Minggu, 20/7/25 | 15:33 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

Minggu, 20/7/25 | 11:05 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)

Kata ulang sangat sering digunakan di dalam kehidupan sehari-hari pengguna bahasa Indonesia. Salah satu fungsi kata ulang yang paling banyak diketahui adalah penambahan kuantitas suatu barang yang jumlahnya menjadi lebih dari satu, seperti kata buku (dipahami berjumlah satu atau tidak perlu diidentifikasi khusus) dan buku-buku (dipahami berjumlah lebih dari satu). Akan tetapi, kenyataannya kata ulang memiliki berbagai bentuk dan makna yang lain. Oleh sebab itu, pada edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini, kita akan memahami kembali berbagai bentuk dan makna kata ulang.

Secara umum, istilah kata ulang dipahami sebagai pengulangan suatu kata yang tergabung menjadi satu rangkaian kata baru dengan adanya makna tambahan atau makna lain, seperti rumah-rumah dan mobil-mobil. Penulisan kata ulang yang sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia adalah menggunakan tanda pisah (-) di antara kata yang diulang. Akan tetapi, di dalam situasi yang informal, penulisan kata ulang pun beragam, seperti kata ulang rumah-rumah ditulis dengan cara rumah2x, rumah2, dan rumah**.  Bentuk kata ulang pun memiliki banyak variasi. Pertama, bentuk kata ulang yang diulang secara utuh (tanpa perubahan), seperti contoh di bawah ini.

  • Kata teman menjadi teman-teman.
  • Kata sepeda menjadi sepeda-sepeda.
  • Kata orang menjadi orang-orang.

Kedua, bentuk kata ulang yang ditambah dengan imbuhan. Imbuhan ini bisa melekat pada bagian pertama atau bagian kedua dari kata ulang tersebut. Kita akan memulai membahas kata ulang yang berimbuhan ini dengan imbuhan di bagian pertamanya. Imbuhan yang terdapat di bagian pertama kata ulang adalah imbuhan dengan jenis awalan (ber-, me-, di-, se-, ter-, dan lain-lain). Untuk awalan ini, juga terdapat perbedaan khusus antara awalan me- dengan awalan lainnya (ber-, di-, se-, dan ter-). Awalan lain selain awalan me- tidak mengubah huruf pertama kata dasar, seperti berbicara (ber- + bicara), dimakan (di- + makan), sepintar (se- + pintar), dan tersenyum (ter- + senyum). Tidak ada perubahan huruf untuk kata bicara, makan, pintar, dan senyum. Oleh sebab itu, ketika kata ini diulang, bagian keduanya tidak berubah dari kata dasarnya. Berikut ini adalah contoh kata ulangnya:

  • Kata berjalan (ber- + jalan) menjadi berjalan-jalan.
  • Kata dilihat (di- + lihat) menjadi dilihat-lihat.
  • Kata tergesa (ter- + gesa) menjadi tergesa-gesa.

Hal ini berbeda dengan kata-kata yang ditambah imbuhan me-, khususnya alomorf mem-, men-, meng-, meny-. Empat alomorf ini membuat huruf pertama kata dasar menjadi lesap (sebagian ahli menyebutnya luluh atau hilang). Empat alomorf ini dilekatkan pada kata dasar yang berawalan p (mem-), t (men-), k (meng-), dan s (meny-). Contoh dari kata-kata yang lesap adalah kata memanggil (mem- + panggil, huruf p menjadi lesap), menendang (men- + tendang, huruf t menjadi lesap), mengejar (meng- + kejar, huruf k menjadi lesap), dan menyapu (meny- + sapu, huruf s menjadi lesap). Untuk kata dasar yang huruf pertamanya adalah p, t, k, dan s, saat diberi awalan me-, huruf awal tersebut akan lesap. Ketika kata yang sudah berawan me- tersebut dijadikan sebagai kata ulang, bentuk keduanya tidak kembali ke bentuk kata dasar, melainkan ke bentuk kata yang sudah lesap. Berikut ini adalah contohnya:

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB
  • Kata memanggil (mem- + panggil) menjadi memanggil-manggil (bukan memanggil-panggil).
  • Kata menendang (men- + tendang) menjadi menendang-nendang.
  • Kata mengejar (meng- + kejar) menjadi mengejar-ngejar.
  • Kata menyapu (meny- + sapu) menjadi menyapu-nyapu.

Kata ulang yang diberi imbuhan bentuk kedua adalah jenis imbuhan akhiran. Akhiran ini dilekatkan di bagian kedua kata ulang. Berikut ini adalah contohnya:

  • Kata rumah menjadi rumah-rumahan.
  • Kata buah menjadi buah-buahan.
  • Kata mobil menjadi mobil-mobilan.

Kata ulang yang diberi imbuhan bentuk ketiga adalah jenis imbuhan gabungan (awalan di bagian pertama dan akhiran di bagian kedua). Berikut ini adalah contohnya:

  • Kata barat menjadi kebarat-baratan.
  • Kata cokelat menjadi kecokelat-cokelatan.
  • Kata salam menjadi bersalam-salaman.
  • Kata peluk menjadi berpeluk-pelukan.
  • Kata mata menjadi memata-matai.

Kata ulang yang diberi imbuhan bentuk ketiga adalah jenis kata imbuhan awalan yang dilekatkan di bagian pertama. Di bagian keduanya, kata itu tidak ditutup oleh imbuhan akhiran, melainkan oleh kata ganti -nya. Berikut ini adalah contohnya:

  • Kata cepat menjadi secepat-cepatnya.
  • Kata banyak menjadi sebanyak-banyaknya.
  • Kata tinggi menjadi setinggi-tingginya.

Selain bentuk pertama (kata ulang secara utuh) dan bentuk kedua (kata ulang berimbuhan), masih ada satu jenis lagi, yaitu kata ulang yang memiliki perubahan bunyi. Kata ulang ini tidak memiliki imbuhan. Perubahan bunyi yang terdapat di bagian kedua tidak berubah secara total dari bunyi bagian pertama. Contohnya adalah kata sayur-mayur, compang-camping, mondar-mandir, bolak-balik, ulang-aling, warna-warni, dan gerak-gerik.

Setelah memahami berbagai jenis kata ulang, kita akan masuk ke pembahasan selanjutnya, yaitu makna kata ulang. Pertama, kata ulang memiliki makna “banyak” atau “lebih dari satu”. Bentuk kata ulang yang memiliki makna ini adalah kata ulang secara utuh, seperti:

  • Kata meja menjadi meja-meja (makanya ada banyak meja).
  • Kata baju menjadi baju-baju.
  • Kata payung menjadi payung-payung.

Kedua, kata ulang memikili makna “mainan” atau “permainan”. Bentuk kata ulang yang memiliki makna ini adalah kata ulang yang berakhiran di bagian keduanya, seperti:

  • Kata mobil menjadi mobil-mobilan (mainan yang menyerupai mobil).
  • Kata kuda menjadi kuda-kudaan (mainan yang menyerupai kuda).
  • Kata dokter menjadi dokter-dokteran (permainan seolah-olah menjadi dokter dan pasien)
  • Kata masak menjadi masak-masakkan (permain seolah-olah sedang memasak).

Akan tetapi, tidak semua kata ulang dengan akhiran -an memiliki makna “mainan” atau “permainan”. Oleh sebab itu, kita masuk ke poin ketiga.

Ketiga, kata ulang memikili makna “banyak dengan berbagai jenisnya”. Bentuk kata ulang dengan makna ini adalah kata ulang yang berakhiran -an dan kata ulang yang berubah bunyi. Berikut ini adalah contohnya:

  • Kata buah menjadi buah-buahan.
  • Kata obat menjadi obat-obatan.
  • Kata ulang berubah bunyi seperti warna-warni dan sayur-mayur.

Lalu, akan timbul pertanyaan apa perbedaan makna poin ketiga ini dengan poin pertama? Bukankah maknanya sama-sama “banyak” atau “lebih dari satu?” Berikut ini adalah penjelasannya. Makna “lebih dari satu” pada poin pertama hanya menyatakan jumlah. Dengan demikian, jenis benda yang dinyatakan banyak adalah benda yang sama atau mirip. Berbeda dengan itu, makna “banyak/ lebih dari satu” dalam poin ini tidak hanya secara jumlah, tetapi juga secara jenisnya yang bervariasi. Kita bisa mengambil contoh kata buah-buahan. Kata ini menandakan ada banyak buah dengan berbagai jenis (ada apel, pisang, jeruk, dan lain-lain). Begitu juga dengan kata obat-obatan yang di dalamnya ada obat cair, obat tetes, obat makan, obat luar, pil, tablet, dan lain-lain. Tidak hanya itu, fungsinya pun berbeda seperti obat sakit kepala, obat sakit perut, dan obat mata.

Keempat, kata ulang memikili makna “menyerupai, agak, hampir, seperti”. Bentuk kata ulang yang memiliki makna ini adalah kata ulang dengan imbuhan gabungan, seperti:

  • Kata biru menjadi kebiru-biruan (agak biru)
  • Kata merah menjadi kemerah-merahan (agak merah)
  • Kata barat menjadi kebarat-baratan (sikap seseorang yang menyerupai orang-orang barat)

Kelima, kata ulang bermakna “melakukan kegiatan yang berulang kali, tidak hanya satu kali”. Bentuk kata ulang yang memiliki makna ini adalah kata ulang yang memiliki awalan dan sebagian dari kata ulang yang memiliki imbuhan gabungan, seperti:

  • Kata pukul menjadi memukul-mukul (kegiatan memukul tersebut dilakukan berulang kali).
  • Kata panggil menjadi memanggil-manggil.
  • Kata lari menjadi berlari-lari.
  • Kata salam menjadi bersalam-salaman.

Keenam, kata ulang yang berubah makna. Bentuk kata ulang yang berubah makna adalah kata ulang utuh (kata ini tidak berlaku untuk semua kata ulang utuh). Hal ini terjadi pada kata-kata yang mengalami perubahan makna dari bentuk tunggalnya. Berikut ini adalah contohnya:

  • Kata mata bermakna “panca indra penglihatan”, ketika diulang menjadi mata-mata bermakna “penyelidik, detektif, dan sebagainya”. Maknanya bukan “banyak mata”.
  • Kata oleh bisanya digunakan dalam bentuk kalimat pasif untuk menyebut pelaku tindakan (contoh kalimat: Baju ini dibeli oleh Ayana), ketika diulang menjadi oleh-oleh bermakna “suvenir” atau “kenang-kenangan”.
  • Kata anak bermakna “keturunan dari orang tuanya”, ketika diulang menjadi anak-anak bermakna “rentang usia yang belum remaja atau dewasa”
  • Kata otak bermakna “bagian tubuh”, ketika diulang menjadi otak-otak bermakna “nama makanan”

Berbagai bentuk dan jenis kata ulang bisa saja masih memiliki variasi dengan contoh-contoh yang berbeda. Hal ini disebabkan penggunaan bahasa yang terus berkembang, mana suka, dan dalam konteks informal yang sering kali tidak sesuai dengan kaidah bahasa tersebut. Oleh sebab itu, berbagai pembahasan tentang persoalan bahasa akan terus mengalami perubahan dan perkembangan, termasuk kata ulang. Demikianlah penjelasan tentang bentuk dan makna kata ulang, semoga bermanfaat.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

TWA Punti Kayu Memprihatinkan, DPR Desak Evaluasi Total Pengelolaan

Berita Sesudah

Penamaan Tempat di Nagari Andiang

Berita Terkait

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Berita Sesudah
Penamaan Tempat di Nagari Andiang

Penamaan Tempat di Nagari Andiang

POPULER

  • Wali Kota Padang, Fadly Amran resmikan jembatan di Pasa Lalang.[foto : ist]

    Wali Kota Padang Resmikan Jembatan di Pasa Lalang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Modernisasi Penampilan Rabab Pasisia Di ISI Padangpanjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penamaan Tempat di Nagari Andiang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fadly Amran Dinilai Lanjutkan Semangat Pahlawan Bagindo Aziz Chan dalam Pembangunan Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi M. Subarkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024