Padang, SCIENTIA – Sepanjang tahun 2024, wilayah Sumatera Barat (Sumbar) diguncang total 781 kali gempa bumi. Hal itu menunjukkan Sumbar sebagai salah satu kawasan dengan aktivitas seismik tinggi di Indonesia.
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang mencatat, sebagian besar gempa itu disebabkan aktivitas tektonik di zoni subduksi Lempeng Indo-Australia, Sesar Mentawai, dan Sesar Sumatera.
Berdasarkan data BMKG, frekuensi gempa bumi tertinggi di Sumbar terjadi pada Maret 2024, dengan 104 kali kejadian, Januari 88 kali, dan April 86 kali gempa. Gempa tertinggi 5,7 magnitudo dan terendah 1,3 magnitudo.
Dari sisi lain, sebanyak 708 kali gempa memiliki kedalaman kurang dari 60 kilometer, 72 gempa dengan kedalaman 20 kilometer, dan hanya stu gempa yang terjadi pada kedalaman lebih dari 300 kilometer.
Dari 781 gempa itu, sebanyak 30 kejadian dirasakan oleh masyarakat dengan intensitas antara II-IV Modifield Mercalli Intensity (MMI). Gempa-gempa ini dirsakan di berbagai wilayah, seperti Padang, Mentawai, Pasaman Barat, Solok, Bukittinggi, dan Batusangkar.
Gempa paling signifikan 5,0 magnitudo terjadi pada 16 Desember 2024, sekitar pukul 10.50.04 WIB, dengan kedalaman 20 kilometer. Gempa ini dirasakan cukup kuat di Agam, Pariaman, Padang Pariaman, Mentawai, Pasaman Barat, Padang (III-IV MMI). Lalu, Padang Panjang, Bukittinggi, Solok, Solok Selatan, dan Batusangkar (II-III MMI).
Dengan tingginya aktivitas gempa bumi ini, masyarakat Sumbar diimbau agar lebih waspada. Pemerintah setempat juga diminta lebih memperkuat sistem peringatan dini untuk bisa meminimalisir risiko dan korban jiwa
“Dengan banyak gempa-gempa kecil yang terjadi, tidak mutlak mengurangi gempa besar atau mengurangi megathrust Mentawai,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang, Suaidi Ahadi saat ditemui beberapa waktu lalu. (hyu)