Jumat, 18/7/25 | 03:30 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Mengenal Konsep Metafungsi dalam Wacana

Minggu, 28/7/24 | 12:44 WIB

Oleh: Elly Delfia
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

 

Pembicaraan seputar fungsi wacana atau teks yang oleh Halliday (1978) dianggap sama, cukup kompleks. Sebagai pionir linguistik sistemik fungsional, ia memperkenalkan fungsi wacana dengan istilah metafungsi. Metafungsi merupakan konsep untuk mengungkapkan makna yang ada pada sebuah wacana secara utuh. Metafungsi terdiri atas tiga fungsi, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual (Halliday dan Matthiessen, 2004). Masing-masing fungsi dapat menguak secara menyeluruh kegunaan atau keberadaan wacana dalam kehidupan sosial atau dalam lingkungan masyakat  dengan tertentu. Untuk memahami lebih lanjut fungsi masing-masing wacana, mari kita lihat uraian di bawah ini.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

A. Fungsi Ideasional

Fungsi ini berkaitan dengan realitas fisik, biologis, dan interpretasi serta representasi pengalaman pembuat wacana. Fungsi ideasional berperan untuk pengungkapan isi dan pengalaman tentang dunia nyata, termasuk dunia dalam alam kesadaran penutur/pencipta/pembuat wacana. Halliday menyatakan bahwa fungsi ideasional tampak pada struktur yang melibatkan peran proses, partisipan, dan sirkumtansi; aktif, posesif, statif; aktor; sasaran, pemanfaat; kala, loka, dan cara (Sudaryanto, 1990).

Pertama, peran proses terlihat dalam penciptaan sebuah teks/wacana mulai dari tahapan ide sampai membentuk wacana yang bisa dilihat wujud teks/produknya/hasilnya. Pengalaman penutur dapat dilihat melalui enam proses sebagai penentu jenis pengalaman. Enam jenis pengalaman tersebut terbagi atas dua, yakni tiga pengalaman utama (primary process) dan tiga pengalaman pelengkap (secondary process) (Gumono, 2015). Tiga pengalaman utama ini, yaitu proses material, mental, dan relasional dan tiga pengalaman pelengkap, yaitu verbal, behavioral, dan eksistential. Proses material, mental dan relasional diwujudkan dalam bentuk ide/gagasan dalam penciptaan teks.  Ide  dituangkan dalam rancangan wacana/teks.  Lalu ide-ide tersebut dibahas dan dikonsultasi dengan para pengambil kebijakan dan pengguna tentang kelayakannya. Proses penciptaan ide/gagasan tersebut dopengaruhi oleh konteks situasi dalam kehidupan sosial.

Kedua, sirkumstansi adalah lingkungan, sifat, atau lokasi berlangsungnya sebuah proses (Gumono, 2015). Dalam tata bahasa tradisional, sirkumstansi setara dengan keterangan yang meliputi keterangan berikut: 1. rentang (extent) yang dapat berupa jarak, 2. lokasi (location) yang dapat mencakupi tempat atau waktu, 3. cara (manner), 4. sebab (cause), lingkungan (contingency), penyerta (accompaniment), peran (role), masalah (matter), dan sudut pandangan (angle).

Ketiga, partisipan merupakan orang-orang atau pihak yang terlibat dan disebutkan dalam proses penciptaan/pembuatan sebuah wacana, bisa perorangan atau individu dan juga bisa kolektif yang mewakili institusi atau budaya tertentu. Partisipan terbagi atas dua jenis, yaitu partisipan yang melakukan proses dan partisipan yang kepadanya proses diarahkan atau ditujukan (Gumono, 2015). Dalam sebuah wacana peraturan perundang-undangan, pihak yang melakukan proses adalah para pembuat peraturan, sedangkan pihak yang kepadanya diarahkan proses adalah masyarakat yang disebut dan diatur dalam peraturan perundang-undangan.

B. Fungsi Interpersonal

Fungsi interpersonal berkaitan dengan fungsi yang bertujuan untuk mengungkapkan realitas sosial serta berkaitan dengan interaksi antara penutur/penulis dan pendengar/pembaca (Wiratno, 2018). Fungsi interpersonal terdapat pada struktur yang melibatkan aneka modalitas dan sistem yang dibangun (Sudaryanto, 1990). Fungsi interpersonal ditentukan oleh dua hal, yaitu mood dan modalitas.

Pertama, mood berkaitan dengan sistem klausa yang memiliki fungsi tutur, seperti perintah, tawaran, pertanyaan, dan pernyataan. Fungsi interpersonal dalam wacana Perda Provinsi Sumatera Barat yang berkaitan dengan mood, yaitu berupa perintah dan pernyataan. Bentuk kalimat perintah dan pernyataan dalam wacana.

Kedua, modalitas menyatakan perspektif penutur akan proposisi atau proposal. Modalitas terbagi atas dua, yaitu modalisasi (berkenaan dengan kemungkinan dan keseringan) dan modulasi (berkenaan dengan kewajiban, keharusan, dan kehendak) dengan nilai derajat tinggi, sedang, dan rendah (Halliday dan Matthiessen, 2004). Modalisasi berturut-turut direalisasikan dengan adverbia pasti, mungkin, dan bisa jadi. Modalitas memiliki bentuk kongruen adverbia modalitas atau verba pewatas proses namun memiliki variasi realisasi metaforis yang beragam (Ayomi, 2021). Modalitas diungkapkan dalam klausa mental sehingga seakan-akan membentuk tambahan sebuah proposisi atau pengalaman mental yang baru. Dalam pernyataan “Saya menduga”, informasi sebenarnya yang dipertanyakan adalah buruh akan berdemo kembali. Klausa “Saya menduga” tidak merepresentasikan pembicara dalam sebuah proses berbahasa namun perspektif penutur pada proposisi.

Halliday dan Matthiessen (2004) juga menjelaskan bahwa modalitas terdiri atas dua tipe, yaitu modalisasi (modalization) dan modulasi (modulation). Modalisasi berkaitan dengan penggunaan kata-kata yang mengandung makna indikatif atau kemungkinan (probabilty), seperti kata mungkin, tentu, barangkali, boleh jadi, kadang-kadang, dan biasanya. Modulasi berkaitan dengan penggunaan kata-kata yang menunjukkan makna keharusan/obligasi (obligation) dan inklisi/keinginan (inclination). Modulasi ditandai dengan penggunaan kata-kata perlu, diperlukan, butuh, dapat, bisa, dibutuhkan, harus, mengharuskan, hendak, mengendaki, dihendaki, dan memerintahkan. Ciri-ciri obligasi dan inklinasi dalam wacana tergantung pada karakteristik jenis wacana.

C. Fungsi Tekstual

Fungsi tekstual merupakan fungsi yang bertujuan untuk mengungkapkan realitas semiotik atau simbol dan berkenaan dengan cara penciptaan teks dalam konteks (Wiratno, 2018). Fungsi tekstual merupakan sistem wacana yang membentuk teks sebagai realitas sosial yang tergantung konteks karena teks mengandung hal-hal berikut: (1) unsur-unsur yang ada dalam teks (hubungan leksikal), mengorganisasikan teks secara keseluruhan, (2) referensi di dalam teks, ini dan itu yang mengacu kepada fakta, bukan partisipan, (3) konjungsi internal (seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, dan selanjutnya, dan (4) mengorganisasikan gagasan dalam teks, bukan pada urutan aktivitas yang ada di dalamnya.

Fungsi tekstual dapat dilihat melalui penggunaan unsur-unsur yang ada di dalam wacana. Unsur-unsur tersebut, seperti struktur organisasi wacana, tujuh standar penentu ketekstualitasan wacana, dan tema/topik yang ada dalam wacana. Relasi leksikal dan gramatikal dapat dilihat melalui kohesi leksikal (repetisi atau pengulangan, sinonim/antonim, meronim, hiponim, dan kolokasi) dan  kohesi gramatikal (referensi, substitusi, dan penggunaan konjungsi internal dan eksternal) yang terdapat dalam sebuah wacana.  Semua unsur tersebut digunakan dalam mengorganisasikan ide/gagasan dalam sebuah wacana.

Metafungsi dapat membuka dan menjelaskan fungsi wacana secara menyeluruh dan detail dan mendalam. Dengan metafungsi kita dapat mengenali filosofi keberadaan wacana atau teks dan fungsinya dalam masyarakat.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Luka Hati

Berita Sesudah

Sedikit Demi Sedikit, Lama-lama Jadi Rumit

Berita Terkait

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Berita Sesudah
Satu Tikungan Lagi

Sedikit Demi Sedikit, Lama-lama Jadi Rumit

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemendekan Kata dalam Bahasa Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Pulau Punjung Resah Akibat Serangan Anjing Liar, Ternak Jadi Korban dan Keselamatan Anak Terancam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tenaga Honorer R4 Padang Pariaman Datangi DPRD, Minta Kepastian Nasib

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Operasi Patuh Singgalang 2025 Hari Keempat, Pengendara Ditangkap Bawa Ekstasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Dharmasraya Tegaskan Komitmen Tindak Tegas Maraknya Kriminalitas dan Aktivitas Ilegal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024