Kamis, 28/8/25 | 20:37 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika
(Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)

 

Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu menyuruh saya untuk mengajaknya ke Talempong Batu. Situs cagar budaya ini adalah ikon kebanggaan bagi masyarakat di nagari kami, Talang Anau. Bagaimana tidak? Talempong Batu adalah benda purbakala yang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya diperkirakan ditemukan sejak 12 M.

Saya jarang menolak bila teman itu memang ingin mampir ke sana. Bila sudah begitu, saya juga harus bersiap-siap untuk menceritakan kisah tentang Tuanku Nan Ilang. Cerita legendaris yang tidak bisa dipisahkan dengan ditemukannya Talempong Batu. Sebetulnya cerita tersebut sudah terpampang jelas di selembar selebaran besar di lokasi. Namun, tidak mungkin kan, saya menyuruhnya untuk membacanya sendiri? “Di sana, baca saja sendiri!” Bisa-bisa pertemanan kami berakhir detik itu juga.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Akan tetapi, saat ini, saya tidak akan bercerita tentang Tuanku Nan Ilang. Barangkali cerita ini cukup mudah ditemukan bila ada artikel yang menulis tentang Talempong Batu. Saya ingin membahas soal situs cagar budaya tersebut sebagai alat musik.

Talempong Batu tidak banyak ditilik sebagai instrumen musik. Padahal, alat musik dari batu yang biasanya lebih dikenal dengan litofon itu tergolong alat music tua yang unik.

Tiga dekade silam, Louven, seorang professor di bidang musikologi diminta untuk menganalisis rekaman litofon yang hampir tak dikenal dari desa kecil Sumatera Barat. Menurutnya, keenam batu purbakala tersebut menunjukkan spektrum kompleks dengan nada tambahan yang tidak harmonis. Louven juga mengasumsikan bahwa alat musik tua tersebut tidak berevolusi secara kebetulan.

Berdasarkan artikelnya yang bertajuk “The ‘talempong batu’ Lithophone of Talang Anau (West Sumatra) and its Astonishing Tuning System”, Louven berkesimpulan bahwa penyetelan alat musik yang terbuat dari batu di pegunungan Sumatera itu secara akurat sesuai dengan beberapa interval yang dikenal dalam tradisi penyetelan. Selain itu, susunan batu secara keseluruhan juga mencerminkan makna teoretis dari interval dengan sempurna.

Berdasarkan cerita lisan yang beredar, Talempong Batu terbentuk secara alamiah. Namun, sebagai litofon juga memungkinkan enam batu yang berjejer tersebut diciptakan oleh si pembuat yang mengerti tentang musik. Seperti yang dikatakan oleh Louven, jika sistem penyetelan talempong batu memang disengaja, keberadaannya sebenarnya dapat mengatakan banyak hal tentang sumber daya dan keterampilan teoretis dan praktis pembuat serta konteks budayanya di masa silam.

Proses penyeteman Talempong Batu hingga menghasil nada yang harmonis tetap misterius. Sejauh ini, masih belum jelas bagaimana ketepatan penyetelan yang mengejutkan ini dapat dicapai secara praktis. Oleh karena itu, tampaknya lebih masuk akal bahwa budaya pencipta talempong batu memang mengenal alat musik dawai.

Seperti yang dinyatakan Pätzold (2003), talampong batu merupakan instrumen yang unik. Bahkan jika pembuatnya tidak memproduksi instrumen lebih lanjut, masih belum jelas apa yang mungkin terjadi pada karya awal yang digunakan untuk memperoleh keahlian khusus ini. Jadi, orang mungkin bertanya-tanya mengapa tidak ada litofon serupa lainnya yang ditemukan.

Maka, Talempong Batu bukan sekadar peninggalan purbakala yang dipuja karena kisah legendaris Tuanku Nan Ilang. Ia adalah saksi bisu kejeniusan manusia masa lampau dalam menciptakan harmoni dari kerasnya batu, dalam menyusun nada dari sesuatu yang tampak bisu. Ketika enam batu itu dipukul dan menghasilkan denting yang menggetarkan udara, kita sedang mendengar gema masa silam—sebuah warisan musikal yang belum sepenuhnya kita mengerti, tapi pantas untuk kita kagumi dan jaga. Di tengah gempuran zaman, Talempong Batu mengingatkan kita bahwa peradaban besar tidak selalu meninggalkan gedung menjulang, tapi bisa juga berupa suara halus dari gunung, yang hanya bisa didengar jika kita sudi berhenti sejenak dan mendengarkan.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Ciri Sukses Pembangunan Infrastruktur, Ketua DPW PKB Sumbar: Bermanfaat Jangka Panjang bagi Rakyat

Berita Sesudah

Percepatan Instruktur Sumbar, Donizar: Harus Merata, Libatkan Masyarakat dan Berkelanjutan

Berita Terkait

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Minggu lalu, tepat pada 17 Agustus 2025, saya menulis sebuah catatan...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Dalam dua tahun terakhir, rumah saya di kampung lebih sering sepi....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Rahasia di Balik Semangkuk Mi Rebus

Minggu, 10/8/25 | 19:24 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Sore itu, hujan mengguyur tanpa henti sejak siang, menebar hawa dingin yang merayap masuk...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Melangkah Pelan dalam Dunia Pernaskahan: Catatan dari Masterclass Naskah Sumatera

Minggu, 03/8/25 | 21:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Menjadi peserta Masterclass Naskah Sumatera yang diadakan oleh SOAS University of...

Suatu Hari di Sekolah

Fiksi dan Fakta: Dua Sayap Literasi

Minggu, 27/7/25 | 16:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Perdebatan soal bacaan fiksi dan nonfiksi kerap muncul di...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Ruang Bernama Kita

Minggu, 20/7/25 | 21:04 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Pada 16 Februari 2025, saya pernah menulis di rubrik...

Berita Sesudah
Perkembangan Silek Minangkabau, Donizar: Harus Jadi Soft Power Ranah Minang di Panggung Dunia

Percepatan Instruktur Sumbar, Donizar: Harus Merata, Libatkan Masyarakat dan Berkelanjutan

POPULER

  • Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Solok Tutup Safari Berburu Hama, Dorong Perlindungan Pertanian dan Silaturahmi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 401 PPPK di Pesisir Selatan Resmi Dilantik, Bupati Ingatkan Jangan Gadaikan SK ke Bank

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pelaku Narkoba Ditangkap, Rekonstruksi Peredaran Sabu di Bukittinggi Terungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Bawah Kepemimpinan Asnur, DLH Solok Hadirkan Bank Sampah Induk Limo Danau sebagai Terobosan Besar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024