Jumlah penduduk di Indonesia sangat banyak. Hal ini memberi dampak dalam berbagai segi kehidupan masyarakatnya, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dari segi ekonomi, banyaknya penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan atau memiliki penghasilan tetap. Hal ini menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Berbagai lowongan pekerjaan selalu menjadi sesuatu yang banyak dicari oleh para pencari kerja. Oleh sebab itu, berbagai usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan karier sangat banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Para lulusan universitas pun banyak yang mengikuti berbagai pelatihan untuk menambah keterampilan mereka agar bisa bersaing mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi, masalah ini tetapi belum teratasi secara maksimal. Berbagai pekerjaan yang terdapat di bagian pemerintahan, suatu lembaga, atau perusahaan memiliki peminat yang sangat tinggi. Sayangnya, lowongan pekerjaan yang tersedia tidak mampu mengurangi tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sebab jumlah penduduk yang sangat banyak. Oleh sebab itu, terciptalah berbagai jenis pekerjaan atau mata pencarian yang beragam di Indonesia, bahkan beberapa di antaranya tidak ditemukan di negara lain. Hal ini terjadi karena berbagai profesi yang ada tidak mampu menampung seluruh masyarakat Indonesia yang membutuhkan pekerjaan. Dengan demikian, situasi negara ini membuat masyarakat harus bisa berkarya sendiri, menciptakan kreativitas, atau berupaya untuk bertahan hidup dengan melakukan berbagai aktivitas yang bisa menjadi mata pencarian.
Semakin berkembangnya zaman dan kebutuhan hidup, semakin beraneka ragam pula mata pencarian tersebut. Hal ini juga berdampak pada penamaan yang terkait dengan mata pencarian tersebut. Sebelumnya, kita mengenal berbagai profesi seperti dokter, guru, polisi, dan pramugari. Namun saat ini, sudah banyak pekerjaan atau aktivitas dalam mata pencarian yang dinamai sendiri sebab kehadirannya tercipta oleh situasi tertentu. Kita tentu sering mendengar kata tukang dan juru. Kemudian, muncul pertanyaan, kapan kata itu digunakan dan untuk jenis pekerjaan apa yang bisa menggunakan kata tersebut?
Di dalam bahasa Indonesia, berbagai istilah profesi bisa ditandai dengan penamaan diri dari profesi tersebut atau menggunakan awalan pe-. Profesi yang sudah memiliki nama diri (baik dari bahasa Indonesia, maupun dari kata serapan), seperti masinis, dosen, tentara, sopir, dan koki. Beberapa profesi lainnya ditandai dengan awalan pe-. Namun demikian, awalan pe- tidak hanya memiliki makna sebagai profesi. Ada empat makna dari awalan pe-. Pertama, awalan pe- memiliki makna profesi atau pekerjaan. Kedua, awalan pe- memiliki makna seseorang yang melakukan suatu aktivitas yang sesuai dengan kata dasarnya (seperti pendatang, pemukul, pembaca, dan pendengar). Ketiga, awalan pe- memiliki makna sebagai alat (seperti penggaris, penghapus, dan pemotong). Keempat, awalan pe- memiliki makna sebagai karakter atau seseorang yang sering bersikap sesuai dengan kata dasarnya (seperti pemarah, pemalu, penakut, pemalas, dan pendiam). Awalan pe- ini memiliki enam alomorf yang digunakan sesuai dengan huruf pertama kata dasar yang mengikutinya.
Enam alomorf pe- tersebut adalah pe-, pem-, pen-, peng-, peny-, dan penge-. Alomorf pe- untuk kata dasar yang huruf pertamanya adalah l, r, w, y, m, n, ng, dan ny (pelapor, perawat, dan pemain). Alomorf pem- untuk kata dasar yang huruf pertamanya adalah b dan p (pembajak dan pemisah, huruf p mengalami pelesapan). Alomorf pen- untuk kata dasar yang huruf pertamanya adalah c, d, j, dan t. Akan tetapi huruf t mengalami pelesapan (pencuri, pendatang, penjual, dan penutup). Alomorf peng- untuk kata dasar yang huruf pertamanya a, i, u, e, o, g, h, dan k. Akan tetapi, huruf k mengalami pelesapan (pengikut, penghapus, penggali, dan pengirim). Alomorf penge- untuk kata dasar yang terdiri dari satu suku kata (pengecat, pengebom, dan pengetes). Alomorf peny- untuk kata dasar yang huruf pertamanya adalah s (penyayang, penyiar, dan, penyapa). Akan tetapi, beberapa kata yang menggunakan awalan pe- ini juga memiliki kategori pengecualian seperti petinju (karena ada peninju), pesulap, dan petenis. Berbagai profesi yang menggunakan awalan pe- seperti pelukis, pengajar, pembaca berita, pengusaha, pemain sepak bola, penyanyi dan penari. Ini adalah berbagai profesi yang sering kita dengar.
Selain profesi yang sudah memiliki nama diri dan penggunaan awalan pe-, bahasa Indonesia juga memiliki akhiran -man, -wan, dan -wati yang digunakan dalam konteks pekerjaan atau sebagai mata pencarian. Akhiran -man tidak banyak di dalam bahasa Indonesia. Akhiran -man yang paling sering kita dengar adalah seniman dan untuk makna seseorang yang memberi informasi, disebut informan. Akhiran -wan dan -wati lebih banyak digunakan daripada akhiran -man. Akhiran -wan dan -wati digunakan untuk menandai pekerjaan itu dilakukan oleh pria atau wanita. Akhiran -wan untuk pria dan akhiran -wati untuk wanita. Akan tetapi, akhiran -wan dan -wati tidak selamanya berpasangan, sebab ada beberapa kata yang hanya memiliki akhiran -wan (dan itu bisa digunakan untuk pria dan wanita). Berikut ini adalah beberapa contoh pekerjaan atau mata pencarian yang menggunakan akhiran -wan dan -wati, yaitu karyawan, karyawati, peragawan, peragawati, wartawan, wartawati, sejarawan, ilmuwan, dan olahragawan.
Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf pertama, ternyata di Indonesia ada banyak mata pencarian yang dikenal masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai mata pencarian itu memiliki nama tersendiri atau penamaan yang disepakati oleh masyarakat. Beberapa di antaranya adalah penggunaan kata juru dan tukang. Beberapa mata pencarian yang menggunakan kata juru adalah juru gambar, juru kamera, juru masak, dan juru warta. Beberapa mata pencarian yang menggunakan kata tukang adalah tukang sayur, tukang buah, tukang becak, tukang ojek, tukang gali, dan tukang cukur. Muncul pertanyaan, apa perbedaan kata juru dan tukang? Sebab, ada mata pencarian sebagai juru parkir dan tukang parkir. Kata juru digunakan oleh seseorang yang bekerja berdasarkan keahliannya. Orang tersebut mendapatkan keahliannya dengan berbagai pelajaran atau pelatihan yang telah diikuti. Dengan demikian, kata juru lebih spesifik untuk seseorang yang sudah terlatih di dalam pekerjaan tersebut. Hal ini bisa kita lihat dalam istilah juru rias. Seseorang yang dikatan sebagai juru rias adalah mereka yang sudah mengikuti berbagai pelatihan tata rias untuk bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan keahlian yang dimilikinya. Akan tetapi, kata juru juga memiliki makna lain yaitu, seseorang yang diberi tugas khusus untuk suatu aktivitas atau pekerjaan. Tugas khusus yang diberikan kepada orang tersebut karena kecakapan atau sesuatu yang ada dalam dirinya sehingga hanya dia yang mampu melakukan itu. Kata juru yang memiliki makna ini adalah juru bicara dan juru kunci.
Tidak jauh berbeda dengan kata juru, kata tukang juga sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kata tukang sangat banyak diberikan kepada seseorang yang memiliki mata pencarian tertentu. Mata pencarian yang menggunakan kata tukang ini memiliki makna suatu aktivitas yang dilakukan secara mandiri (tidak terikat lembaga, kantor, atau perusahaan) sebagai mata pencariannya. Perbedaannya dengan kata juru adalah dari segi keahlian. Jika kata juru banyak digunakan untuk pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang sudah terlatih, kata tukang digunakan untuk seseorang yang melakukan aktivitas berdasarkan pengalaman atau mata pencarian yang sudah turun temurun (dari ayah atau ibunya).
Kata tukang bisa diberikan kepada seseorang yang memberikan layanan jasa (tukang pijat, tukang urut, tukang masak, dan tukang parkir), seseorang yang menjual sesuatu (tukang sayur dan tukang buah), seseorang yang memperbaiki sesuatu (tukang sol sepatu dan tukang tambal ban), seseorang yang membuat sesuatu kemudian menjualnya sendiri (tukang bakso dan tukang sate), dan seseorang yang melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat (tukang sapu, tukang las, tukang pangkas, dan tukang jahit).
Dari penjelasan ini, sudah didapat kesimpulan apa perbedaan juru parkir dengan tukang parkir atau juru masak dengan tukang masak. Akan tetapi, kata tukang juga memiliki makna lain, selain mata pencarian, yaitu sebagai seseorang yang sering melakukan suatu perbuatan. Sebagian besar perbuatan tersebut bermakna negatif, yaitu tukang bohong, tukang tipu, tukang gosip, tukang adu domba, dan sebagainya.
Discussion about this post