Jakarta, Scientia.id – Popularitas ChatGPT terus melambungkan nama OpenAI dan mendatangkan pemasukan yang luar biasa. Namun, di balik capaian tersebut, perusahaan tetap menghadapi tantangan besar, terutama terkait kebutuhan daya komputasi yang kian melonjak.
Chief Financial Officer (CFO) OpenAI, Sarah Friar, mengungkapkan bahwa saat ini perusahaan sangat bergantung pada pasokan GPU dan infrastruktur komputasi untuk mendukung perkembangan kecerdasan buatan. “Itulah alasan kami meluncurkan proyek Stargate, sebuah pengembangan infrastruktur berskala besar,” ujarnya dikutip dari CNBC, Kamis (21/8/2025).
Stargate merupakan proyek strategis yang melibatkan sejumlah perusahaan teknologi besar, termasuk Oracle dan Coreweave. Sementara itu, Microsoft tetap menjadi mitra utama OpenAI. “Microsoft akan terus menjadi partner penting untuk tahun-tahun mendatang. Produk AI Microsoft sendiri dibangun di atas teknologi OpenAI,” jelas Friar.
Sejak diluncurkan pada akhir 2022, ChatGPT berkembang pesat dan membuat OpenAI menorehkan rekor pendapatan. Tahun ini, perusahaan diperkirakan mampu menggandakan pendapatannya hingga USD 12,7 miliar atau sekitar Rp 207 triliun. Pada Juli lalu, untuk pertama kalinya OpenAI membukukan pendapatan bulanan senilai USD 1 miliar, atau setara Rp 16,2 triliun.
Meski demikian, tingginya permintaan layanan AI membuat biaya operasional ikut membengkak. CEO OpenAI, Sam Altman, bahkan menyebut pihaknya bisa menghabiskan triliunan dolar untuk membangun pusat data baru. “Kami percaya kebutuhan pelatihan AI akan terus meningkat, dan kami mungkin akan membelanjakan lebih agresif dibanding perusahaan mana pun,” kata Altman.
Di sisi lain, OpenAI juga aktif menghimpun investasi baru. Saat ini perusahaan tengah dalam proses menjual saham senilai USD 6 miliar dengan valuasi sekitar USD 500 miliar. Sebelumnya, pada Maret 2025, OpenAI berhasil mengantongi pendanaan sebesar USD 40 miliar dengan valuasi USD 300 miliar—salah satu yang terbesar dalam sejarah perusahaan teknologi swasta.
Belum lama ini, OpenAI juga meluncurkan model terbarunya, ChatGPT-5, yang disebut sebagai kecerdasan buatan paling canggih hingga saat ini. Model tersebut mendapat beragam tanggapan: ada yang menilainya revolusioner, namun sebagian lain menganggap peningkatannya tidak terlalu jauh dibanding pendahulunya, GPT-4.
Baca Juga: ChatGPT Kini Bisa “Berpikir” dan “Bertindak”, Siap Jadi Asisten Digital Pribadi
Dengan pertumbuhan yang begitu cepat, OpenAI kini berada pada titik krusial: meraih pendapatan fantastis di satu sisi, namun juga harus menanggung tantangan besar dalam menjaga pasokan daya komputasi dan keberlanjutan infrastruktur AI di sisi lain. (*)