Kamis, 16/10/25 | 23:55 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Pandangan Kematian dalam Film Marry My Death Body

Minggu, 27/8/23 | 07:00 WIB

Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

Marry My Body (2022) merupakan film Taiwan yang bergenre komedi. Film ini disutradarai oleh Cheng Wei-hao dan dibintangi oleh Greg Hsu, Austin Lin, dan Gingle Wang menceritakan pernikahan arwah yang dilakukan oleh nenek Mao-Mao dengan cucunya Mao-Mao yang sudah meninggal. Hal ini dilakukan agar cucunya tenang di alam baka. Alur film ini merupakan wujud dari ajaran budaya Tionghoa berupa menjalin hubungan tali asih yang tidak terputus dengan pemanggilan arwah (zhaohun).

Tujuan diadakannya hubungan ini adalah untuk memberikan “penyelamatan” kepada arwah agar tenang di alam baka atau berusaha memberikan “kebutuhan hidup” bagi arwah. Bagi budaya Tiongkok, tubuh sebagai hakikat kehidupan yang tidak terpisahkan dengan kematian. Adanya dua alam baik dunia nyata maupun baka dapat dihubungkan melalui tali asih yang tidak terputus. Hal ini merupakan gambaran yang dilakukan oleh Nenek Mao-Mao yang berusaha menikahkan cucunya.

Setelah adanya pasangan dianggap sebagai kiriman dari langit, pernikahan arwah pun dilaksanakan walaupun sebelumnya pasangan pengantin berusaha menolak. Namun, kesialan yang didapatkannya menjadikan tokoh Wu Ming-han (Greg Hsu) menerima ide pernikahan tersebut. Pernikahan yang dilakukan pada akhirnya memberikan peluang kepada Wu Ming-han untuk dapat melihat dan berkomunikasi dengan roh atau arwah dari pasangannya, yaitu Mao-Mao. Wu Ming-han yang pertama kali dapat melihat dan berkomunikasi sangat ketakutan dan berusaha untuk mundur sebagai pengantinnya. Namun, dengan berbagai usaha yang dilakukan oleh arwah Mao-Mao menjadikannya tetap bertahan. Hal yang menjadi fokus pada tulisan ini adalah penggambaran konsepsi permintaan tokoh arwah Mao-Mao kepada Wu Ming-han sebelum Mao-Mao melakukan reinkarnasi.

Permintaan yang diharapkan oleh Wu Ming-han merupakan sebuah keinginan yang belum sempat ia lakukan selama ia hidup. Permintaan yang dimaksud adalah menyelamatkan dunia dari pemanasan global dam menyuruh manusia (pasangan pengantinnya) untuk melaksanakan hal tersebut. Walaupun terlihat tidak masuk akal dan konyol, adegan yang berisi keinginan terakhir arwah Mao-Mao berupa penyelamatan bumi melalui penyelamatan beruang kutub oleh Wu Ming-han merupakan penggambaran film bergenre komedi.

BACAJUGA

Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

The Day Before the Wedding (2023): Simbol Integral Kemerdekaan Perempuan

Minggu, 19/11/23 | 07:35 WIB
Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

Perempuan dan Kisah Tak Sampai pada “Gadis Kretek”

Minggu, 12/11/23 | 07:40 WIB

Tidak hanya itu, permintaan lainnya adalah mengucapkan kata-kata selamat tinggal kepada pacarnya yang sudah memiliki pasangan lain. Sebelumnya, Mao-Mao pun menginginkan foto dan video bersama pacarnya yang ada di telepon genggam miliknya dihapus. Selain itu,  ada juga permintaan untuk merawat anjing kesayangan Mao-Mao dan pencarian pelaku penabrakan Mao-Mao agar arwah Mao-Mao dapat pergi dengan tenang dan melakukan reinkarnasi.

Jika merujuk pada kepercayaan alam kematian orang Tionghoa, kematian bagaikan sebuah alam kehidupan sehingga diperlukan adanya bekal kubur. Namun, jika arwah tidak mendapatkan perlakuan layak, meninggal sebelum waktunya, meninggal dengan kondisi tragis, dan meninggal jauh dari keluarga perlu diadakannya pengembalian harkat yang disebut fuli (Cangianto).

Sebelum membahas terkait dengan reinkarnasi, Buddhisme memiliki 4 hal yang akan dialami oleh manusia, yaitu lahir, tua, sakit, dan mati. Nantinya, ketika seseorang mengalami kematian, seseorang akan lahir kembali aspek dari diri seseorang baik kesadaran, pikiran, jiwa atau entitas lainnya dalam wujud lain (Kalla, 2009). Dengan kata lain, seseorang tersebut mengalami reinkarnasi. Nantinya, kepercayaan masyarakat berupa bahwa seseorang dapat terlahir kembali sebagai manusia, hewan, atau makhluk lainnya.

Pada ajaran Buddha, seseorang yang sebelum mencapai moksa (kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi) tidak akan bisa lepas dari rantai reinkarnasi. Nantinya, siklus reinkarnasi ini akan berulang-ulang dan disebut sebagai samsara. Oleh karena itu, seseorang baru akan terlepas dari reinkarnasi dan mencapai nirwana atau dianggap sebagai kehidupan tanpa batas setelah mencapai moksa.

Penggambaran latar belakang reinkarnasi pun digambarkan melalui film ini. Tokoh Mao-Mao tidak ingin melakukan reinkarnasi karena ia ingin menyelesaikan keinginan-keinginan yang tidak dapat dilakukannya. Seperti dapat dikatakan masih memiliki hal yang mengganjal, tokoh Mao-Mao pun masih ingin berkomunikasi kepada pasangan pengantinnya agar dapat membantunya menyelesaikan berbagai keinginan terakhirnya.

Pada akhirnya, film pun menampilkan tokoh yang ingin melakukan reinkarnasi karena keinginan terakhirnya di dunia telah selesai dan terlaksana. Hal ini mengingat bahwa reinkarnasi yang dilakukan oleh arwah berdasarkan budaya Tiongkok adalah jiwa mungkin ingin mempertahankan hubungan dengan orang-orang tertentu atau mengatasi masalah yang belum terselesaikan dalam kehidupan sebelumnya.

Lebih jauh, adanya karma  dalam beberapa pandangan menyiratkan bahwa tindakan dalam kehidupan sebelumnya akan mempengaruhi kehidupan masa depan. Jiwa mungkin ingin mengatasi karma negatif atau belajar dari kesalahan sebelumnya melalui reinkarnasi. Keikhlasan atau motivasi tulus dalam tindakan dapat memiliki dampak positif pada reinkarnasi berikutnya. Tindakan yang dilakukan dengan niat baik dan tulus mungkin berkontribusi pada akumulasi karma positif yang pada gilirannya mempengaruhi pengalaman dan kondisi dalam reinkarnasi berikutnya.

Tags: #Roma Kyo Kae Saniro
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Suatu Siang di Malioboro

Berita Sesudah

Angka dalam Strategi Promosi Pariwisata Indonesia

Berita Terkait

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Minggu, 12/10/25 | 12:34 WIB

Oleh: Hasbi Witir (Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Banyak dari kita mungkin beranggapan bahwa sejarah sastra Indonesia modern dimulai...

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Minggu, 12/10/25 | 11:30 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan Anggota UKMF Labor Penulisan Kreatif)          ...

Puisi-puisi Ronaldi Noor dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi Luka Gaza dalam “Gaza Tak Pernah Sunyi” Karya Hardi

Minggu, 05/10/25 | 23:48 WIB

Oleh: Ragdy F. Daye (Penulis dan  Sastrawan Sumatera Barat)   Kota ini bukan kota lagi. Ia museum luka yang terus...

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Minggu, 05/10/25 | 23:29 WIB

Oleh: Febby Gusmelyyana (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 13.30...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Konflik pada Cerpen “Pak Menteri Mau Datang” Karya A.A. Navis

Minggu, 05/10/25 | 23:11 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Ali Akbar Navis atau lebih dikenal A.A. Navis adalah...

Sastra Bandingan: Kerinduan yang Tak Bertepi di Antara Dua Puisi

Sastra Anak, Pondasi Psikologis Perkembangan Kognitif Anak

Minggu, 28/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Dara Suci Rezki Efendi (Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Setiap karya sastra pasti memiliki pembacanya masing-masing,...

Berita Sesudah
Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Angka dalam Strategi Promosi Pariwisata Indonesia

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024