Sayap
Oleh: Zahrah Ziqro
Dari balik jendela kutatap awan biru terbentang
Indah sekali seakan-akan memanggilku ke atas sana
Kapan sayapku berani mengepak
Kapan aku bisa percaya pada angin yang menunggu
Padahal sayapku tak buruk
Tajam, kuat, seakan diciptakan untuk terbang
Namun aku tak bisa terbang
Bukan angin yang menahanku
Melainkan pikiranku yang mematahkan terbangku
Sebelum sempat aku coba
Padang, 2025
Berisik
Oleh: Zahrah Ziqro
Ada seekor bayangan yang tinggal di dalam kepalaku
Ia berbisik seperti seribu serangga di malam sunyi
Kucoba menanamnya di lubang paling dalam
Tapi akarnya menembus tanah dan menyusup ke tulangku
Aku tertawa, pura-pura riang seperti anak kecil
Tapi bayangan itu ikut tertawa, suaranya pecah di dadaku
Aku ingin merobek tubuhku
Agar dia keluar, agar aku sunyi kembali
Padang, 2025
Tak Sama
Oleh: Zahrah Ziqro
Hidup ini seperti perlombaan
Aku lihat orang-orang berlari
Satu per satu sampai di garis finish
Disambut tepuk tangan sorak-sorai
Aku ikut bertepuk tangan untuk mereka
Datang lagi orang berikutnya
Sampai juga, lalu, lagi, dan lagi
Banyak sekali yang tiba di ujung jalannya
Aku menonton saja, tersenyum kecil
Aku bertanya
Kapan aku diberi tepuk tangan juga
Aku juga berlari
Tapi garis finish ku jauhhh sekali
Langkah kaki ku terkantuk batu
Bebatuan kecil berserakan di jalanku
Aku mengusap lutut yang berdarah
Sementara orang lain berlari ringan
Jalan mereka pun rata
Aku menoleh
Ternyata jalanku berkelok kelok
Penuh tikungan yang menyesatkan
Diseberang sana kulihat
Mereka berlari di jalan yang mulus, dan lurus
Garis putihnya jelas memanjang
Mengapa jalanku berbeda?
Mengapa pentunjuk arahku hilang
Padahal tadi aku masih bersama banyak orang
Kini aku sendirian
Hanya ditemani oleh suara napasku
Aku terus berlari tanpa tahu ujungnya
Bertanya-tanya
Apakah garis finish itu benar-benar ada untukku
Atau aku berlari di lintasan yang tak pernah sampai ke mana-mana?
Padang, 2025
Pulang ke Dasarmu
Oleh: Zahrah Ziqro
Engkau menyambutku dengan tenang
Hamparan mu meredam lelah yang masih panas
Gema teriakan yang jauh tak sampai ke sini
Kembali ke rumah aku disambut riuh
Suara yang berdebat, suara yang saling menuding
Ruangan yang teduh berubah menjadi medan perang
Kantung-kantung rindu ini robek oleh kata-kata kasar
Engkaulah rumah yang tak pernah menuntut
Airmu menelan letih, menata ulang napasku
Bolehkah aku hanyut, perlahan tenggelam pulang
Ke dasarnu yang memeluk semua kepedihan
Biarkan waktu mengendapkan luka
Bairkan riakmu menulis ulang namaku
Di dasarmu aku mungkin pudar
Tapi di sana aku untuk pertama kali
Aku pulang
Maninjau, 2025
Tak Apa
Oleh: Zahrah Ziqro
Danau Maninjau mengajarkanku arti ketertinggalan
Airnya tenang, seolah tak peduli siapa yang lebih dahulu tiba
Tak ada ombak yang bergegas ke tepi
Namun diamnya tetap memberi kehidupan
Maka tak apa jika aku belum seperti mereka
Yang telah sampai di garis tujuan
Sebab angin kecil pun mempu menggerakkan permukaan perlahan
Setiap gerak sekecil apa pun adalah tanda
Bahwa aku masih hidup, masih berjalan, dan berusaha
Maninjau, 2025
Biodata Penulis:
Zahrah Ziqro merupakan perempuan kelahiran Padang, 12 November 2005 dan mahasiswi Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas.