Oleh: Shilva Lioni
(Dosen Jurusan Sastra Inggris Universitas Andalas)
Apa yang muncul dibenak kita ketika kita mendengar kata “buku”? Apakah cukup dimaknai hanya sebagai sebuah kumpulan kertas? Lalu bagaimana dengan istilah yang menyatakan buku merupakan jendela dunia yang mana selalu ditanamkan di pikiran kita semenjak dini?
Jauh dari sekadar kumpulan kertas, buku pada dasarnya merupakan sebuah jendela yang dapat menghubungkan kita pada dunia. Demikian halnya buku bagi seorang anak, khususnya anak di bawah usia tiga tahun yang masih terhalang dengan berbagai keterbatasan kesempatan dan kemampuan untuk dapat menjelajah alam dan dunia. Melalui buku anak dapat mengenal dan melihat berbagai hal di dunia ini, baik meliputi benda yang telah ditemuinya dalam kehidupan sehari-sehari maupun benda-benda yang belum pernah dilihat ataupun dikenalnya dalam kehidupan.
Buku tidak hanya dapat mengenalkan konsep dan makna namun juga objek pada seorang anak. Lebih lanjut, melalui sebuah buku, seorang anak dengan keterbatasan usia mampu menyerap berbagai informasi. Anak memiliki pengalaman visual tanpa batas terhadap kata dan konsep yang kelak akan menjadi input dan memori dari sebuah buku. Input ini penting dan berdampak pada perkembangan mental leksikon dalam otak seorang anak hingga dewasa nanti.
Hal tersebut sejalan dengan konsep “signified” dan “signifier” dalam ilmu bahasa. Istilah signifier merujuk pada makna penanda sementara signified dalam hal ini merujuk pada makna petanda. Penanda (signifier) adalah tanda yang dapat dilihat oleh mata dan terlihat bentuk wujud atau fisiknnya, sedangkan petanda (signified) dalam hal ini adalah makna yang terkandung dalam pesan yang memiliki konsep, fungsi, dan nilai yang terkandung di dalam tanda tersebut. Contohnya ketika seorang melihat sebuah bunga bewarna merah berdaun hijau dan berduri (signifier) maka dia akan ‘membaca tanda’ tersebut sebagai bunga mawar (signifier).
Hal ini tentu tidak terlepas dari fakta bahwa seseorang sudah memiliki konsep dalam pikiran, bahkan jika yang bersangkutan belum pernah melihat benda tersebut secara langsung. Begitu pula halnya juga dengan peristiwa ketika seorang warga asing yang melihat sebuah kain yang berwarna merah dan putih (signifier) dan mampu ‘membaca tanda’ tersebut sebagai bendera bangsa Indonesia (signifier). Hal ini terjadi bukan karena dia terlahir di Indonesia namun memiliki konsep terkait penanda tersebut dalam pikiran mereka.
Konsep dapat tumbuh dalam pikiran seseorang ketika memiliki pengalaman terkait konsep tersebut, baik pengalaman langsung maupun tidak langsung. Salah satu pengalaman terkait konsep adalah pengalaman visual. Pengalaman visual dapat dibangun dalam memori dan pikiran seseorang sedari dini melalui sebuah buku. Seorang anak di bawah usia tiga tahun tentu akan memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan dan mengalami semua hal. Namun, dengan buku hal yang mustahil tersebut akan sirna dan menjadi kenyataan. Semua anak akan mampu mengetahui banyak hal melalui imajinasi yang ditumbuhkan ketika mereka membaca buku. Sebagai contoh ketika orang tua membacakan dongeng si kancil kepada anaknya. Tanpa disadari penanda dan petanda mengenai kancil meliputi bagaimana bentuk kancil dan kemampuan untuk mengenali seekor binatang sebagai kancil akan dibentuk dalam otak anak melalui imajinasinya meskipun anak belum pernah melihat kancil di dunia nyata. Oleh sebab itu, kegiatan mendongeng selalu menjadi salah satu kegiatan yang selalu disarankan untuk dilakukan kepada anak sejak dini.
Melalui dongeng, anak yang memiliki segala keterbatasan dalam dirinya, baik itu keterbatasan waktu, pengalaman, dan aktivitas akan mampu mengetahui segala hal di dunia ini. Semua itu dapat diketahui hanya melalui sebuah buku. Meski bentuknya sederhana, buku memiliki manfaat yang begitu dahsyat, khususnya bagi anak di bawah usia tiga tahun. Dewasa ini, masih begitu banyak di antara kita yang meremehkan kehadiran buku bagi anak, khususnya bagi anak di bawah usia tiga tahun dengan dalih mereka tidak akan paham.
Anak pada dasarnya butuh pengalaman untuk memahami dan menyimpan sebuah konsep di pikiran anak. Pengalaman, pemahaman, dan pengetahuan ini kelak yang akan berdampak pada kecerdasan yang dimiliki seorang anak. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan pada anak pengalaman visual dengan membacakan buku untuk anak. Dari berbagai manfaat yang dimiliki sebuah buku, masihkah kita akan melewatkan kehadiran buku dalam dunia si kecil? Semoga tidak.
Discussion about this post