.000 Ton di Hunan

China Temukan Cadangan Emas Super Raksasa 1.000 Ton di Hunan

Jumat, 15/8/25 | 15:01 WIB
Foto bertuliskan investment portfolio.[foto : ist]

Emas, Saham, atau Reksadana? Begini Tips Memilih Jenis Investasi yang Tepat

Senin, 04/8/25 | 12:57 WIB

Siapa sangka, kendati jualan kue, hidup keluarga ini kini bisa terbilang “berada” dimulai dari kegiatan arisan tahun 2010 lalu. Dari hasil arisan, Yanti mulai menabung dan menyicil emas di PT Pegadaian Padang. Alasan menyicil emas sebab tak punya tabungan atau uang cash yang cukup. Tapi mujur berkehendak, seperti kata pepatah “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Kini ia sudah memiliki puluhan gram tabungan emas, mengetuk baitullah hingga melahirkan warisan untuk buah hati.

Seorang nasabah #mengEMASkanindonesia sedang mengecek saldo emas di aplikasi Tring di Kantor Pegadaian Tarandam Padang, Selasa (30/9). (SCIENTIA/Foto: Wahyu Saputra)

Alumni SMA PGRI Bojonegoro, Jawa Timur ini mengaku sudah mengenal Pegadaian jauh sebelum menikah 2002 silam, apalagi dirinya pernah merantau ke Jakarta. Hanya saja waktu itu cuma mampu menggadai jika tidak punya uang. Ia baru mengetahui adanya emas di perusahaan BUMN yang berdiri sejak 1901 itu pada tahun 2010.

“Sudah di Padang saya baru tahu program tabungan emas di Pegadaian. Waktu itu ikut arisan, dari hasil arisan itu beli emas, 1 gram, 2 gram semampunya, bayarnya nyicil. Harganya waktu itu sekitar Rp400 ribu per gram. Karena kita gak punya uang, bukan orang kaya makanya cuma bisanya kredit,” ujarnya.

Kendati terasa berat membayar cicilan, tapi Yanti yakin dengan keuntungan menabung emas, sehingga berani memaksakan diri untuk bisa investasi dengan cara menyisihkan hasil jualannya ke Pegadaian. Seiring berjalannya waktu, Yanti mulai merasakan manfaatnya. Terlebih emas yang dicicil ini bisa dijual untuk kebutuhan mendesak.

“Kadang memang terasa berat, tapi kita paksa-paksain nabung emas meski nyicil. Biasanya makan lauknya ayam, diganti tempe, yang penting cicilan emasnya lunas. Alhamdulillah, ketika lunas malah untung, karena harga emas gak pernah turun. Ketika butuh mendadak, jual, lalu nyicil lagi, sampai sekarang begitu,” ungkap ibu dua anak ini.

Malang tak dapat ditolak. Tahun 2017 ia kecelakaan dan harus ganti rugi sebesar Rp70 juta untuk mobil orang yang ditabrak. Dengan adanya tabungan emas hasil nyicil, semua bisa lunas dalam hitungan jam tanpa ribet. Kemudahan ini bukan karena ia punya banyak uang, tapi emas yang dimiliki gampang dijual dalam waktu cepat dengan harga stabil. “Situasinya pasti beda seandainya saya investasi rumah, tanah, atau kendaraan yang harus nunggu berbulan-bulan baru terjual,” terangnya.

Dari hasil jualan perkakas rumah tangga dan jajanan kue Dapoer Mami beromset Rp1,5 juta digelutinya setiap akhir pekan, terus ia sisihkan untuk menabung emas di Pegadaian. Berkat dukungan suami tercinta, ia sekeluarga bisa berangkat umroh dua tahun lalu. Tahun 2021, bersama suami juga nekad daftar porsi haji melalui Program Arrum Haji Pegadaian besaran cicilan Rp1,2 juta per bulan dengan tenor dua tahun.

“Lunasnya gak sampai dua tahun. Dulu harganya Rp43 juta, setelah lunas tabungan emas kita sudah dua kali lipat karena harga emas naik. Rencana biaya haji untuk satu orang, akhirnya nanti bisa berangkat bareng suami. Awalnya gak kepikiran bisa ke Makkah, Alhamdulillah, Insyaallah 2044 bisa berangkat,” tuturnya haru.

Pegawai PT Pegadaian Tarandam Padang sedang melayani nasabah #mengEMASkanindonesia pada Selasa, (30/9). (SCIENTIA/Foto: Wahyu Saputra)

Dengan banyaknya manfaat menabung emas ini, ia juga mendaftarkan anaknya sebagai generasi emas mencicil emas di Pegadaian. Sebelumnya sejak 2017 ia juga telah mengajak kerabat dan tetangganya langsung untuk mengEMASkan Indonesia ke Kantor Pegadaian Padang. Ia lakukan semua itu agar semua orang bisa merasakan kebahagiaan dan untungnya menabung emas minim risiko ini.

“Yang saya rasakan Pegadaian memang menyelesaikan masalah tanpa masalah, makanya diajak teman yang lain juga. Anak gadis saya September 2024 disuruh kredit 10 gram belum lunas sudah untung Rp6 juta. Nanti kalau semua cicilan emas lunas, juga mau daftarkan anak Program Arrum Haji, nunggu anak cowok yang kuliah di Jakarta pulang dulu,” sebut Yanti.

“Awalnya saya ada uang untuk beli satu gram emas, tapi kata Mama disuruh kredit saja di Pegadaian 10 gram. Akhirnya nyicil seharga Rp13 jutaan, tapi belum lunas sudah merasa untung karena harga emas sekarang naik,” sambung Citra lulusan Tata Boga Universitas Negeri Padang itu sambil mengaduk adonan Kue Lumpur Kentang andalannya.

Sejalan dengan itu, Junaidi terus mendukung istrinya mencicil emas di Pegadaian dengan niat awal berinvestasi. Ia sanggup berhemat dan berhenti merokok demi bisa membayar cicilan. Baginya, menabung emas ini sangat penting untuk jangka panjang karena harga emas yang stabil dan cenderung naik setiap tahunnya. Terlebih, kini Layanan Digital Pegadaian melalui aplikasi Tring, memberikan kemudahan transaksi serta pergerakan emas bisa dipantau kapanpun dan dimana pun.

Saking yakinnya, ia bahkan membeli emas gram demi gram tanpa melihat naik-turunnya harga. Asal mengantongi uang langsung ke Pegadaian, dengan harapan bisa membalikkan kehidupan yang lebih baik, terutama demi pendidikan kedua permata hatinya, Citra Wulandari (22) dan Ferdy Kurniawan (18) bisa kuliah. Ia tak mau, kedua anaknya merasakan kisah serupa dirinya hanya lulusan SMA karena faktor ekonomi.

“Dulu ada kenalan bisa beli rumah harga Rp1 miliar tanpa uang, tapi dengan emas. Akhirnya makin tertarik beli dikit-dikit, nyicil dikit-dikit. Biarlah pergi kerja bawa nasi dari rumah, kalau terpaksa beli di warung yang harganya Rp10 ribu, kita juga gak nongkrong di kafe. Saya bahkan bilang ke istri, gak usah iri melihat orang pakai perhiasan emas, asalkan kita bisa punya emas batangan di Pegadaian, meski nyicil,” selorohnya.

Langkahnya diaminkan semesta. Komitmen menabung emas selama ini tak sekadar harapan belaka. Hidup keluarganya makin membaik. Kini tak lagi mengontrak, tapi mampu membeli rumah seharga Rp300 juta di kawasan Filano Parak Karakah Kota Padang, beli rumah dan tanah di Lampung, mobil, punya karyawan 15 orang di usaha perkakas rumah tangga , hingga bisa mengantarkan kedua anaknya ke bangku perguruan tinggi.

“Alhamdulillah. Dari keluarga miskin, saya dan istri hanya tamatan SMA yang hidup merantau dari kota ke kota. Kini sudah mampu meninggalkan warisan bagi anak. Jika kami sudah tiada, kalau mereka ingin tetap di Padang sudah ada rumah, kalau ingin balik ke Lampung juga sudah ada rumah,” kata anak ketiga dari lima bersaudara itu penuh syukur.

Alumni SMAN 2 Metro Lampung itu juga mengajak generasi muda turut berinvestasi emas. Terlebih lagi, harganya cenderung naik setiap tahunnya, sehingga sangat minim risiko. “Saya ini gak punya uang cash, karena saya investasikan. Jadi saran saya, anak muda harus berani investasi emas. Kalau beli barang konsumtif harganya bisa anjlok. Uangnya simpan di rumah bisa hilang, disimpan di bank bisa habis, tapi nabung emas nilai terus bertambah,” tegasnya.

Seorang nasabah #mengEMASkanindonesia sedang transaksi di Galeri24 anak perusahaan PT Pegadaian, Rabu (15/10). (SCIENTIA/Foto: Wahyu Saputra)

Keluarga “Kue Lumpur Kentang” ini bukti nyata dampak positif Pegadaian bagi masyarakat untuk bertumbuh mengEMASkan Indonesia. Di usia 124 tahun, kini Pegadaian menjadi lembaga keuangan yang produk dan layanannya makin dipercaya karena bermanfaat serta berdaya bagi masyarakat. Terlebih usai mengantongi izin menjalankan Layanan Bank Emas (Bullion Bank) pertama di Tanah Air, sebagai langkah strategis memberikan lebih banyak opsi investasi berbasis emas bagi masyarakat.

“Ya, kadang kita gak sadar, nenek moyang kita dahulu telah mengajarkan kita transaksi dengan emas. Orang tua kita dulu rajin nyimpan emas, sebab jika ada keperluan mendesak bisa ditebus dengan emas. Mereka tidak menjualnya, tapi minjamin lalu ditebus kembali. Artinya menabung emas itu penting, tidak ada ruginya, malah untung karena harga emas selalu naik,” ucap Deputi Bisnis PT Pegadaian Area Padang, Heru Susanto di Padang pada Sabtu, (11/10).

Tak ia pungkiri, menabung emas ibarat membangkitkan kembali kearifan lokal. Betapa tidak, orang dahulu membangun rumah, punya kendaraan, menikahkan anak, bahkan membeli pesawat untuk merebut negeri ini dari penjajah hingga membangun monumen kemerdekaan juga dengan emas. Jadi tak ada salahnya, kita menatap masa depan dengan kearifan masa lalu.

“Makanya saya ingatkan, minimal 10 persen dari kekayaan kita investasinya harus ke emas, karena itu adalah sustainable-nya di situ. Emas itu tidak membuat orang jadi miskin, tapi membuat menjadi kaya. Kalau saya dari dulu seperti itu,” tegasnya Heru.* (Wahyu Saputra)

#mengEMASkanindonesia

Tags: #mengEMASkanindonesiaEmasKue Lumpur KentangLomba Jurnalistik Pegadaian 2025Menabung Emas PegadaianPegadaian mengEMASkan Indonesia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Berita Sesudah

MTY Berperan Memperkuat Nilai-Nilai Keislaman di Tengah Masyarakat

Berita Terkait

Sumbar Tawarkan Potensi Investasi kepada Delegasi Bisnis India di Medan

Sumbar Tawarkan Potensi Investasi kepada Delegasi Bisnis India di Medan

Rabu, 15/10/25 | 13:52 WIB

Hendri Agung, selaku Senior Investment Promotion Officer, hadir mewakili Kepala DPMPTSP Sumatera Barat (Foto: Ist) Medan, Scientia.id - Dinas Penanaman...

PLN

Tak Ada Lagi Diskon Listrik di 2025

Rabu, 15/10/25 | 08:08 WIB

Jakarta, Scientia.id - Pemerintah memastikan program diskon tarif listrik tidak akan kembali diberikan pada 2025. Kepastian itu disampaikan Menteri Koordinator...

Harga Cabai Merah Tembus Rp100 Ribu Per Kilo di Dharmasraya

Harga Cabai Merah Tembus Rp100 Ribu Per Kilo di Dharmasraya

Senin, 22/9/25 | 05:46 WIB

Dharmasraya, Scientia.id – Harga cabai merah di Pasar Tradisional Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya kembali melambung tinggi. Per kilogramnya kini tembus...

Harga Sejumlah Pangan di Padang Panjang Turun, Cabai Merah Justru Melonjak

Harga Sejumlah Pangan di Padang Panjang Turun, Cabai Merah Justru Melonjak

Senin, 15/9/25 | 09:01 WIB

Komoditi pasar (Foto: Ist) Padang Panjang, Scientia.id - Harga pangan di Kota Padang Panjang pada minggu kedua September 2025 menunjukkan...

Ini 10 Orang Terkaya di Indonesia, Siapa Saja?

Ini 10 Orang Terkaya di Indonesia, Siapa Saja?

Minggu, 07/9/25 | 12:01 WIB

Padang, Scientia.id - Konglomerat Prajogo Pangestu kembali menempati posisi orang terkaya di Indonesia per September 2025 versi Forbes Real Time...

Sri Zikra Ubah Kulit Hiu Jadi Kerupuk Gurih, UMKM Padang Makin Berdaya

Sri Zikra Ubah Kulit Hiu Jadi Kerupuk Gurih, UMKM Padang Makin Berdaya

Jumat, 05/9/25 | 10:17 WIB

Padang, Scientia.id - Dari dapur sederhana di Pasie Nan Tigo, Koto Tangah, Padang, lahir inovasi unik: kulit hiu disulap menjadi...

Berita Sesudah
Wakil Wali Kota (Wawako) Padang Maigus Nasir, hadiri acara Pengukuhan Pengurus Majelis Taklim Yasin (MTY) Kota Padang Periode 2025-2030, di Masjid Al Hakim Pantai Padang, Minggu (12/10).

MTY Berperan Memperkuat Nilai-Nilai Keislaman di Tengah Masyarakat

POPULER

  • Walikota Padang Fadly Amran bersama Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara saat meninjau rehabilitasi saluran drainase dipadang pasir, Rabu (8/10). (Foto: Ist)

    Walikota Apresiasi Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara Dalam Rehabilitasi Saluran Drainase di Padang Pasir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Persiapkan Tenaga Kesehatan Untuk Ke Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenlu RI Dukung Kota Padang Kerjasama Dengan Hildesheim Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyicil dari Hasil Arisan, Ketuk Pintu Baitullah hingga Lahirkan Warisan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kolaborasi Legislator PKB Hadirkan Listrik untuk 584 KK di Sijunjung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024