Minggu, 24/8/25 | 23:41 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Mengenal Tanda Petik Tunggal

Minggu, 04/8/24 | 14:20 WIB

Oleh: Ria Febrina 
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora Universitas Gadjah Mada)

Ada salah satu kebiasaan masyarakat Indonesia yang menarik untuk diperhatikan ketika berbicara. Menggerakkan kedua jari tangan (jari telunjuk dan jari tengah) sembari berkata “Dalam tanda petik ya!”. Salah satu contoh kalimat dapat dilihat sebagai berikut.

(1) “Dia kasih amplop loh biar bisa lulus. Dalam tanda petik ya!”

BACAJUGA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Praktik Menyunting

Minggu, 17/8/25 | 14:06 WIB
Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tradisi Menyalin dan Menulis dari “Naskah” atau “Manuskrip”

Minggu, 03/8/25 | 15:42 WIB

Bentuk dalam tanda petik pada kalimat (1) tersebut merujuk kepada amplop. Amplop yang dimaksud bukanlah sampul surat, melainkan kiasan untuk uang sogok. Dengan demikian, kalimat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang dibicarakan memberikan “uang sogok” kepada pihak penyelenggara agar lulus dalam sebuah tes.

Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD), dijelaskan bahwa tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contohnya dapat dilihat sebagai berikut.

(2) “Peladen” komputer ini sudah tidak berfungsi.
(3) Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!

Dalam fenomena ini, tanda petik dua sangat tepat dipakai karena digunakan untuk memberikan arti khusus pada sebuah kata. Namun, sangat keliru jika tanda petik juga digunakan untuk mengapit makna, padanan, atau penjelasan kata atau ungkapan karena tanda yang tepat bukanlah tanda petik dua, melainkan tanda petik tunggal. Penulisan tanda petik yang tidak tepat dapat dilihat dalam salah satu skripsi jurusan manajemen berikut.

(4) Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan” atau daya penggerak.

Kata movere merupakan kosakata dari bahasa asing, yaitu bahasa Latin. Dalam hal ini, tidak tepat digunakan tanda petik dua, serta juga tidak tepat digunakan huruf biasa untuk menyebutkan sumber bahasa asing yang dipakai. Dalam EYD, kosakata bahasa asing yang digunakan dalam teks bahasa Indonesia harus menggunakan huruf miring, lalu nama bahasa asing harus menggunakan huruf kapital pada awal nama. Selain itu, kata dorongan merupakan arti atau makna kata dari movere. Dalam EYD, tanda baca yang tepat untuk mengapit makna adalah tanda petik tunggal. Dengan demikian, kalimat (4) tersebut jika diperbaiki berdasarkan kaidah bahasa Indonesia menjadi bentuk berikut.

(4) Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere, yang berarti ‘dorongan’ atau ‘daya penggerak’.

Dalam bahasa Indonesia, tanda petik terdiri atas dua jenis, yakni tanda petik (“…”) dan tanda petik tunggal (‘…’). Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna, padanan, atau penjelasan kata atau ungkapan. Contoh penggunaan tanda petik tunggal dapat dilihat sebagai berikut.

tergugat                     ‘yang digugat’
retina                          ‘dinding mata sebelah dalam’
noken                         ‘tas khas Papua’
tadulako                    ‘panglima’
marsiadap ari            ‘saling membantu’
tuah sakato                ‘sepakat untuk manfaat bersama’
self quarantine          ‘karantina mandiri’
lockdown                  ‘karantina wilayah’
marhūn bih               ‘utang’ atau ‘pinjaman’

Dalam karya ilmiah, penggunaan tanda petik tunggal memang cenderung berkaitan khusus dengan makna sebuah kata atau padanan istilah asing. Beberapa contoh penggunaan tanda petik tunggal dapat dilihat sebagai berikut.

(5) Leksikografi berasal dari Yunani Kuno, yaitu léxis ‘kata’ dan gráphein ‘menulis’.
(6) Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang artinya ‘keluarga, rumah tangga’ dan
nomos yang artinya ‘peraturan, aturan, hukum’.

Contoh kalimat (6) akan tampak berbeda dengan kalimat yang tercantum dalam Wikipedia berikut.

(7) Istilah “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang artinya “keluarga, rumah tangga” dan νόμος (nomos) yang artinya “peraturan, aturan, hukum”.

Kosakata “ekonomi” tidak cocok menggunakan tanda petik dua karena (1) tidak berfungsi untuk menjelaskan arti khusus dan (2) kata ekonomi juga bukan istilah ilmiah yang kurang dikenal.  Jika seorang penulis ingin menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata dalam kalimat, dapat menggunakan huruf miring. Contoh penggunaan huruf miring dapat dilihat sebagai berikut.

(8) Huruf terakhir kata abad adalah d.
(9) Imbuhan ber- pada kata berjasa bermakna ‘memiliki’.

Dengan memperhatikan kaidah bahasa Indonesia, kalimat (7) dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut.

(7) Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος “oikos” yang artinya ‘keluarga, rumah tangga’ dan νόμος “nomos” yang artinya ‘peraturan, aturan, hukum’.

Huruf miring pada kata ekonomi ditujukan untuk mengkhususkan, sedangkan huruf miring pada οἶκος dan νόμος menjelaskan bahwa kosakata tersebut merupakan kosakata yang berasal dari bahasa Yunani. Untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal berupa oikos dan nomos, kita dapat menggunakan tanda petik dua pada kedua kosakata tersebut. Sementara itu, makna kata oikos dan nomos harus menggunakan tanda petik tunggal. Dengan demikian, tampak bahwa tanda baca dan penggunaan huruf dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi tertentu yang tidak dapat digunakan secara asal-asalan.

Dalam karya ilmiah, seperti skripsi, kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf miring memang sangat banyak. Mahasiswa yang sedang menulis hasil penelitian tampak tidak peduli pada penggunaan kaidah bahasa Indonesia, padahal mereka sudah mendapatkan materi mengenai kaidah bahasa Indonesia dalam Mata Kuliah Wajib (MKW) universitas. Di antara penggunaan tanda baca dan penggunaan huruf yang salah dapat dilihat pada skripsi jurusan manajemen dan jurusan biologi berikut.

(8) Untuk mengukur kesatuan jumlah cahaya disebut “Foot Candle”.
(9) Democratic Leadership, adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada “ kemampuan untuk menciptakan MORAL “dan“ kemampuan untuk menciptakan KEPERCAYAAN “.

Pada kalimat (8), tampak bahwa terdapat istilah asing yang menggunakan bahasa Inggris, yakni food candle. Dalam EYD, sudah dijelaskan bahwa kata, frasa, atau istilah yang menggunakan bahasa asing wajib ditulis menggunakan huruf miring. Dengan demikian, penggunaan tanda petik dua pada kalimat (8) termasuk penggunaan tanda baca yang salah. Di samping itu, kata hubung untuk juga menjadikan kalimat tersebut menjadi kalimat tidak efektif karena tidak ditemukan SP (subjek predikat) dalam kalimat tersebut. Perbaikan terhadap kalimat (8) dapat dilihat sebagai berikut.

(8) Untuk mengukur kesatuan jumlah cahaya, digunakan foot candle.

Pada kalimat (9), justru tidak perlu menggunakan tanda petik dua. Jika dibaca dengan cermat, penulis sepertinya ingin memberikan penekanan pada kata moral dan kepercayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan huruf kapital pada kedua kata. Karena bertujuan untuk menegaskan kata, penggunaan huruf kapital dan juga tanda petik dua pada kalimat tersebut jelas-jelas salah. Selain itu, istilah democratic leadership yang merupakan istilah dari bahasa Inggris seharusnya menggunakan huruf miring. Perbaikan penulisan yang benar pada kalimat (9) dapat dilihat sebagai berikut.

(9a) Democratic leadership adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan pada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan.

Dari beberapa contoh kalimat yang diambil dari berbagai skripsi mahasiswa Indonesia dari berbagai jurusan tersebut, tampak bahwa mahasiswa perlu meningkatkan ketelitian dalam menulis karya ilmiah bahasa Indonesia. Mahasiswa sudah seharusnya mempedomani ejaan bahasa Indonesia terbaru yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan melalui surat keputusan Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang “Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan”. Seseorang dapat memandu dirinya sendiri dalam menulis karya ilmiah dengan memperhatikan setiap kaidah yang terdapat di dalamnya, seperti kaidah penggunaan huruf, penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penulisan unsur serapan.

Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Introspeksi Diri: Dari Nasi Ke Hati

Berita Sesudah

Reboisasi Puncak Gunung Medan: Upaya Lestarikan Paru-paru Dharmasraya

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Praktik Menyunting

Minggu, 17/8/25 | 14:06 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB Universitas Andalas) Menyunting naskah kadang tampak sederhana. Tinggal memperhatikan tanda baca,...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Macam Jenis Tempat Makan dan Minum

Minggu, 10/8/25 | 12:42 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Akhir-akhir ini, kehadiran kafe menjamur di...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tradisi Menyalin dan Menulis dari “Naskah” atau “Manuskrip”

Minggu, 03/8/25 | 15:42 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Doktor Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Ada kalanya disebut naskah, ada kalanya disebut...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Klinik Bahasa edisi ini akan membahas konsep...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

Minggu, 20/7/25 | 11:05 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata ulang sangat sering digunakan di...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Berita Sesudah
Reboisasi Puncak Gunung Medan: Upaya Lestarikan Paru-paru Dharmasraya

Reboisasi Puncak Gunung Medan: Upaya Lestarikan Paru-paru Dharmasraya

Discussion about this post

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • IPNU-IPPNU Pesisir Selatan Cetak Pemimpin Baru, Teguhkan Semangat Kaderisasi Pelajar NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024