Scientia.id — Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah, mengapresiasi peran serta seluruh pihak yang terus berupaya dalam pengendalian inflasi di Sumbar. Namun demikian, ia berharap koordinasi seluruh pihak dapat semakin ditingkatkan, terlebih cuaca ekstrem diprediksi masih akan terjadi, dan bisa berdampak pada perlambatan pendistribusian bahan kebutuhan pangan dan kejadian gagal panen.
“Pemprov Sumbar terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah pusat untuk memastikan inflasi 2024 dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen. Saat ini, masih cukup tinggi di kisaran 3,9 persen (yoy), yang dipengaruhi oleh banyaknya bencana alam di Sumbar karena cuaca ekstrem,” ujarnya dalam agenda Silaturrahim Idulfithri 1445 H, Rabu (17/4/2024) di Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumbar.
Mahyeldi menyebutkan, dua komoditas pokok langganan penyumbang inflasi di Sumbar ialah beras dan cabai merah. Sejauh ini, Mahyeldi juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah membantu penanggulangannya melalui operasi pasar dan bazar murah.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Forkopimda, Bupati/Wali Kota, UPT dan Balai-Balai serta Kementerian yang telah bekerja sama, bahu-membahu dalam upaya menjaga kestabilan, kententraman, kenyamanan serta menjaga kestabilan, ketersediaan pangan serta pengendalian harga pangan di Sumbar,” ujarnya lagi.
Namun demikian, sambungnya, hal yang tetap perlu diwaspadai ialah potensi cuaca ekstrem di Sumbar, yang sering menyebabkan kejadian bencana seperti longsor dan banjir. Kejadian-kejadian itu kemudian kerap menyebabkan gagal panen, kerusakan jalan, dan turut menghambat arus distribusi bahan pangan.
“Oleh karana itu, kita berharap semua pihak bisa saling meningkatkan koordinasi dalam penanganan dan antisipasi terhadap suplai dan distribusi bahan pangan tetap terjaga,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala BI Sumbar, Endang Kurnia Saputra mengatakan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sejauh ini terus bekerja keras untuk mengendalikan inflasi tahunan di Ranah Minang.
“Kami telah memprediksi pada Maret 2024 inflasi akan meningkat karena faktor erupsi Gunung Marapi serta faktor meningkatkan kebutuhan selama Ramadhan dan Lebaran,” ucapnya.
Mencermati perkembangan inflasi Sumbar dua bulan terakhir, imbuhnya, memang terjadi kenaikan, di mana pada Februari 2024 inflasi tercatat 3,32 % (yoy) dan naik menjadi 3,93 % (yoy) pada bulan Maret 2024. “Inflasi Sumbar masih di atas inflasi nasional yang sebesar 3,05 % (yoy). Penyumbang utama inflasi dalam dua bulan terakhir itu masih komoditi cabai merah,” ucapnya lagi. (rel)
Discussion about this post