Kegiatan ini menampilkan permainan alat musik tradisional gandang tasa yang diikuti oleh kelompok-kelompok dari berbagai nagari se-Kabupaten Padang Pariaman. Suara tabuhan gandang yang berpadu dengan irama tasa menciptakan suasana semarak, sekaligus menegaskan bahwa tradisi lokal masih hidup di tengah masyarakat.
Firdaus menyebut, gandang tasa bukan sekadar hiburan, tetapi benteng pertahanan budaya. Melalui kesenian ini, katanya, anak-anak nagari bisa menyalurkan energi dan kreativitasnya ke arah yang positif.
“Gandang tasa adalah salah satu simbol kekuatan budaya kita. Kalau anak-anak kita cinta pada kesenian, mereka akan jauh dari hal-hal negatif. Ini bentuk pendidikan karakter berbasis budaya,” ujar Firdaus.
Politisi yang dikenal dekat dengan masyarakat akar rumput itu juga ikut turun langsung memainkan gandang bersama para peserta. Aksi spontan tersebut disambut riuh tepuk tangan warga yang hadir.
Menurut Firdaus, kegiatan seperti ini perlu digelar rutin dan diperluas ke seluruh nagari di Kabupaten Padang Pariaman. Ia berharap, setiap nagari punya ruang bagi anak muda untuk berkarya melalui tradisi lokal, baik dalam bentuk kesenian, permainan rakyat, maupun kegiatan budaya lainnya.
“Saya ingin tradisi seperti Tajau-Tajauan ini tidak berhenti di sini saja. Mari kita jadikan budaya sebagai kekuatan untuk membangun generasi yang kreatif, berkarakter, dan bangga menjadi orang Minang,” tambahnya.
Pagelaran Tajau-Tajauan Gandang Tasa tahun ini menjadi bukti bahwa semangat masyarakat untuk melestarikan kesenian tradisional masih tinggi. Selain menjadi ajang silaturahmi antar-nagari, kegiatan ini juga memperkuat identitas budaya lokal di tengah derasnya arus modernisasi.(yrp)