Minggu, 08/6/25 | 15:30 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Menilik Kembali Makna Imbuhan ber-an

Minggu, 16/10/22 | 10:00 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)

Bahasa Indonesia memiliki banyak imbuhan. Berbagai imbuhan sudah pernah ditulis di laman klinik bahasa Scientia pada edisi-edisi sebelumnya. Setiap imbuhan memiliki makna yang berbeda ketika dilekatkan dengan kata lainnya, seperti kata dasar tulis akan memiliki makna yang berbeda jika ditambah dengan imbuhan pe- (penulis), me- (menulis), di- (ditulis), -an (tulisan), me-kan (menuliskan), di-kan (dituliskan), dan ter- (tertulis).

Makna yang dimiliki oleh setiap imbuhan terkadang sering dilupakan oleh pemakai bahasa Indonesia. Hal ini mengakibatkan adanya pengulangan makna dalam sebuah kalimat jika kita menambahkan kata yang bermakna sama. Salah satu imbuhan yang sering ada dalam contoh kasus demikian adalah ber-an. Berikut ini adalah makna dari imbuhan ber-an yang paling banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari pengguna bahasa Indonesia. Pertama, imbuhan ber-an memiliki makna sesuatu yang banyak tetapi tidak teratur, tidak seragam, atau tidak serentak. Contoh dari kata-kata ini adalah berlompatan, beterbangan, berserakan, berlumuran, bertaburan, dan berlarian. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam, kita bisa melihat perbedaan kata berimbuhan ber-an dengan imbuhan lainnya.


(1) Kata berlari dan berlarian
Kata berlari digunakan untuk konteks kalimat aktivitas lari yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang secara teratur. Berikut adalah contoh kalimatnya:

  • Dia berlari sangat kencang karena sudah terlambat.
  • Mereka berlari di taman.

Berbeda dengan itu, kata berlarian digunakan untuk konteks situasi yang tidak beraturan. Oleh sebab itu, kata berlarian bisa digunakan untuk aktivitas yang dilakukan oleh banyak orang dengan ritme yang tidak teratur. Berikut adalah contoh penggunaannya dalam kalimat:

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB
  • Semua orang berlarian setelah mendengar bunyi ledakan.
  • Murid-murid berlarian saat terjadinya gempa bumi.
  • Anak-anak itu berlarian di taman.

Kata berlarian dalam tiga kalimat ini menunjukkan situasi yang tidak teratur, misalnya ada yang berlari ke depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan, dan berbagai arah lainnya. Oleh sebab itu, kalimat seperti: Semua orang berlarian ke sana ke mari setelah mendengar bunyi ledakan memiliki pengulangan makna di dalamnya karena kata berlarian telah menunjukkan situasi yang kacau sehingga tidak perlu lagi ada frasa ke sana ke mari. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata berlarian memiliki makna “berlari ke mana-mana”.


(2)
Kata terbang, menerbangkan, dan beterbangan
Kata terbang dan menerbangkan digunakan untuk konteks kalimat aktivitas yang dilakukan oleh subjek tunggal atau subjek jamak, tetapi dalam kondisi teratur. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut:

  • Burung itu terbang.
  • Pilot berhasil menerbangkan pesawat tersebut.

Dalam dua kalimat ini, kita mengetahui bahwa konteks terbang memiliki memiliki pelaku yang tidak jamak. Jika pelakunya jamak, aktivitas itu dilakukan secara serentak. Hal ini berbeda dengan kata beterbangan dengan contoh kalimat sebagai berikut:

  • Kertas-kertas itu beterbangan ditiup angin.
  • Penjual balon itu bersedih karena balonnya beterbangan.

Kata beterbangan dalam dua kalimat ini memiliki jumlah yang banyak dengan kondisi terbang yang tidak teratur. Kata beterbangan di dalam KBBI memiliki makna “1. terbang ke mana-mana: 2. Berhamburan atau melayang-layang di udara”.


(3) Kata melompat dan berlompatan
Kata melompat digunakan dalam konteks aktivitas yang dilakukan sekali oleh subjek tunggal atau serentak oleh subjek jamak. Hal ini bisa dibaca dari kalimat berikut:

  • Anak itu melompat ke dalam kolam.
  • Dia senang bisa melompat di arena permainan itu.

Berbeda dengan itu, kata berlompatan memiliki makna aktivitas yang dilakukan oleh subjek jamak dan tidak teratur. Berikut ini adalah contoh kalimatnya:

  • Anak-anak itu berlompatan di arena permainan.
  • Semua kanguru berlompatan di rumput itu.

Kata berlompatan digunakan dalam dua kalimat ini karena pelaku aktivitasnya banyak dan kegiatannya dilakukan secara tidak bersamaan. Anak-anak yang berlompatan memiliki situasi ada yang melompat ke kiri, ada yang melompat tinggi, ada yang melompat ke belakang, dan sebagainya. Kata berlompatan di dalam KBBI memiliki makna “melompat beramai-ramai; melompat ke sana ke mari”.


(4) Kata datang dan berdatangan
Tidak jauh berbeda dengan contoh-contoh sebelumnya, kata datang dan berdatangan juga memiliki situasi yang berbeda. Berikut adalah contoh kalimat untuk kata datang:

  • Ayah saya sudah datang tadi malam.
  • Banyak mahasiswa yang belum datang hari ini.

Kata berdatangan digunakan untuk situasi yang tidak teratur. Pelaku aktivitas bisa datang dari berbagai arah dan tidak dalam waktu yang serentak. Berikut adalah contoh kalimatnya:

  • Orang-orang mulai berdatangan melihat lokasi pembunuhan itu.
  • Pada pukul 02.00 siang, orang-orang mulai berdatangan ke area konser.

Kata berdatangan di dalam KBBI memiliki makna “datang ramai-ramai; datang dari berbagai tempat”.

Kedua, imbuhan ber-an memiliki makna “saling”, yaitu suatu aktivitas yang dilakukan pelaku kepada seseorang atau sesuatu secara bersamaan atau secara berbalas-balasan. Kata-kata yang memiliki makna ini adalah berpegangan, berpelukan, bertatapan, berhadapan, dan bergandengan. Kita bisa melihat penggunaannya dalam contoh-contoh berikut.


(5) Kata memeluk dan berpelukan
Kata memeluk merupakan aktivitas yang dilakukan subjek terhadap objek, sedangkan kata berpelukan merupakan aktivitas memeluk yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Berikut ini adalah contoh perbedaan kalimatnya:

  • Dia memeluk bonekanya dengan erat. (Akan tetapi, boneka tidak melakukan aktivitas memeluk).
  • Dia memeluk foto ayahnya selama pemakaman tersebut. (Aktivitas ini juga sepihak oleh dia sebagai subjek, sedangkan foto ayahnya sebagai objek tidak melakukan aktivitas memeluk).
  • Ayah dan anak itu berpelukan cukup lama setelah dua tahun tidak bertemu. (Ayah dan anak sama-sama melakukan aktivitas memeluk).


(6) Kata menatap dan bertatapan
Kata menatap merupakan aktivitas yang dilakukan oleh satu pihak, sedangkan kata bertatapan dilakukan oleh kedua belah pihak. Berikut ini adalah contoh perbedaannya:

  • Dia menatap anak itu sangat lama. (Dia menatap anak itu, sedangkan anak itu tidak menatapnya).
  • Dia selalu menatap layar ponselnya.
  • Laki-laki dan perempuan itu bertatapan cukup lama sebelum berpisah.


(7) Kata menyentuh dan bersentuhan
Tidak jauh berbeda dengan kata memeluk, berpelukan, menatap, dan bertatapan, kata menyentuh dan bersentuhan juga memiliki situasi yang serupa. Berikut adalah contoh-contoh kalimatnya:

  • Dia tidak bisa menyentuh layar ponselnya saat tangannya masih sakit.
  • Saat pandemi Covid-19, semua orang harus mencuci tangan setelah menyentuh berbagai benda yang ada di luar rumah.
  • Saat kondisi ramai di pasar, kita harus berhati-hati ketika bersentuhan dengan orang lain.

Makna imbuhan ber-an yang kedua ini sering ditambah dengan kata saling oleh pengguna bahasa Indonesia. Contoh kalimatnya:

  • Sebelum berpisah di bandara, mereka saling berpelukan.
  • Mereka berdua saling bertatapan cukup lama.

Imbuhan ber-an pada kata-kata tersebut telah memiliki makna saling karena aktivitasnya dilakukan oleh kedua belah pihak secara berbalasan. Oleh sebab itu, penambahan kata saling akan membuat adanya pengulangan makna.

Ketiga, imbuhan ber-an memiliki makna sama-sama berada di posisi atau saling berada di posisi tertentu. Kata-kata yang memiliki makna ini adalah bersebelahan dan berseberangan. Dua kata ini bisa dipahami lebih dalam ketika dibandingkan dengan kata berimbuhan lainnya, yaitu sebelah dan menghadap.


(8) Kata sebelah dan bersebelahan
Kata sebelah digunakan untuk konteks kalimat yang menfokuskan pada satu posisi saja. Hal ini terjadi karena ada dua benda yang komponennya berbeda, sedangkan kata bersebelahan terfokus pada dua posisi yang diisi oleh benda dengan komponen yang sama. Berikut adalah contoh dan penjelasannya:

  • Saya duduk di sebelah kiri kelas. (Kalimat ini tidak bisa menggunakan kata bersebelahan karena saya adalah manusia, sedangkan kelas adalah benda mati. Saya dan kelas bukan komponen benda yang sama).
  • Saya duduk di sebelah dinding. (Kalimat ini juga tidak bisa menggunakan kata bersebelahan).
  • Saya dan Anita duduk bersebelahan di kereta. (Kalimat ini bisa menggunakan kata bersebelahan karena saya dan Anita sama-sama manusia).
  • Rumah saya bersebelahan dengan restoran Nusantara. (Kalimat ini bisa menggunakan kata bersebelahan karena rumah dan restoran Nusantara sama-sama bangunan).

Kata bersebelahan tidak berterima ketika digunakan dalam contoh kalimat berikut:

  • Saya duduk bersebelahan dengan dinding.
  • Saya berdiri bersebelahan dengan jendela.

Hal ini disebabkan kata saya merupakan manusia, sedangkan dinding dan jendela adalah benda mati.


(9) Kata menghadap dan berhadapan
Tidak jauh berbeda dengan kata sebelah dan bersebelahan, kata menghadap dan berhadapan juga memiliki konteks yang serupa. Berikut adalah contoh pemakaiannya dalam kalimat:

  • Dari tadi, dia duduk menghadap jendela.
  • Dia sangat senang duduk menghadap laut.
  • Rumah saya berhadapan dengan rumah Riana.
  • Mereka duduk berhadapan.

Inilah contoh penggunaan imbuhan ber-an yang sering kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kita sering luput dengan kandungan makna yang ada di dalamnya sehingga kita pun menambah kata yang maknanya sama dengan imbuhan tersebut.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Cerpen “Duhai Nak” Karya Siswati dan Ulasannya oleh Azwar Sutan Malaka

Berita Sesudah

Rantau dan Kawin Campur dalam Jalan Sunyi Paling Duri

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Minggu, 25/5/25 | 17:21 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kali ini kita akan membahas tentang bahasa hukum,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

Minggu, 18/5/25 | 10:49 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Setelah menelusuri kosakata bahasa Indonesia dari berbagai kamus-kamus...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Berita Sesudah
Perempuan dalam Buku Kesaksian Sepasang Sendal Sebuah Antitesis

Rantau dan Kawin Campur dalam Jalan Sunyi Paling Duri

Discussion about this post

POPULER

  • Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

    Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sapi Qurban Bantuan Presiden Jadi Sejarah Baru di Jorong Pasar Lama Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024