
Mengusahakan Akhir, Menumpuk Sakit
Oleh: Kurnia Maesaroh
Kini t’lah mencapai akhir
Dari akhir yang terus diusahakan kemarin
Diusahakan untuk terus ditunda
Menumpuk sakit, melebarkan luka
Luka yang kemarin terasa hampir pulih
Namun tak diberi kesempatan
Sebab kesempatan itu pergunakan ‘tuk terus mengusahakan
Mengusahakan menunda akhir yang menumpuk sakit
Lalu, kini sibuk mengusahakan untuk mengabaikan luka
Berharap sembuh oleh hiruk-pikuk segala harap untuk lupa
Kabar di Warung Kopi
Oleh: Kurnia Maesaroh
“Apa kabar?”
Pertanyaan gila apa itu?
Tak gila, sebab aku tak bisa mendengar kunyahmu dimeja makan
Aku tak lagi mendengar deru sepatumu ketika pergi bekerja
Dikau tak pergi bekerja, memilih menemui perempuan buta itu
Perempuan yang hanya menikmati gula dari suaramu
Yang tak melihat bangkai yang kau giring
Yang tak merasakan dekapan yang membalut pisau
Terluka, diobati-dilukai-dilukai-
Apakah ia sudah melihat bangkai yang kau giring
Di saat aku menatap mataku sendiri di warung kopi ini?
Tentu ia sudah merasakan pisau yang terbalut pelukmu
Selamat untuknya atas perihnya peluk yang membalut pisau
Gula yang menutupi bangkai yang kau giring
Tujuan Baik Milik “Lama”
Oleh: Kurnia Maesaroh
Serbuk kopi berhasil menghantam lidahnya
Ditelan mentah pahit serbuk kopi itu hingga menembus otaknya
Kala itu gula yang aku suguhkan tak mampu menembus jeruji putihnya
Terlebih pisau yang terbalut padaku
Telah tertanam seolah mengabadi tak menembus dengarnya
Ia telah menemukan bangkai yang aku giring
Sembuh dari buta yang seperti yang kau katai untuknya
Ketika engkau menatap matamu sendiri di warung kopi pekan lalu
Entah merpati mana yang mengirim kabar padanya
Kabar terkait “lama” yang mendatangi “baru”
Meski sekadar mengantar engkau
Sebab aliran darah takkan mungkin dihadang
Terima kasih untuk “sekadar” tujuan baik milik “lama”
Tak masalah dengan gula milikku yang tak mampu menembus jeruji putihnya
Sebab t’lah dipasang benteng oleh serbuk kopi
Hingga mengalahkan gula yang aku suguhkan
Akhir Tentang si Perantau
Oleh: Kurnia Maesaroh
Lagi-lagi pertanyaan itu kembali berulang
Diajukan dalih-dalih ingin tahu kabar
“Apa kabar?” Lagi dan lagi tak ada cara lain olehku
Cara berbeda tuk mengawali cengkrama kita
Yang selalu menjadi inginku, inginmu? Entahlah
Sekiranya engkau bosan dengan tanya yang terus diulang
Merasa segan untuk mengungkap bosan itu
Tak perlu sukar untuk segan itu
Kabar bahagia bagimu, Ini t’lah menjadi akhir tentangmu, si Perantau
Tak lagi mampu indra penglihatanku tuk menikmati indahmu
Terlebih merekam hitam pekatnya bola matamu
Yang sebenarnya tak pernah puas jika hanya terlihat dalam benakku
Selamat berkelana di Negri Sakura, untukmu si Perantau
Takkan ada lambaian tangan terakhir antara kita
Semua t’lah mencapai akhir tentang engkau, si Perantau
Bionarasi Penulis
Kurnia Maesaroh adalah gadis kelahiran 15 Februari 2007 di Kota Padang. Mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas ini bergiat di UKMF Labor Penulisan Kreatif. Mari teruskan mengenalnya melalui akun instagram @k.maesa







