
Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang berantonim (memiliki hubungan makna yang berlawanan). Lawan makna yang dimiliki oleh kata hidup dan mati menempatkan dua kata ini ke dalam jenis antomin mutlak. Kata-kata yang termasuk ke dalam antonim mutlak memiliki lawan makna yang sangat tegas.
Untuk lebih jelasnya, kita bisa membandingkannya dengan jenis antonim lain, seperti antonim gradual. Kata-kata yang termasuk ke dalam antonim kata-kata yang memiliki makna seperti berada dalam suatu tingkatan atau level. Contoh kata-katanya adalah panas dan dingin. Dua kata ini memiliki makna yang berlawanan. Akan tetapi, di antara kata panas dan dingin masih ada level atau tingkatan lain seperti sejuk dan hangat.
Berbeda dengan jenis antonim ini, antonim mutlak dimiliki oleh kata-kata yang berlawanan secara tegas atau tidak ada kata lain yang berada di antaranya. Di antara kata hidup dan mati, tidak ada kata yang bisa diselipkan untuk menandakan keadaan hampir mati atau hampir hidup. Makna yang ada sangat mutlak, yaitu jika bernyawa pasti hidup dan jika tidak bernyawa pasti mati. Akan tetapi, di dalam kehidupan sehari-hari, ternyata penggunaan kata hidup dan mati tidak sesederhana perannya sebagai lawan kata. Untuk itu, mari kita bahas dengan lebih mendalam.
Pertama, kita mulai dengan kata hidup. Kata hidup di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) termasuk ke dalam kelas kata verba (lebih dikenal dengan istilah kata kerja) dengan 13 makna. Kalimat-kalimat yang lazim terdengar tentang kata hidup adalah:
- Kakek dan nenek saya masih hidup.
- Atas izin Allah swt, dia selamat dari kecelakaan itu dan masih hidup sampai saat ini.
- Saat nenek saya masih hidup, beliau sering datang ke tempat ini.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kata hidup berkaitan dengan sesuatu yang bernyawa. Dengan demikian, kata hidup sangat bisa dilekatkan kepada makhluk hidup. Akan tetapi, di dalam kehidupan sehari-hari, kata hidup juga digunakan untuk benda mati. Namun demikian, makna kata hidup yang ada di dalam benda mati hampir menyerupai makna kata hidup yang ada untuk makhluk hidup. Kata hidup yang ada di dalam benda mati menunjukkan bahwa benda itu bisa digunakan karena ada daya atau energi yang menopangnya. Berikut ini adalah contoh-contoh kalimat yang sering kita dengar:
- Televisi itu terus hidup saat dia sudah tertidur.
- Setelah diperbaiki, radio ini bisa hidup kembali.
- Lampunya sudah hidup sebelum kami masuk.
Kata hidup yang terdapat di dalam tiga kalimat ini bisa digantikan dengan kata menyala.. Selain untuk makhluk hidup dan benda mati, kata hidup juga bisa digunakan untuk suatu bidang atau istilah yang wujud bendanya tidak ada secara konkret. Kita bisa melihat contohnya di dalam kalimat-kalimat berikut:
- Setelah pemerintah membangun kampus di daerah itu, perekonomian warga setempat pun menjadi hidup.
- Warna merah di dalam lukisan ini membuat makna perjuangannya menjadi lebih hidup.
- Tradisi tersebut terus hidup di tengah masyarakat setempat.
Persoalan kata hidup nyatanya masih memiliki konteks yang lebih luas. Kata hidup yang disematkan kepada makhluk hidup (khususnya manusia) juga bisa bermakna keadaan hidup seseorang atau keadaan ia menjalani hidupnya, bukan semata konteks masih bernyawa atau tidak. Kita bisa melihatnya dalam contoh-contoh berikut:
- Dia selalu hidup bahagia saat ayahnya masih bersamanya.
- Hidupnya tidak bahagia lagi saat ayahnya pergi meninggalkan dia dan ibunya.
- Dulu, keluarga itu hidup sangat mewah. Sekarang, mereka hidup serba kekurangan.
Kata hidup di dalam tiga kalimat ini tidak lagi mengusung konteks “bernyawa” (tidak meninggal), tetapi “bagaimana hidup tersebut dijalani”. Artinya, kata hidup dalam konteks ini memiliki cakupan yang lebih luas lagi. Kemudian, dari konteks ini, kita beralih ke konteks kata hidup selanjutnya dengan melihat contoh-contoh kalimat ini:
- Dia hidup sendiri di kota ini.
- Hidup di kota ini tidak sesulit yang dibayangkannya.
- Ketika membaca novel sejarah itu, saya tidak bisa membayangkan apakah saya bisa hidup pada masa-masa penjajahan.
- Jangan hidup di masa lalu. Lihatlah ke depan!
Kata hidup di dalam empat kalimat ini sepintas mirip dengan makna kata tinggal. Akan tetapi, makna kata hidup juga mencakup “beraktivitas”. Kita bisa membedakan kalimat “Dia hidup sendiri di kota ini” dengan “Dia tinggal sendiri di kota ini”. Kalimat pertama yang menggunakan kata hidup mengusung konteks keadaan diri yang benar-benar seorang diri, tidak hanya persoalan menempati tempat tinggal. Frasa hidup sendiri lebih bermakna melakukan semuanya sendiri dan benar-benar tidak ada orang terdekat di dalam kehidupannya. Akan tetapi, frasa tinggal sendiri hanya persoalan tempat tinggal, bahwa di rumah itu hanya ada dia. Namun demikian, di luar rumah, dia memiliki kekasih, sahabat-sahabat, dan orang lain yang tidak membuatnya merasa seorang diri. Jika kita sudah bisa memahami konteks ini, kita juga bisa membawa konteks serupa untuk kalimat nomor 2, 3, dan 4.
Kemudian, timbul pertanyaan, lalu apa yang membedakan kata hidup dengan kehidupan? Secara kelas kata, dua kata ini jelas berbeda. Kata hidup termasuk verba, sedangkan kata kehidupan termasuk nomina (kata benda). Dengan demikian, penggunaannya pun akan berbeda. Kata hidup masih membawa makna “aktivitas”, sedangkan kata kehidupan benar-benar nomina yang bermakna “keadaan”. Ketika kata kehidupan memberi makna “keadaan”, penggunaannya bisa dalam bentuk jeneral (umum). Oleh sebab itu, kata kehidupan jarang digunakan dalam konteks personal. Berikut ini adalah contoh penggunaannya:
- Lukisan itu memberi kesan indahnya kehidupan di desa.
- Kehidupan remaja zaman ini sangat berbedan dengan zaman-zaman sebelumnya.
- Air merupakan salah satu zat yang sangat penting di dalam kehidupan.
Kata kehidupan di dalam tiga kalimat ini tidak bisa digantikan dengan kata hidup karena cakupannya berbeda. Selain berbagai makna kata hidup yang telah diuraikan tersebut, ada makna lain yang sering digunakan dalam seruan saat memberi dukungan atau saat demonstrasi, seperti:
- Hidup partai A!!! Hidup!!!
- Hidup persatuan ABC!!! Hidup!!!
- Hidup tim 123!!! Hidup!!!
Kata hidup di dalam tiga seruan tersebut secara tidak langsung masih tetap mengusung makna kata hidup secara harfiah, yaitu adanya semangat agar sesuatu yang diserukan itu tetap ada, tetap beraktivitas, tetap berjaya, dan sebagainya. Setelah memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kata hidup, marilah kita melihat lawan katanya, yaitu kata mati. Kata mati di dalam KBBI juga tergolong ke dalam kelas kata verba dengan 12 makna. Sama halnya dengan kata hidup, kata mati juga bisa dilekatkan kepada makhluk hidup, benda mati, atau suatu hal yang wujudnya tidak konkret. Berikut ini adalah contoh-contoh kalimatnya:
- Kucing itu mati setelah ditabrak seseorang pengendara sepeda motor.
- Ketika kami masuk ke dalam kelas, komputer itu sudah mati.
- Lampu di kamar ini mati sejak kemarin malam.
- Perawatan itu bisa mengakat semua sel kulit mati.
- Sulitnya akses menuju daerah A, membuat pariwisata di tempat itu menjadi mati.
Kata mati juga bisa berubah menjadi nomina ketika ditambah imbuhan ke-an, yaitu kematian. Kata kematian bermakna suatu hal yang berkaitan dengan mati. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya:
- Sejak kematian adiknya, dia terus mengurung diri di dalam kamar.
- Kasus kematian penyanyi itu seolah disembunyikan oleh keluarganya.
- Rakyat sangat berduka atas kematian
Kata hidup dan mati memang tergolong ke dalam kelas kata verba. Akan tetapi, penggunaannya cenderung dalam bentuk deskripsi bukan verba yang menyatakan tindakan aktif. Oleh sebab itu, kata hidup dan mati tidak memerlukan objek di dalam kalimat yang menggunakannya. Namun demikian, dua kata ini bisa menjadi verba dengan tindakan yang aktif ketika ditambah dengan imbuhan me-kan, menjadi menghidupkan (meng- + hidup + -kan) dan mematikan (me- + mati + -kan). Dua kata ini secara otomatis memerlukan objek sebagai sesuatu yang dikenai tindakan. Berikut ini adalah contoh-contoh kalimatnya:
- Dia selalu menghidupkan semua lampu saat masuk ke dalam rumah.
- Dia selalu mematikan semua lampu saat akan keluar rumah.
- Saya tidak tahu bagaimana cara menghidupkan komputer ini.
- Semua pengguna ruangan ini harus mematikan komputer sebelum meninggalkan ruangan.
- Saya akan menghidupkan semangat itu kembali di dalam dirinya.
- Ketika kamu mematikan rezeki orang lain, hidupmu tidak akan pernah tenang.
Di dalam enam kalimat ini, kata menghidupkan dan mematikan masih menjadi lawan kata. Akan tetapi, hal ini menjadi berbeda ketika ada penambahan imbuhan me-i. Imbuhan me-i (alomorf meng-i) hanya bisa diberikan kepada kata hidup (menghidupi), tetapi tidak bisa diberikan kepada kata mati (tidak ada kata mematii). Hal ini berkaitan dengan luasnya makna kata hidup seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Salah satu makna kata hidup berkaitan dengan “cara seseorang hidup atau menjalani kehidupan”. Dengan demikian, kata menghidupi hanya sesuai digunakan untuk makhluk hidup, bukan benda mati. Berikut ini adalah contoh-contoh kalimatnya:
- Sejak remaja, dia sudah menghidupi adik-adiknya.
- Dia selalu bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.
- Uangnya selalu habis karena menghidupi pacarnya.
Kata menghidupi di dalam tiga kalimat ini memberi makna bagaimana seseorang berusaha untuk membuat orang lain bisa hidup, tumbuh, atau menjalani hidup. Oleh sebab itu, tidak ada kata mematii karena tidak ada konteks untuk situasi mati yang akan terus berkembang. Kata menghidupi sangat berbeda dengan kata menghidupkan. Kata menghidupi tidak berangkat dari suatu yang mati menjadi hidup, tetapi mempertahankan suatu yang sudah hidup. Berbeda dengan itu, kata menghidupkan berangkat dari suatu yang mati menjadi hidup. Oleh sebab itu, kata menghidupkan sangat sesuai dilekatkan kepada benda mati, bukan manusia. Hal ini disebabkan manusia tidak memiliki kuasa untuk membuat manusia lain menjadi hidup. Demikianlah berbagai hal yang berkaitan dengan kata hidup dan mati. Semoga bermanfaat.