![Mahyeldi Ansharullah, resmi membuka acara Smart Food B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman).[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/11/Mahyeldi-Pangan-scaled.jpg)
Acara berlangsung meriah. Sejak pagi, halaman kantor dipadati warga yang antusias mengikuti berbagai kegiatan, mulai dari Festival Minang Day Culinary, lomba olahan pangan lokal, Pangan Got Talent, hingga gelar pangan murah yang menjadi favorit masyarakat. Sebanyak 19 kabupaten/kota turut berpartisipasi dalam lomba pangan lokal, menampilkan aneka kreativitas olahan berbahan dasar sumber daya alam masing-masing daerah.
Dalam sambutannya, Mahyeldi menegaskan bahwa Smart Food B2SA bukan sekadar perayaan kuliner, tetapi strategi penting untuk membangun masyarakat yang lebih sehat dan mandiri dalam konsumsi pangan.
“Kegiatan ini sangat strategis karena berkaitan langsung dengan pangan yang sehat, bersih, dan berkualitas,” ujarnya.
Ia mengingatkan, persoalan pangan tidak bisa hanya dilihat dari ketersediaannya. Pemerintah wajib memastikan masyarakat mengonsumsi makanan yang aman dan sesuai prinsip halalan thayyibah.
“Kita tidak hanya bicara cukup makan, tapi juga makan yang aman dan halalan thayyibah. Itu kewajiban pemerintah memastikan rakyat mendapat pangan yang layak,” tegasnya.
Mahyeldi juga menyoroti tingginya ketergantungan masyarakat terhadap beras. Ia mendorong diversifikasi pangan dengan memanfaatkan potensi lokal seperti ubi, labu, sagu, dan pisang, yang dinilai jauh lebih ekonomis dan kaya gizi.
“Ubi, labu, dan sagu bisa jadi bahan makanan bergizi dan lebih hemat. Di Mentawai, misalnya, bisa makan pisang dengan gulai ikan, lamak bana tu!” katanya disambut tawa peserta.
Gubernur turut menekankan pentingnya pengawasan jajanan sekolah. Ia meminta Dinas Pangan dan OKKPD daerah bertindak tegas terhadap produk pangan yang tidak memenuhi standar keamanan.
“Kalau ada kasus keracunan, dapurnya harus ditutup sementara dan dievaluasi. Ini soal kesehatan masyarakat, jadi tidak boleh disepelekan,” ujarnya.
Menurutnya, menjaga ketahanan pangan bukan hanya jadi kebutuhan rumah tangga, tetapi bagian dari menjaga stabilitas bangsa.
“Bahkan, katanya perang dunia nanti bisa dipicu oleh persoalan pangan. Jadi, menjaga ketahanan pangan itu sama dengan menjaga ketahanan bangsa,” katanya.
Ia berharap gerakan peningkatan konsumsi pangan lokal terus diperluas agar Sumbar menjadi daerah yang mandiri dan tahan terhadap gejolak pangan global.
Kepala Dinas Pangan Sumbar, Iqbal Ramadi Payana, menyampaikan bahwa pelaksanaan Smart Food B2SA sejalan dengan amanah Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2024 tentang percepatan diversifikasi pangan.
Beberapa program prioritas yang berjalan meliputi:
- Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan (P-KRPL)
- Peningkatan Pengolahan dan Pengembangan Pangan Lokal
- Kampanye Menu Makan Sehat B2SA
Iqbal juga melaporkan capaian membanggakan: Sumatera Barat berhasil menembus 8 besar nasional dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) 89,0 pada 2024, menunjukkan masyarakat semakin beragam dalam mengonsumsi pangan.
Acara turut dihadiri perwakilan Badan Pangan Nasional, Bupati dan Wakil Bupati se-Sumbar, Ketua Tim Penggerak PKK, BKOW, Dharma Wanita Persatuan, serta perwakilan dari Bank Indonesia, Bulog, dan berbagai elemen masyarakat.
Di akhir sambutannya, Mahyeldi mengajak seluruh pihak terus mengembangkan pangan lokal demi terwujudnya Sumbar yang tangguh dan cukup pangan.
“Semoga masyarakat Sumbar selalu tercukupi pangannya dan dijauhkan dari makanan yang membahayakan kesehatan,” tutupnya sebelum membuka acara secara resmi.(Adpsb)




![Penemuan korban di Lubuk Minturun ,Kota Padang oleh Tim Sat Brimob Polda Sumbar.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/11/IMG_20251128_095519-350x250.jpg)



