“Pengelolaan sektor pertanian harus mengalami pembaruan cara pandang. Ini penting agar program ketahanan pangan benar-benar memberi manfaat besar bagi petani kita,” tegas politisi PDI Perjuangan tersebut dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (29/5/2025).
Pernyataan ini muncul menyikapi wacana pembangunan 25 ribu gudang penyimpanan semi permanen oleh pemerintah. Gudang tersebut dirancang berdaya tahan 5–10 tahun untuk menampung lonjakan hasil panen, sebagaimana dijelaskan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman.
Sebelumnya, Bulog mencatat rekor baru dalam sejarah selama 57 tahun terakhir dengan stok cadangan beras pemerintah mencapai 3,5 juta ton untuk periode Januari–Mei 2025.
Alex menjelaskan bahwa Bulog sejatinya sudah menjalankan sebagian besar tugasnya dengan baik, seperti menyerap gabah petani dengan harga wajar dan menjaga ketersediaan stok nasional. Namun, ia menyoroti pernyataan Badan Pangan dalam Rakor Pengendalian Inflasi yang justru menimbulkan kekhawatiran di tengah kabar baik ini.
“Deputi Statistik Badan Pangan menyebut harga beras harus segera diintervensi karena terlalu tinggi. Padahal, ini bisa jadi sinyal positif bagi petani,” ungkap Alex.
Harga beras memang terpantau naik. Rabu (28/5), Panel Harga Badan Pangan mencatat rata-rata harga eceran beras nasional mencapai Rp13.805/kg, atau 10,44% di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Beras premium menyentuh Rp15.626/kg (4,87% di atas HET), dan beras SPHP sebesar Rp12.626/kg (1,01% di atas HET).
“Di sinilah naluri bisnis pimpinan Bulog harus bermain. Jangan buru-buru intervensi pasar hanya karena harga naik, padahal petani sedang menikmati hasil panen yang bagus,” tegas anggota DPR asal Sumatera Barat ini.
Alex juga mengingatkan bahwa beras merupakan komoditas yang mudah rusak. Ia mendorong Bulog agar membuat sistem aliran masuk dan keluar beras yang lebih terencana, demi menjaga kualitas dan harga di tingkat petani.
Selain itu, ia mengkritisi wacana pembangunan gudang baru. Menurutnya, gudang baru akan menambah beban biaya tetap dan justru tidak sejalan dengan semangat efisiensi pemerintah.
Di sisi lain, Alex mendorong pemerintah, terutama Kementerian Pertanian, untuk menyusun peta jalan menuju Indonesia sebagai lumbung beras dunia. Ia menilai hal itu realistis, mengingat Indonesia punya lahan luas, iklim yang mendukung, dan inovasi bertani yang terus berkembang.
Salah satu inovasi yang ia soroti adalah metode “Sawah Pokok Murah” dari Sumatera Barat, yakni teknik bertani padi dengan biaya sangat rendah namun tetap produktif.
“Kalau semua elemen—pemerintah, dunia usaha, dan akademisi—bersatu, target Indonesia jadi pemasok utama beras dunia bisa kita capai. DPR tentu siap mendukung penuh,” pungkasnya. (yrp)