Rabu, 15/10/25 | 19:18 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Menyibak Sejarah melalui Manuskrip Surau Baru Pauh

Minggu, 05/10/25 | 23:29 WIB

Oleh: Febby Gusmelyyana
(Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

Pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 13.30 wib, beberapa mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2024 melakukan penelitian lapangan untuk meneliti sejarah berdirinya surau dan mengidentifikasi manuskrip tua yang tersimpan di dalamnya. Surau yang dikunjungi adalah Surau Baru di Pasar Baru, Jalan Dr. M. Hatta, Pauh, Kota Padang. Kunjungan itu dapat menjadi pengalaman akademik bagi mahasiswa, bahkan perenungan tentang sejarah bagi mahasiswa. Surau ini bukan hanya sekadar bangunan untuk tempat beribadah saja, tetapi juga menjadi pusat aktivitas sosial, pendidikan agama, dan warisan budaya Minangkabau yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.

BACAJUGA

No Content Available

Surau Baru dikenal sebagai surau pertama yang ada di kawasan Padang, didirikan oleh Syekh Muhammad Thaib pada tahun 1910. Meskipun telah mengalami tiga kali revonasi, surau ini tetap meninggalkan tiang kayu asli yang dari awal pembangunannya. Bagi masyarakat sekitar, surau ini bukan hanya sebagai rumah ibadah, melainkan juga menjadi pusat penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah sehingga dapat terlihat bahwa surau ini memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan tradisi ke-Islaman di Minangkabau.

Terdapat salah satu hal yang paling menarik dalam kunjungan ini adalah keberadaan manuskrip kuno yang disimpan di dalam surau. Manuskrip tersebut diperkirakan sudah berusia lebih dari 115 tahun. Menurut penuturan Buya Zahar sebagai penjaga surau dan juga seorang keturunan dari Syekh Thaib, naskah itu dibawa langsung dari Mekkah oleh Syekh sehingga manuskrip itu merupakan peninggalan yang tak ternilai. Meskipun kini, kondisinya cukup memprihatinkan.

Kertas naskah tersebut sudah tampak menguning, rapuh, bahkan terdapat beberapa bagian yang robek di pinggirnya. Meskipun begitu, tulisan dengan tangan tersebut masih bisa dibaca. Teks ditulisan dengan aksara Arab-Melayu yang indah dan rapi. Terdapat tinta hitam yang menjadi warna utama dan beberapa tinta merah yang digunakan untuk menandai bagian-bagian terpenting saja. Tidak adanya hiasan dekoratif yang khusus, tapi dengan kesederhanaannya yang justru menambah nilai sejarah masalalu.

Naskah tersebut disimpan di atas meja kecil yang letaknya menghadap kiblat dengan posisi tepat di depan imam. Dengan penempatan tersebut dapat menandakan betapa hormatnya manuskrip ini bagi masyarakat sekitar. Terdapat kain putih yang membungkusnya berubah menjadi kecokelatan, sehingga nampak usianya sudah panjang. Ketika ditanya tentang isi naskah, Buya mengatakan dirinya tidak bisa membacanya, meski huruf-huruf terlihat jelas. Dengan demikian, hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran filologi untuk membuka kembali isi teks yang terkunci oleh waktu.

Kesampatan ini dapat menjadi pengalaman pertama bagi mahasiswa untuk melihat langsung manuskrip kuno. Dengan pengamatan secara kasat mata ini, manuskrip berkemungkinan berisi doa, zikir, dan ajaran tarekat dengan praktik keagamaan masyarakat sehingga hal ini sejalan dengan fungsi surau yang sejak awal memang menjadi pusat penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah di Pauh.

Pada kegiatan yang sederhana ini, mahasiswa menjadi belajar praktik dasar kritik teks. Dengan adanya kritik teks tersebut dapat dipahami cara meneliti naskah lama agar bisa dibaca kembali meskipun kondisinya rusak. Terdapat perbedaan tinta, ejaan, dan kondisi fisik yang menyadarkan mahasiswa bahwa naskah tidak hanya benda tua, tapi juga bagian dari memori masyarakat setempat.

Namun, terdapat tantangan yang besar perlu dihadapi. Dengan kondisi manuskrip yang semakin rapuh karena usia dan lingkungan, penyimpanan belum ideal. Tidak adanya perhatian yang khusus naskah bisa rusak lebih parah. Oleh karena itu, diperlukan adanya pemeliharaan, digitalisasi dan penelitian yang lebih lanjut agar warisan pengetahuan ini bisa dapat bertahan. Peran mahasiswa, peneliti, dan masyarakat sangat penting untuk menjaga keberlanjutannya.

Kunjungan ke Surau Baru Pauh ini memberikan banyak pelajaran. Mahasiswa yang tidak hanya memahami teori filologi di kelas, tetapi juga dapat melihat langsung bentuk manuskrip tua menyimpan jejak sejarah yang nyata. Terdapat kertas yang menguning hingga tinta hitam dan merah yang masih melekat dengan rapi dapat menghadirkan kesadaran akan pentingnya merawat warisan leluhur.

Manuskrip di Surau Baru dapat menjadi simbol kelangsungan antara masa lalu dan masa kini. Meskipun isi naskah mungkin belum terbaca, tetapi nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya tetap sesuai. Kegiatan seperti ini diharapkan terus dilakukan agar generasi muda semakin peduli pada peninggalan budaya. Melalui tugas ini, kita bukan hanya membaca masa lalu, tetapi dapat menjaga identitas bangsa untuk masa depan.

Tags: #Febby Gusmelyyana
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Konflik pada Cerpen “Pak Menteri Mau Datang” Karya A.A. Navis

Berita Sesudah

Puisi Luka Gaza dalam “Gaza Tak Pernah Sunyi” Karya Hardi

Berita Terkait

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Minggu, 12/10/25 | 12:34 WIB

Oleh: Hasbi Witir (Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Banyak dari kita mungkin beranggapan bahwa sejarah sastra Indonesia modern dimulai...

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Minggu, 12/10/25 | 11:30 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan Anggota UKMF Labor Penulisan Kreatif)          ...

Puisi-puisi Ronaldi Noor dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi Luka Gaza dalam “Gaza Tak Pernah Sunyi” Karya Hardi

Minggu, 05/10/25 | 23:48 WIB

Oleh: Ragdy F. Daye (Penulis dan  Sastrawan Sumatera Barat)   Kota ini bukan kota lagi. Ia museum luka yang terus...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Konflik pada Cerpen “Pak Menteri Mau Datang” Karya A.A. Navis

Minggu, 05/10/25 | 23:11 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Ali Akbar Navis atau lebih dikenal A.A. Navis adalah...

Sastra Bandingan: Kerinduan yang Tak Bertepi di Antara Dua Puisi

Sastra Anak, Pondasi Psikologis Perkembangan Kognitif Anak

Minggu, 28/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Dara Suci Rezki Efendi (Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Setiap karya sastra pasti memiliki pembacanya masing-masing,...

Jejak Nahwu dan Sharaf yang Tidak Pudar pada Naskah Kuno Surau Tarok

Jejak Nahwu dan Sharaf yang Tidak Pudar pada Naskah Kuno Surau Tarok

Minggu, 28/9/25 | 15:00 WIB

Oleh: Kamila Nurul Qalbi (Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Sebuah surau tua dengan tiang-tiang dari batang pohon asli...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Ronaldi Noor dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi Luka Gaza dalam "Gaza Tak Pernah Sunyi" Karya Hardi

POPULER

  • Walikota Padang Fadly Amran bersama Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara saat meninjau rehabilitasi saluran drainase dipadang pasir, Rabu (8/10). (Foto: Ist)

    Walikota Apresiasi Anggota DPRD Kota Padang Iswanto Kwara Dalam Rehabilitasi Saluran Drainase di Padang Pasir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kolaborasi Legislator PKB Hadirkan Listrik untuk 584 KK di Sijunjung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenlu RI Dukung Kota Padang Kerjasama Dengan Hildesheim Jerman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Penghubung “tetapi” dan “sedangkan”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024