Dharmasraya, Scientia.id – Petani di Dharmasraya, yang mayoritas menggantungkan hidup pada perkebunan sawit dan karet, kini dihadapkan pada masalah serius. Maraknya aksi pencurian hasil panen membuat para petani mengeluh dan terancam kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari serta biaya pendidikan anak-anak mereka.
Bagi masyarakat Dharmasraya, sawit dan karet adalah jantung perekonomian. Namun, belakangan ini, kerja keras para petani seolah tak membuahkan hasil. Rizal, seorang petani dari Nagari IV Koto Pulau Punjung, merasakan langsung dampak buruk pencurian ini. Setiap pagi ia pergi ke kebun untuk menyadap karet (motong getah) dan baru pulang menjelang salat Ashar.
“Satiok pagi ambo pai motong gatah, siapnyo la ka sholat ashar. Hari Sabtu baru ambo bangkik gotah untuk ka di jua. Piti nyo untuk pai balanjo ka pasa hari Minggu. Kini yo sabana payah. Satiok pagi ka ladang, gatah yang di potong patang hari la hilang,” keluhnya, Kamis (12/5/2025).
Ia menambahkan, hasil karetnya itu untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak-anaknya.
“Kini yo panek jo yang dapeknyo, malah hutang yang tambah banyak,” ujarnya dengan nada kecewa.
Senada, Herman, petani sawit dari Nagari Sungai Kambut, juga mengalami nasib serupa. Setiap tiba jadwal panen, buah sawitnya sudah raib digondol pencuri.
“Wak baru kapanen, kiro ala dulu lo orang nan mamanen,” katanya.
Herman mengungkapkan bahwa persoalan ini sudah ia laporkan kepada kepala jorong, namun belum ada penanganan yang signifikan ia rasakan. Berbagai upaya telah dilakukan para petani untuk mengatasi pencurian ini, mulai dari memasang paku di kebun hingga melakukan jaga malam.
“Ala ba macam caro kami lakukan, mulai mamasang paku, jago malam. Malam hari ambo cibo pai ka ladang, maintai pencurian, tapi apo la dayo. Pagi kami la ka ladang pulo dan sore lah pulang pulo. Tantu malam kami butuh istirahat, iko tapaso juo marundo,” ungkapnya.
Para petani Dharmasraya sangat berharap kepada pemerintah dan pihak kepolisian untuk dapat serius menangani kasus pencurian ini.
“Kami yo ba arok bana ka pemerintah dan pak polisi untuk mengatasi pencurian ko. Kalau mode iko jo yo dak ka makan kami do. Manumpuak hutang yang ka jadi,” bebernya.
Baca Juga: Jembatan Gantung Buktung Ampang Kuranji Putus, Aktivitas Warga dan Pertanian Terganggu
Selain itu, ia juga berharap pemerintah dapat mengeluarkan surat kepada pengusaha tempat penerima buah sawit (RAM) dan pembeli getah karet (Toke Gotah) untuk tidak menerima penjual yang tidak jelas.
“Dan untuk itu agar pemerintah segera mendata secara menyeluruh tempat-tempat penerimaan sawit dan karet guna meminimalisir praktik pencurian,” pungkasnya. (tnl)