Minggu, 13/7/25 | 02:08 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Memahami Relasi Bahasa dan Ideologi dalam Wacana

Minggu, 29/9/24 | 22:19 WIB

Oleh: Elly Delfia
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia dan Program Studi S2 Linguistik Universitas Andalas)

 

Bahasa merupakan bagian yang merefleksikan konteks atau realitas sosial yang mengandung ideologi. Saat digunakan, sebuah bahasa tidak hadir sebagai sesuatu yang kosong belaka. Ia membawa pesan yang terdapat dalam kode-kode linguistik. Fowler (1986) menyatakan bahwa bahasa terdiri atas kode-kode linguistik yang tidak hanya merefleksikan realitas sosial budaya secara netral, tetapi juga menginterpretasikan, mengorganisasikan, dan mengklasifikasikan setiap subjek dalam wacana. Lebih lanjut, Fowler menyebutnya dengan relasi bahasa dan ideologi. Ideologi disebut sebagai kode linguistik yang menjelaskan teori bagaimana dunia diatur atau dibentuk atau cara pandang terhadap dunia. Ideologi juga didefinisikan sebagai manifestasi wawasan dunia secara menyeluruh yang membentuk kristal dalam konvensi kebahasaan dan diterima oleh masyarakat (Hodge dan Kress, 1993).

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Ideologi merupakan sistem nilai yang dikelola dan dikembangkan oleh seseorang atau kelompok yang di dalamnya memuat seperangkat gagasan, makna, keinginan, dan perjuangan psikologis sesuai dengan ilmu, pengalaman, dan perkembangan zaman (Mulyana, 2020). Ideologi juga disebut sebagai konsep, kategori, citra pemikiran, dan sistem representasi yang disebarkan oleh kelas dan kelompok sosial yang berbeda untuk memahami, mencari tahu, dan membuat cara kerja suatu masyarakat dapat dipahami (Hall, 1996; Van dijk, 2000). Badara (2012) mendefinisikan ideologi ke dalam dua sisi yang bertolak belakang, yaitu positif dan negatif. Dari sisi positif, ideologi dipersepsikan sebagai pandangan dunia (worldview) yang merepsentasikan nilai-nilai dari kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingannya, sedangkan dari sisi negatif ideologi dipandang sebagai kesadaran palsu untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan fakta atau pemahaman orang-orang mengenai realitas sosial.

Dalam artikel ini, kita akan membicarakan ideologi dari sisi positif sebagai representasi dari sistem nilai yang dibentuk dan digunakan oleh penutur suatu bahasa. Setiap wacana terikat dengan sistem nilai yang dikembangkan oleh pembuat atau penciptanya. Dengan demikian, relasi bahasa dan ideologi merupakan representasi dari realitas sosial kehidupan penutur yang digunakan untuk memengaruhi dalam mencapai tujuan tertentu. Realitas sosial mengacu pada lingkungan tempat masyarakat penutur bahasa hidup, tumbuh, dan berkembang.

Dari perspektif ideologi, setiap bahasa atau kosakata yang digunakan oleh masyarakat atau individu bukanlah sesuatu yang kosong belaka, melainkan sekumpulan ide yang mengandung gagasan dan sistem nilai untuk mencapai tujuan tertentu.

Ideologi tercermin dalam variasi penggunaan bahasa, mulai dari penggunaan bahasa formal, bahasa informal (seperti slank dan jargon), bahasa daerah, bahasa Indonesia, maupun penggunaan bahasa asing. Penggunaan bahasa daerah yang mengandung ideologi, di antaranya terdapat pada falsafah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat berpedoman pada agama dan agama berpedoman pada kitab Al Quran). Falsafah tersebut merepresentasikan gagasan, sistem nilai, dan cara pandang masyarakat Minangkabau terhadap dunia yang berpedoman pada agama Islam. Dengan bahasa lain, falsafah tersebut adalah pedoman dan penuntun perilaku serta mengatur seluruh napas kehidupan orang Minangkabau.

Falsafah di atas juga mencerminkan identitas kedaerahan dan nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat Minangkabau, seperti kepercayaan kepada Tuhan, ketaatan dalam beribadah, hidup dalam adat-istiadat, tata krama, gotong-royong, saling membantu, dan menghormati perbedaan. Nilai-nilai yang berlandaskan ke-Islaman tersebut mengakar kuat dan menjadi karakteristik diri individu dalam masyarakat Minangkabau. Islam menjadi sistem nilai/ideologi yang dipahami bersama oleh masyarakat Minangkabau, baik oleh masyarakat Minangkabau yang ada di Sumatera Barat dan masyarakat Minangkabau yang menjadi diaspora (perantau) yang tersebar di berbagai pelosok dunia.

Kemudian, bahasa daerah lain yang digunakan sebagai  representasi ideologi dapat dilihat dari semboyan pendidikan yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Semboyan yang berasal dari bahasa daerah Jawa tersebut berbunyi: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan itu mempunyai arti bahwa: ‘di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan’. Semboyan tersebut mengandung penjelasan tentang cara pandang orang Indonesia terhadap dunia pendidikan. Seorang pendidik dianjurkan untuk lebih banyak memberikan contoh, memberikan semangat, dan dorongan bagi murid-muridnya untuk maju dan meraih kesukses dalam pendidikan.

Selain bahasa daerah, bahasa Sansekerta juga mengandung ideologi seperti yang terdapat dalam semboyan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Semboyan tersebut berbunyi: Bhinneka Tunggal Ika yang berarti ‘walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu.” Ideologi ini berhasil menyatukan perbedaan dan keberagaman (diversity) pada suku-suku yang ada di Indonesia. Pancasila kemudian menjadi ideologi negara Indonesia yang dapat menciptakan ketenteraman dan kedamaian dalam masyarakat Indonesia.

Dalam konsep yang lebih sederhana, ideologi tidak hanya ada dalam falsafah dan semboyan bahasa daerah dan bahasa Sansekerta, tetapi juga dalam istilah-istilah sederhana bahasa Indonesia maupun dalam bahasa asing.  Ungkapan sederhana yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga mengandung ideologi, seperti dalam diksi yang populer di media sosial. Kata “menyala” misalnya, sering digunakan dalam kolom komentar di media sosial merepresentasikan sistem nilai atau cara pandang warganet terhadap sesuatu yang dianggap luar biasa. Kata tersebut digunakan untuk mengekspresikan pujian dan kekaguman terhadap sebuah kondisi yang luar biasa. Jadi, relasi bahasa dan ideologi dalam wacana mengacu pada cara pandang terhadap dunia atau sistem nilai yang terdapat dalam setiap rangkaian kata, frasa, klausa, dan kalimat sebagai pembangun wacana. Semoga ulasan singkat ini bermanfaat dalam melengkapi pembicaraan seputar bahasa dan ideologi dalam wacana.

Tags: #Elly Delfia#wacana
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Pemprov Sumbar Sebut Kasus Tambang Emas Ilegal di Solok Wewenang Pusat

Berita Sesudah

Gadget dan Kesehatan Masa Depan

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Berita Sesudah
Gadget dan Kesehatan Masa Depan

Gadget dan Kesehatan Masa Depan

POPULER

  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Angka Penyalahgunaan Narkoba di Sumbar Sempat Tempati Posisi Tertinggi, Kapolda : Kita Bakal All Out

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024